Reaksi Masyarakat Internasional KONFLIK BERSENJATA DI JALUR GAZA

semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.

B. Reaksi Masyarakat Internasional

Suatu hal yang sangat wajar perbuatan biadab Israel itu kemudian memancing kemarahan masyarakat Internasional. Reaksi dan kecaman datang dari berbagai belahan dunia. Di Eropa dan Timur Tengah ribuan demonstran turun ke jalan memprotes serangan Israel itu. Di Ankara, rakyat Turki meluapkan kemarahan mereka. Ribuan orang berdemonstrasi untuk protes serangan Israel. Spanyol presiden Uni Eropa saat ini, Prancis, Swedia, Norwegia, Denmark, Austria, dan Yunani telah memanggil duta besar Israel untuk meminta penjelasan terhadap penyerangan tentaranya. Presiden Mesir Hosni Mubarak menyebut penyerbuan itu sebagai penggunaan “kekuatan secara berlebihan dan tak dapat dibenarkan”. Sementara Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, menyebut serangan Israel sebagai pembunuhan yang dilakukan oleh negara dan menuntut permintaan maaf Israel segera, penyelidikan yang mendesak, serta tindakan hukum Internasional terhadap otoritas dan pelaku yang bertanggung jawab, dan mengakhiri blokade Gaza. Bahkan anggota Parlemen Israel pun mengecam serangan tersebut. Di Indonesia, kecaman tersebut juga datang dari tidak hanya dari umat muslim tetapi juga dari umat non muslim, Persekutuna Gereja Indonesia PGI salah satunya, yang menyampaikan pernyataan bersama untuk mengutuk penembakan kapal oleh Israel. Sebagai reaksi atas peristiwa penembakan tesebut, Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang darurat untuk membahas penyerbuan Israel pada tanggal 31 Mei 2010. Hasilnya, PBB mengeluarkan pernyataan yang meminta segera dilakukan penyelidikan atas serangan Israel terhadap kapal yang membawa bantuan kemanusiaan. penyelidikan itu harus “cepat dan tepat, tidak memihak, kredibel dan transparan.” Dewan Mengutuk serangan tersebut, dan turut berbela sungkawa bagi keluarga korban dan kepada Israel agar membebaskan kapal-kapal tersebut serta ratusan aktivis yang mereka tahan. Anggota Dewan Keamanan PBB juga mendesak Israel untuk mencabut blokade di Jalur Gaza. Blokade itu dinilai telah terbukti kontraproduktif dan tidak dapat diterima. Sementara sikap mendua seperti biasa ditunjukan oleh Amerika Serikat. Melalui juru bicara Gedung Putih William Burton, mereka mengatakan “sangat menyesal” dengan hilangnya nyawa dan korban cidera dalam bentrokan, tetapi juga mengritik upaya armada bantuan kemanusiaan mencoba menerobos blokade Israel di Gaza. Implikasinya, menurut Mahmud Zahar, pemimpin dan pendiri Hamas, penyerangan tersebut akan membuat Israel kehilangan kedibilitasnya di hadapan masyarakat Internasional. Mereka akan kehilangan kepercayaan dari sekutu mereka yaitu Amerika Serikat dan Negara – Negara Eropa. Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat hubungan internasional Nurani Candrawati, yang menilai penyerangan Israel atas kapal kemanusiaan Mavi Marmara memperlemah posisi mereka di kancah Internasional karena lima puluh negara yang warganya jadi korban di kapal itu pasti bereaksi keras.

C. Efek Blokade Israel di Jalur Gaza