27 terbukti memiliki peranan yang penting untuk kadar klorofil sebagai salah satu
parameter fisiologis.
2. Analisis Keragaman Genetik
Analisis keragaman genetik dilaksanakan dengan analisis faktor, analisis komponen utama, analisis cluster kelompok dan analisis biplot. Untuk rincian
lebih jelasnya dapat kita lihat pada bagian berikut:
2.1. Analisis Faktor
Guna mengetahui karakter apa saja yang menimbulkan keragaman secara fenotifik dari seluruh aksesi yang diteliti dari berbagai letak geografis maka
dilaksanakan analisi faktor. Pada tahap pertama dilaksanakan uji kelayakan data untuk dianalisis dengan menggunakan metode statistik melalui uji keutuhan
Barlett Bartlett’s test of sphericity dan uji kesesuaian contoh Kaiser-Meyer-
Olkin KMO Kaiser-Meyer-Olkin KMO measure of sampling adequacy MSA. Dalam analisis uji keutuhan Barlett maka hasil uji harus nyata dengan
nilai p 0,05 untuk dilakukan analisis faktor sudah mencukupi. Nilai indeks KMO berkisar antara 0 sampai satu dengan nilai 0,5 sudah mencukupi untuk dilanjutkan
dengan analisis faktor Pallant, 2001. Hasil analisis uji keutuhan Barlett dapat dilihat dalam Lampiran 8. Tabel
menunjukkan bahwa indeks MSA Kaiser-Meyer-Olkin diperoleh dengan nilai 0.75 dan hasil uji keutuhan Barlett diperoleh nilai p 0,05. Pada tabel antisense
dapat dilihat bahwa setiap variabel baik untuk karakter morfologi maupun fisiologi memiliki nilai MSA lebih besar dari 0,5 dengan rincian sebagai berikut:
tinggi tanaman 0.86, panjang rachis 0.80, petiole cross section 0.86, jumlah total
Universitas Sumatera Utara
28 daun 0.91, leaf area 0.81, kadar klorofil a 0.54, dan kadar klorofil b 0.56. Dengan
demikian analisis dapat dilanjutkan dengan analisis multivariate lainnya. Hasil analisis faktor dengan metode komponen utama dapat dilihat pada
tabel berikut: Tabel 4. Nilai Keragaman Proporsi Tiap Faktor
Kom- ponen
Nilai Penting Eigenvalues Ekstraksi Pemetaan Jumlah
Kuadrat Pemetaan Jumlah Kuadrat
Rotasi Total
Keragaman Kumulatif
Total Keragaman
Kumulatif Total
Keragaman Kumulatif
1 3.628
51.829 51.829
3.628 51.829
51.829 3.365
48.072 48.072
2 1.683
24.044 75.873
1.683 24.044
75.873 1.946
27.801 75.873
3 0.681
9.723 85.596
4 0.464
6.629 92.224
5 0.262
3.740 95.964
6 0.181
2.581 98.545
7 0.102
1.455 100.000
Metode Ekstraksi: Analisis Komponen Utama. Dari Lampiran 9 pada tabel nilai communialities dapat dilihat bahwa,
besarnya proporsi keragaman yang dapat dijelaskan oleh komponen utama untuk karakter tinggi tanaman 58.4, panjang rachis 83.6, petiole cross section
65.8, jumlah total daun 50.9, leaf area 84.7, klorofil a 94.4 dan klorofil b 93.2.
Untuk melihat variabel mana yang jelas menyusun komponen utama pertama maupun kedua yang diekstraksi dari analisa sebelumnya kita dapat
merujuk kepada Tabel Rotated Component Matrix dalam Lampiran 9, pada tabel ini ditampilkan nilai korelasi antara variabel karakter morfologi maupun fisiologi
dengan komponen utama setelah melalui proses rotasi, sehingga sebaran nilai
Universitas Sumatera Utara
29 variabel yang menyusun sebuah komponen utama lebih jelas dan nyata. Dengan
demikian nilai korelasi karakter tinggi tanaman dalam tabel ini adalah 0.75, panjang rachis adalah 0.90, petiole cross section adalah 0.81, jumlah daun adalah
0.69, leaf area adalah 0.92, klorofil a 0.11 dan klorofil b 0.13 pada komponen pertama. untuk komponen kedua tinggi tanaman dalam tabel ini adalah 0.16,
panjang rachis adalah 0.19, petiole cross section adalah -0.04, jumlah daun adalah 0.18, leaf area adalah 0.05, klorofil a 0.97 dan klorofil b 0.96.
Pada tabel Component Transformation Matrix pada Lampiran 9 terlihat bahwa nilai koefisien korelasi antara komponen 1 dengan komponen 1 serta
komponen 2 dengan komponen 2 memiliki nilai 0.93 yang menunjukkan adanya korelasi yang cukup erat pada saat sebelum maupun sesudah rotasi.
Pengelompokan karakter morfologis maupun fisiologis yang membentuk masing
– masing komponen ini sesuai dengan hasil penelitian Oboh dan Fakorede 1992 yang menunjukkan bahwa karakter vegetatif morfologis seperti tinggi
batang, diameter mahkota, laju penambahan tinggi batang membentuk satu komponen sendiri dan komponen lain yang berasosiasi dengan produksi seperti
kadar minyakmesokarp, persentase mesokarpbuah, persentase cangkangbuah, persentase kernelbuah, dan nilai rerata tandan buah segar, serta produksi tandan
buah segar masing – masing membentuk satu komponen tersendiri.
2.2 Analisis Komponen Utama Principal Component Analysis