Morbiditas Status Gizi Indikator Derajat Kesehatan .1 Mortalitas

50 komplikasi kehamilan dan kelahiran 17,5, ketuban pecah dini dan pendarahan anterpartum masing-masing 12,7. Angka kematian balita menggambarkan peluang untuk meninggal pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2013, angka kematian balita memiliki rata-rata sebesar 1,733 per 1000 jumlah balita dengan angka kematian tertinggi adalah 5,31 dan terendah 0,15 kematian balita. Pada tahun 2012 di Provinsi Sumatera Selatan angka kematian balita memiliki rata-rata 1,07 per 1000 jumlah balita sedangkan untuk Provinsi DKI Jakarta angka kematian balita memiliki rata-rata 1,89 per 1000 jumlah balita. Itu berarti angka kematian balita di Provinsi DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan dengan angka kematian balita di Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Angka kematian ibu memiliki rata-rata 190,23 per 100.000 kelahiran hidup dengan angka kematian tertinggi adalah 1678,66 dan terendah 0,00. Pada tahun 2012 di Provinsi Sumatera Barat rata-rata angka kematian ibu adalah 130,99 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di Sumatera Selatan hanya 97,95 per 100.000 kelahiran hidup. Itu berarti Angka Kematian ibu lebih tinggi terjadi di Provinsi Sumatera Utara jika dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan DKI Jakarta.

5.1.2 Morbiditas

Pada tahun 2013, jumlah kasus diare yang dilaporkan adalah 285.183 kasus dan 223.895 kasus diare yang ditangani. Morbiditas diare memiliki rata-rata Universitas Sumatera Utara 51 21,39 per 1000 jumlah penduduk, dengan angka tertinggi adalah 21,40 dan terendah 21,36. Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS. Angka ini tinggi jika dibandingkan dengan morbiditas diare tingkat Nasional yaitu 20,38 per 1000 jumlah penduduk Kemenkes RI, 2014. Angka pnumonia yang dilaporkan pada tahun 2013 sebanyak 153.912 kasus dan jumlah kasus yang ditemukan dan ditangani sebanyak 23.643 kasus 15,36. Morbiditas pneumonia memiliki nilai rata-rata 12,19 per 1000 jumlah penduduk dengan angka tertinggi 15,16 dan terendah 6,31. Rendahnya cakupan penemuan kasus disebabkan antara lain pengiriman dan kelengkapan laporan dari KabupatenKota dengan rumah sakit umum daerah sehingga banyak kasus yang dirawat tidak dilaporkan. Hal ini diperberat dengan rendahnya alokasi dana untuk pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan ISPA khususnya aggaran untuk pelatihan tatalaksana penderita ISPA bagi petugas puskesmas di KabupatenKota Dinas Kesehatan, 2013 Jumlah seluruh kasus TBParu BTA+ adalah 15.414 dengan CNR 115,67 per 100.000 penduduk. Morbiditas TBParu BTA+ memiliki rata-rata 1,15 per 1000 jumlah penduduk dengan angka tertinggi 2,27 dan terendah 0,23 per 1000 jumlah penduduk. Angka ini masi tinggi jika dibandingkan dengan morbiditas TBParu BTA+ tingkat Nasional yaitu 0,92 per 1000 jumlah penduduk Kemenkes RI, 2014. Universitas Sumatera Utara 52

5.1.3 Status Gizi

Rata-rata persentase bayi berat lahir rendah 2500 gram di Sumatera Utara Tahun 2013 adalah 0,69 per kelahiran hidup dengan persentase tertinggi adalah 4,58 dan terendah 0,00. Pada Tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta rata-rata persentase bayi berat lahir rendah adalah 0,26 per kelahiran hidup, di Provinsi Sumatera Selatan 0,45 per kelahiran hidup sedangkan di Provinsi Sumatera Barat adalah 2,23 per kelahiran hidup. Untuk rata-rata persentase gizi buruk di Sumatera Utara tahun 2013 adalah 0,11 per seleruh jumlah balita dengan persentase tertinggi adalah 0,31 dan terendah 0,00. Tahun 2012 di Provinsi Sumatera Selatan persentase balita dengan gizi buruk adalah 0.10 per seluruh jumlah balita, sedangkan di Provinsi Sumatera Barat adalah 0,43 per seluruh jumlah balita.

5.2 Analisis Gerombol