BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan
jenis tersebut ada jamur yang merugikan menyebabkan penyakit pada tanaman dan manusia. Jamur menguntungkan adalah jenis jamur yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, misalnya untuk pembuatan antibiotik, tempe, alkohol. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi.
Di Indonesia, jamur mulai dikenal dan dibudidayakan pada tahun 1950-an. Jamur konsumsi atau sering dikenal dengan istilah
mushroom
merupakan bahan makanan sumber protein yang cukup digemari masyarakat. Dalam skala industri
atau semi-industri, terdapat kurang lebih sepuluh macam jamur konsumsi yang sering di budidayakan. Berdasarkan urutannya, yang paling banyak
dibudidayakan, yakni jamur kancing
Agaricus bisporus
, jamur shiitake
Lentinus edodes
, jamur enokitake
Flammulina velutipes
, jamur merang
Volvariella volvacea
, dan jamur tiram
Pleurotus sp
Sumarsih, 2010. Di antara jenis jamur yang dibudidayakan, jamur tiram merupakan jenis jamur
yang cukup populer yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Menurut catatan sejarah, jamur tiram sudah dibudidayakan di Cina
sejak 1000 tahun silam, sementara itu di Indonesia, mulai di budidayakan pada tahun 1980 di Wonosobo Rahmat, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Jamur tiram termasuk kedalam jenis jamur kayu karena di alam dapat tumbuh secara liar di vegetasi berkayu. Dinamakan jamur tiram karena bentuk tudung
yang melengkung, lonjong dan membulat sehingga menyerupai cangkang tiram atau kerang Piryadi, 2013.
Di Provinsi Sumatera Utara perkembangan produksi jamur belum terlalu banyak. Hanya beberapa daerah saja yang menghasilkan jamur untuk kebutuhan pangan
akan jamur. Hal ini dapat diketahui dari data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per KabupatenKota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Jamur Kabupaten
Tanam M2
Panen M2
Produktivitas KWM2
Produksi Kg
Nias -
- -
- Mandailing natal
- -
- -
Tapanuli Selatan -
- -
- Tapanuli Tengah
- -
- -
Tapanuli Utara -
- -
- Toba Samosir
- -
- -
Labuhan Batu -
- -
- Asahan
455 664
204,89 13.605
Simalungun -
- -
- Dairi
- -
- -
Tanah Karo -
1 20,00
2 Deli Serdang
2 3
43,33 13
Langkat 1
- -
- Nias Selatan
- -
- -
Humb.Hasundutan -
- -
- Pak-Pak Barat
- -
- -
Samosir -
- -
- Serdang Bedagai
- -
- -
Batu Bara -
- -
- Paluta
- -
- -
Palas -
- -
- Labusel
- -
- -
Labura -
- -
- Nias Utara
- -
- -
Nias Barat -
- -
-
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 1. Luas Panen, Luas Tanam, Produktivitas Dan Produksi Jamur Per KabupatenKota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
Jamur Kabupaten
Tanam M2
Panen M2
Produktivitas KWM2
Produksi Kg
Tanjung Balai -
- -
- Pematang Siantar
- -
- -
Tebing Tinggi 525
250 77,68
1.942 Medan
- -
- -
Binjai 167
285 16,12
459 Padang sidempuan
- -
- -
Gunung Sitoli -
- -
-
Jumlah 1.150
1.203 133,18
16.021
Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2013
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa hanya 5 kabupatenkota yang memproduksi jamur, yaitu Kabupaten Asahan, Kabupaten Deli Serdang,
Kabupaten Langkat, Kota Tebing Tinggi dan Kota Binjai. Hal ini menunjukan masih sedikitnya budidaya jamur tiram untuk daerah Provinsi Sumatera Utara.
Di Kota Medan, jamur tiram putih mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas walaupun merupakan bahan makanan yang enak dan bergizi tinggi, tetapi
sebagian besar masyarakat menganggap hal ini sebagai kebutuhan sekunder. Akan tetapi aspek pemasaran merupakan kendala utama dalam pengembangan usaha
jamur tiram putih. Hal ini dikarenakan sifat produk yang tidak tahan lama dan mudah rusak dan keberadaan pesaing lokal semakin memperketat persaingan
dalam pemasaran produk. Permasalahan dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri adalah lemahnya
keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu distribusi dan penyediaan faktor produksi, proses produksi pertanian, pengolahan dan pemasaran
Soekartawi, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Proses pemasaran merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan sebuah usaha. Kualitas produk yang baik harus di dukung dengan strategi pemasaran
yang baik pula, agar konsumen mengetahui bahwa produk yang di tawarkan layak untuk di konsumsi. Pasar jamur terbuka lebar, hal ini dibuktikan pada permintaan
masyarakat terhadap produk jamur yang selalu mengalami peningkatan, bahkan di beberapa wilayah suplay jamur masih sangat kurang dan harus di pasok dari
wilayah lain. Selain kandungan gizinya, jamur juga sangat enak dan cocok di proses menjadi aneka olahan jamur, inilah yang membuat permintaan jamur
semakin hari semakin bertambah. Dalam menjalankan usaha jamur tiram putih, jika tidak dijalankan dengan pemasaran yang tepat maka sudah dipastikan bahwa
jamur tiram putih tersebut akan sulit diketahui pasar dan secara otomatis akan mengalami kerugian bahkan kegagalan dalam menjalankan usaha tersebut.
Adanya perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan.
Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman baik yang datang dari pesaing utama
maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan,
seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut Rangkuti, 1997.
Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana strategi pemasaran jamur tiram putih maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.
1.2 Identifikasi Masalah