Analisis Komponen Utama Principal Component Analysis

29 variabel yang menyusun sebuah komponen utama lebih jelas dan nyata. Dengan demikian nilai korelasi karakter tinggi tanaman dalam tabel ini adalah 0.75, panjang rachis adalah 0.90, petiole cross section adalah 0.81, jumlah daun adalah 0.69, leaf area adalah 0.92, klorofil a 0.11 dan klorofil b 0.13 pada komponen pertama. untuk komponen kedua tinggi tanaman dalam tabel ini adalah 0.16, panjang rachis adalah 0.19, petiole cross section adalah -0.04, jumlah daun adalah 0.18, leaf area adalah 0.05, klorofil a 0.97 dan klorofil b 0.96. Pada tabel Component Transformation Matrix pada Lampiran 9 terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara komponen 1 dengan komponen 1 serta komponen 2 dengan komponen 2 memiliki nilai 0.93 yang menunjukkan adanya korelasi yang cukup erat pada saat sebelum maupun sesudah rotasi. Pengelompokan karakter morfologis maupun fisiologis yang membentuk masing – masing komponen ini sesuai dengan hasil penelitian Oboh dan Fakorede 1992 yang menunjukkan bahwa karakter vegetatif morfologis seperti tinggi batang, diameter mahkota, laju penambahan tinggi batang membentuk satu komponen sendiri dan komponen lain yang berasosiasi dengan produksi seperti kadar minyakmesokarp, persentase mesokarpbuah, persentase cangkangbuah, persentase kernelbuah, dan nilai rerata tandan buah segar, serta produksi tandan buah segar masing – masing membentuk satu komponen tersendiri.

2.2 Analisis Komponen Utama Principal Component Analysis

Dari hasil analisa faktor sebelumnya diperoleh dua komponen utama PC 1 dan PC 2 yang menjelaskan 75.8 dari seluruh keragaman fenotifik dari seluruh aksesi. Untuk melihat hubungan dari masing – masing aksesi dengan karakter – karakter penyusun dari masing – masing komponen maka dilakukan Universitas Sumatera Utara 30 analisis komponen utama. Hubungan antara variabel kuantitatif dan masing – masing komponen utama dapat dilihat dalam Tabel 5. Hasil analisis menyimpulkan ada dua komponen utama yaitu komponen utama 1 PC 1 dan komponen utama 2 PC 2 yang membentuk keanekaragaman fenotifik pada 47 aksesi yang diamati. Masing – masing komponen yaitu PC 1 menggambarkan 51.8 dan PC 2 menggambarkan 28.0 keragaman fenotifik pada penelitian ini. Pada PC 1 terdapat lima variabel karakter morfologi yang menyusun komponen tersebut dengan nilai korelasi lebih besar dari 0.5 yaitu tinggi tanaman 0.75, panjang rachis 0.90, jumlah total daun 0.69, leaf area 0.92 dan pcs 0.81. Untuk PC 2 terdapat 2 variabel karakter fisiologi yang menyusunnya yaitu klorofil a 0.97 dan klorofil b 0.96. Tabel 5. Nilai Eigenvalues Dan Persentase Keragaman Yang Dijelaskan Oleh Kedua Komponen Utama Untuk Semua Aksesi Deskripsi PC 1 PC 2 Eigenvalues 3,63 1,68 Proporsi Keragaman 51,8 24,0 Keragaman Kumulatif 51,8 75,8 Tinggi tanaman cm 0,75 0,16 Panjang Rachis cm 0,90 0,19 Jumlah Total Daun 0,69 0,19 Leaf Area m2m2 0,92 0,05 PCS cm2 0,81 -0,35 Klorofil a mgL 0,11 0,97 Klorofil b mgL 0,13 0,96 Gambar 2 merupakan Gambaran grafik dua dimensi dari penyebaran 47 aksesi plasma nutfah asal Kamerun pada setiap region asalnya. Setiap aksesi Universitas Sumatera Utara 31 diplotkan pada grafik sesuai dengan nilai skor dari kombinasi linier komponen utama yang dibentuk, dalam penelitian ini diperoleh dua komponen utama yaitu komponen pertama dan komponen kedua. Dari grafik dapat dilihat sebaran dari masing – masing aksesi yang membentuk kelompok yang berdekatan maupun berpisah satu sama lain. Aksesi CMR 5 terletak paling jauh dari kelompok yang dibentuk oleh nilai skor pada kombinasi linier dari dua komponen utama. Demikian juga halnya dengan CMR 76, CMR 1, CMR 39, CMR 32 dan CMR 47. Dapat dilihat bahwa seluruh aksesi kamerun menyebar secara acak secara fenotifik tanpa mengelompok menurut region asalnya. Namun hampir keseluruhan dari aksesi yang berasal dari region 5 membentuk satu kelompok dan rata – rata terletak pada kwadran pertama dari grafik yang terbentuk yang merupakan kombinasi nilai skor negatif. Diasumsikan bahwa aksesi yang berasal dari region 5 memiliki pertumbuhan yang kurang jagur jika dibandingkan dengan yang berasal dari region 3, hal ini disebabkan asal lokasi aksesi ini merupakan savana yang memiliki curah hujan lebih rendah jika dibandingkan dengan region 3 yang merupakan dataran tinggi. Penyebaran aksesi secara acak tanpa mengelompok menurut asal geografisnya terutama untuk parameter fisiologis yaitu kandungan klorofil a dan b juga dapat ditemui dalam aksesi tanaman sagu yang diteliti oleh Kjaer et al 2004 yang menyebutkan bahwa saat asal dari individu sagu yang diteliti diplotkan pada diagram ordinal, dan jelas terlihat bahwa jarak antar setiap populasi tidak direfleksikan dengan cara yang semudah ini. Penelitian ini menyimpulkan Universitas Sumatera Utara 32 meskipun jarak genetik dan geografis berkaitan secara umum, beberapa pengecualian bisa diintroduksikan sebagai introduksi terkini. Hal yang sama juga ditemui oleh Efombaghn et al 2009 sewaktu nilai rerata dari keseluruhan 16 karakter morfologis dan kualitatif dari penelitian ini diamati, tingkat keberagaman asal aksesi antara perkebunan dan plasma nutfah tidak begitu beragam. Meskipun keragaman morfologis menggunakan karakter kuantitatif PCA menunjukkan jarak yang berbeda antara aksesi yang berasal dari Perkebunan Barat dan Utara. Namun demikian tidak ditemui adanya perbedaan secara genetik yang dianalisis dengan metode analisis microsatelitte diantara dua sub kelompok ini. Keragaman yang ditemui disebabkan oleh faktor – faktor non Gambar 2. Plot Nilai Skor dari Hasil Analisis Komponen Utama Untuk Komponen Satu dan Dua 5 4 3 2 1 -1 -2 -3 -4 4 3 2 1 -1 -2 -3 First C ompone nt 51.8 S e co n d C o m p o n e n t 2 4 3 4 5 Region CMR103 CMR102 CMR99 CMR98 CMR97 CMR96 CMR93 CMR86 CMR81 CMR80 CMR79 CMR77 CMR76 CMR75 CMR74 CMR73 CMR72 CMR68 CMR67 CMR62 CMR58 CMR57 CMR56 CMR55 CMR54 CMR53 CMR52 CMR48 CMR47 CMR45 CMR44 CMR42 CMR41 CMR39 CMR36 CMR32 CMR28 CMR27 CMR25 CMR24 CMR23 CMR20 CMR18 CMR15 CMR5 CMR4 CMR1 Analisis Komponen Utama Principal Component Analysis Komponen 1 dan 2 I I III IV Universitas Sumatera Utara 33 Gambar 3. Grafik Analisis Biplot 47 Aksesi Kamerun genetik seperti keadaan pertumbuhan kakao secara umum diantara kedua region pertumbuhan ini. Aksesi – aksesi dalam region 4 menyebar cukup merata pada ke tiga kwadran kecuali pada kwadran I yang didominasi oleh aksesi yang berasal dari region 5. Untuk aksesi – aksesi yang ada dalam region 3 menyebar dalam kwadran II, III dan IV, yang terbanyak tersebar dalam kwadran III yang tersusun dari kombinasi nilai skor positif. Tidak ditemui adanya pengelompokan aksesi – aksesi yang diamati menurut asal regionnya secara kompak. Keseluruhan aksesi menyebar pada seluruh kwadran grafik yang diperoleh. Universitas Sumatera Utara 34 Seluruh aksesi membentuk satu kelompok dengan jarak yang cukup berdekatan secara visual, namun ada beberapa aksesi yang terletak di luar jauh dari kelompok yang dibentuk aksesi tersebut yaitu CMR 39, CMR 32 dan CMR 47 yang berasal dari region 3. Sementara dari region 5 terdapat CMR 1, CMR 76 dan CMR 5 yang terletak diluar kelompok. Seluruh aksesi asal Kamerun tidak membentuk kelompok khas tertentu menurut tempat asal aksesi tersebut dikumpulkan. Dapat disimpulkan bahwa plasma nutfah ini memiliki keragaman yang cukup tinggi diantara aksesi tersebut. Hasil serupa juga diperoleh oleh Ajambang et al 2012 bahwa keragaman genetik populasi liar Kamerun dari tanaman kelapa sawit dan keragaman ini tersebar disemua region bagian geografi dari daerah yang disurvei. Pada grafik pohon kekerabatan, 180 individu terkelompok dalam lima kelompok secara jelas menunjukkan hubungan diantara individu. Pengelompokan ini tidak mencerminkan asal dari setiap individu. Kebanyakan dari setiap individu dari tujuh tempat asal ditemui seluruhnya pada keseluruhan lima kelompok yang terbentuk. Keadaan ini merupakan gambaran umum dari Kamerun sebab region – region tersebut berada dalam pengaruh ekologis yang heterogen. Di semua region, kita dapat menemukan dataran tinggi demikian juga dengan dataran rendah, daerah basah dan kering, hutan dan savana dan daerah panas dan dingin. Demikian juga, di setiap provinsi terdapat campuran dari semua varietas Dura, Tenera dan Pisifera atau berdasarkan pada warna buah mentah Nigrescens atau Virescens. Region atau lokasi asal yang berlainan tidak mengelompokkan aksesi – aksesinya ke dalam kelompok spesifik tertentu namun saling menyebar diantaranya. Universitas Sumatera Utara 35 Keragaman genetik yang tinggi diperlukan untuk memperoleh heterosis pada turunanya sebagaimana dalam penelitian Maharaj et al 2011 bahwa tetua yang digunakan dalam program pemuliaan tanaman kakao TSH berbeda dari turunannya secara genetik melalui analisis PCA dan gerombol. Kemajuan genetik dalam karakter tertentu ditemukan hal ini menunjukkan bahwa peranan kombinasi heterosis tercapai. Indentifikasi keragaman TSH dapat dilakukan dengan lebih sederhana menggunakan penanda fenotifik.

2.3 Analisis Biplot