35 Keragaman  genetik  yang  tinggi  diperlukan  untuk  memperoleh  heterosis
pada  turunanya  sebagaimana  dalam  penelitian  Maharaj  et  al  2011  bahwa  tetua yang  digunakan  dalam  program  pemuliaan  tanaman  kakao  TSH  berbeda  dari
turunannya secara genetik melalui analisis PCA dan gerombol. Kemajuan genetik dalam karakter tertentu ditemukan hal ini menunjukkan bahwa peranan kombinasi
heterosis  tercapai.  Indentifikasi  keragaman  TSH  dapat  dilakukan  dengan  lebih sederhana menggunakan penanda fenotifik.
2.3 Analisis Biplot
Untuk  melihat  sebaran  keragaman  aksesi  yang  cenderung  lebih dipengaruhi  satu  atau  beberapa  karakter  yang  diamati  diperlukan  suatu  analisa
yang  dikenal  sebagai  analisis  Biplot,  merupakan  visualisasi  dari  cerminan seperangkat data multivariat yang menunjukkan sejumlah matriks data antara lain:
  Struktur varian  kovarian dari struktur variabel   Nilai pengamatan pada variabel
  Jarak Euclidean diantara pengamatan dalam ruang multidimensi Biplot  terdiri  dari  garis  dan  titik.  Garis  digunakan  untuk  mencerminkan  variabel
dari  seperangkat  data  dan  titik  digunakan  untuk  menunjukkan  pengamatan.  Pada biplot panjang suatu garis mewakili keragaman dari variabelnya. Semakin panjang
garisnya,  semakin  tinggi  keragamannya  variansnya.  Sudut  diantara  garis  atau lebih  tepatnya  cosinus  dari  sudut  diantara  garis,  mewakili  korelasi  diantara
variabel  yang  diwakilinya.  Semakin  dekat  sudut  yang  dibentuknya  ke  sudut  90
o
atau  270
o
, semakin  kecil  korelasinya.  Sebuah  sudut  dari  0
o
atau  180
o
masing –
masing mencerminkan korelasi dari 1 atau -1.
Universitas Sumatera Utara
36 Titik perpotongan dari garis tegak lurus dari titik tertentu pada suatu garis
variabel,  merupakan  nilai  rerata  pengamatan  pada  variabel  yang  diwakili  garis tersebut.  Jika  titik  perpotongan  jatuh  pada  titik  awal  garis,  diperkirakan  nilai
pengamatan  merupakan  rerata  dari  masing –  masing  variabel.  Jika  titik
perpotongan  jatuh  jauh  tapi  masih  searah  garis  variabel  maka  ini  menunjukkan nilai pengamatan  yang tinggi. Sementara jika titik perpotongan jauh di  luar garis
variabel,  yang  telah  diperpanjang  melalui  titik  asalnya,  mewakili  nilai  yang rendah.  Akhirnya  jarak  antara  dua  titik  kira
–  kira  mewakili  jarak  Euclidean diantara  dua  pengamatan  dalam  ruang  multivariat.  Pengamatan  yang  terletak
berjauhan satu sama lain memiliki nilai jarak Euclidean yang tinggi dan demikian
sebaliknya Kohler et al,2005.
Dari  Gambar  3  dapat  dilihat  bahwa  dari  setiap  variabel  yang  diplotkan pada  grafik  memiliki  varians  yang  beragam  dengan  keragaman  yang  tertinggi
dimiliki  oleh  variabel  klorofil  a  dan  b.  Keragaman  yang  sedang  dimiliki  oleh variabel  leaf  area,  pcs,  dan  panjang  rachis.  Sementara  keragaman  yang  paling
rendah dimiliki oleh jumlah total daun dan tinggi tanaman. Korelasi tertinggi dimiliki oleh parameter kadar klorofil a dengan klorofil
b yang cukup tinggi dimana sudut yang dihasilkan sangat sempit dan kedua garis hampir berhimpit dengan nilai hampir mendekati 1. Hubungan tererat berikutnya
dapat  dilihat  antara  parameter  tinggi  tanaman  dengan  panjang  rachis  yang membentuk  garis  yang  berhimpit  sehingga  besar  sudut  yang  dihasilkan  sangat
sempit dengan demikian dapat dikatakan bahwa besarnya nilai korelasi dari kedua parameter ini mendekati 1 dan disimpulkan sangat erat. Melihat panjangnya garis
dari kedua variabel dapat dilihat bahwa tinggi tanaman memiliki keragaman yang
Universitas Sumatera Utara
37 cukup rendah jika dibandingkan dengan panjang rachis yang memiliki keragaman
yang lebih tinggi. Dari seluruh parameter morfologis dapat dilihat bahwa jumlah total daun
memiliki  hubungan  yang  cukup  erat  dengan  tinggi  tanaman  dan  panjang  rachis dibandingkan  dengan  leaf  area  dan  pcs.  Sudut  yang  dibentuk  oleh  jumlah  total
daun dengan tinggi tanaman dan panjang rachis lebih sempit dibandingkan dengan bentukan  sudut  bersama  variabel  morfologis  lainnya.  Hubungan  antara  petiole
cross  section  pcs  dengan  leaf  area  cukup  erat  dibandingkan  dengan  variabel –
variabel  morfologi  lainnya.  Hal  ini  ditunjukkan  dengan  besaran  sudut  yang  di bentuk  antara  kedua  variabel  ini  lebih  kecil  dibandingkan  dengan  variabel
morfologis  lainnya.  Keragaman  variabel  pcs  sedikit  lebih  rendah  jika dibandingkan  dengan  variabel  leaf  area.  Korelasi  antara  pcs  dan  leaf  area  cukup
jauh  dengan  jumlah  total  daun  yang  ditunjukkan  dengan  bentukan  sudut  antara garis variabel ini cukup besar dibandingkan bentukan sudut oleh variabel lainnya.
Dari  gambaran  grafik  juga  dapat  dilihat  bahwa  bahwa  hubungan  antara variabel morfologi dan variabel fisiologis baik klorofil a maupun klorofil b sangat
kecil atau tidak berhubungan. Hal  ini ditunjukkan oleh sudut  yang dibentuk oleh garis  variabel  morfologis  dengan  variabel  fisiologis  membentuk  sudut  sebesar
kurang lebih 90
o
. Kombinasi  persilangan  antara  aksesi  CMR  27  dan  CMR  52  yang  jika
dilihat dari pohon phylogenetik pada Gambar 4 yang terletak pada kelompok yang berlainan. Jika merujuk pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa CMR 27 dan CMR 52
terletak pada kuadran yang berbeda dan posisi CMR 27 lebih dekat dengan vektor parameter  morfologis  yang  diartikan  bahwa  besarnya  nilai  parameter  morfologis
Universitas Sumatera Utara
38 untuk aksesi ini lebih mendekati nilai rerata dibandingkan dengan aksesi CMR 52.
Dengan  demikian  peluang  pembentukan  populasi  pemuliaan  yang  baru  cukup besar sehubungan kedua aksesi ini memiliki jarak ketidaksamaan yang cukup jauh
dan saling melengkapi diantara keduanya komplementer, dimana CMR 27 yang sedikit  lebih  jagur  dibandingkan  CMR  52  namun  aksesi  ini  memiliki  kadar
klorofil a dan b yang lebih tinggi . Untuk kombinasi persilangan antara CMR 32 dengan  CMR  62  jika  merujuk  pada  Gambar  4  dapat  kita  lihat  bahwa  kedua
kultivar  ini  berjarak  cukup  jauh  dan  terletak  pada  kuadran  yang  berbeda.  Posisi CMR  62  yang  lebih  dekat  dengan  vektor  karakter  klorofil  a  dan  b  yang  diteliti
menunjukkan bahwa nilai aksesi ini lebih mendekati nilai rerata jika dibandingkan dengan  aksesi  CMR  32.  Peluang  memperoleh  populasi  baru  yang  memiliki
keragaman  yang  tinggi  dengan  karakter  seleksi  yang  penting  cukup  besar  pada kombinasi  persilangan  ini,  CMR  32  juga  berasal  dari  daerah  dengan  ketinggian
tempat  yang  cukup  tinggi  sehingga  populasi  baru  yang  terbentuk  akan  memiliki peluang untuk toleran terhadap tempat tumbuh yang cukup tinggi dari permukaan
laut. Kombinasi  persilangan  antara  CMR  5  jenis  Dura  dengan  CMR  32
Jenis  Tenera  berpotensi  sangat  baik  membentuk  satu  populasi  pemuliaan  baru yang  memiliki  keragaman  yang  tinggi  yang  memungkinkan  pelaksanaan  seleksi
yang  lebih  intensif.  Besarnya  jarak  kuadrat  Euclidean  dari  kombinasi  ini  adalah 70.43  yang terbesar jika dibandingkan dengan dua kombinasi  sebelumnnya  yaitu
CMR  27  dengan  CMR  52  10.01  dan  CMR  32  dengan  CMR  62  26.69.  Letak kedua aksesi ini pada Gambar 4 terletak pada kuadran yang berbeda dan bertolak
belakang  dimana  aksesi  CMR  5  terletak  menjauhi  vektor  parameter  fiologis
Universitas Sumatera Utara
39 maupun morfologis yang dapat diasumsikan bahwa aksesi ini memiliki nilai yang
rendah  dibandingkan  dengan  nilai  rerata  dari  kedua  parameter  ini.  Sementara meskipun letak dari aksesi CMR 32 menjauhi vektor parameter morfologis namun
terletak  pada  kuadran  dimana  vektor  parameter  fisiologis  berada.  Dengan demikian  kedua  kombinasi  ini  bersifat  saling  melengkapi  komplementer  untuk
membentuk  suatu  populasi  pemuliaan  baru  yang  cukup  menarik  untuk dieksplorasi lebih lanjut.
Strategi  pemuliaan  tanaman  kelapa  sawit  saat  ini  beralih  pada  tujuan untuk memperoleh model tanaman ideal sesuai dengan Chin 2004 bahwa saat ini
seleksi  untuk  tanaman  yang  ditanam  pada  populasi  tanaman  yang  bersegregasi secara  genetik.  Situasi  ini  akan  cenderung  mengalami  penyimpangan  yang
mengarahkan  seleksi  pada  tanaman  yang  lebih  vigor  dibandingkan  dengan tanaman  yang  lebih  lemah.  Pengalaman  umum  dibanyak  tanaman  lain  bahwa
produksi  dari  individu  tanaman  pada  pertanaman  campuran  tidak  berkorelasi dengan  baik  dengan  keturunannya  hasil  perbanyakan  secara  seksual  maupun
klonal  yang  ditumbuhkan  pada  tegakan  murni.  Genotip  yang  agresif  atau  vigor tidak  menghasilkan  kultivar  yang  sukses.  Kultivar  modern  yang  berproduksi
tinggi  cenderung  tumbuh  lebih  kecil  dengan  sifat  kanopi  yang  tegak  yang memungkinkannya  untuk  ditanam  pada  kerapatan  yang  tinggi  danatau  sanggup
menghadapi stress. Data kandungan klorofil a dan b dalam tanaman kelapa sawit juga dapat
digunakan  sebagai  salah  satu  kriteria  seleksi  terhadap  stres  kekeringan  maupun salinitas.  Chaum  et  al  2011  menyebutkan  bahwa  kandungan  prolin  dan
persentase  kerusakan  membran  sel  pada  bibit  tanaman  kelapa  sawit  meningkat
Universitas Sumatera Utara
40 saat  mengalami  defisit  air,  tergantung  pada  tingkatan  defisit  air.  Tingkat
kerusakan  membran  berhubungan  secara  positif  dengan  kerusakan  klorofil. klorofil  a,  klorofil  b,  total  karotenoid,  produksi  maksimum  kuantum  fotosistem
II, dan produksi foton fotosistem II pada bibit tanaman yang mengalami defisit air turun secara nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sejarah tanaman kelapa sawit mengarah pada dasar ragam genetik yang sempit pada kultivar
– kultivar yang ditanam. Saat ini para pemulia menginginkan karakter
–  karakter  agronomis  tertentu  seperti:  ketahanan  penyakit,  tingkat kejenuhan  minyak,  tingkat  pertumbuhan  yang  lambat,  dan  adaptasi  ekologi  yang
luas,  yang  keragaman  genetiknya  terbatas  dijumpai  pada  plasma  nutfah  E. guineensis. Untuk memperluas dasar genetiknya, pengumpulan plasama nutfah  E.
guineensis  Afrika  Barat  maupun  E.  oleifera  Amerika  Tropikal  harus dilaksanakan Barcelos et al,2002.
Struktur  geografi  dan  genetik  dari  tanaman  kelapa  sawit  jenis  pisifera terseleksi  yang  berasal  dari  Nigeria,  Ekona  dan  Yangambi  yang  beragam
mengindikasi  kemungkinan – kemungkinan pendekatan strategi pemuliaan baru.
Dalam  kerangka  program  hibridisasi  inter  populasi  yang  menggunakan  asal pisifera  tadi,  lebih  tinggi  pengaruh  heterosis  pada  produksi  minyak  sawit  yang
mungkin diperoleh Putri et al, 2010.
Universitas Sumatera Utara
41
Gambar  4.  Pohon  Phylogenetik  dari  47  Aksesi  Sumberdaya  Genetik  Asal Kamerun dengan Metode Neighbor - Joining
2.4 Analisis Keragaman dengan Metode Neighbor- Joining