Sejarah Terjadinya Blokade Jalur Gaza Oleh Israel

BAB III KONFLIK BERSENJATA DI JALUR GAZA

A. Sejarah Terjadinya Blokade Jalur Gaza Oleh Israel

Pada awal abad ke XX, daerah Palestina adalah termasuk bagian wilayah Dinasti Usmaniyah Ottoman, Turki. Dinasti ini telah menguasai seluruh wilayah Asia Barat sejak tahun 1516. Penduduk disana menyebut daerahnya dengan Filastine atau Al- Ard al- Muqadasa tanah yang suci. Sebutan yang terakhir ini untuk mencerminkan bahwa daerah ini sangat diagungkan oleh penganut Islam , Kristen, dan Yahudi. Pada masa Usmaniyah, Palestina dibagi menjadi 3 propinsi yaitu : Yerussalem, Nabrus, dan Acre. Tahun 1870-an ketiga wilayah itu mempunyai wakil yang dipilih untuk parlemen Usmaniyah. Penguasa Usmaniyah menggunakan system Milliet yang memberikan otonomi luas kepada penduduk penganut Kristen dan Yahudi. Pada waktu itu terlihat masyarakat yang damai, toleransi umat beragama sangat tinggi dan timbul kerjasama untuk menyelesaikan masalah bersama. Kekuasaan Turki di Palestina berakhir pada Perang Dunia pertama, saat Turki kalah perang. Pada tahun 1918 Palestina jatuh ke tangan kekuasaan Inggris. September 1923, Liga Bangsa – Bangsa secara resmi menyerahkan mandate kepada Inggris untuk mengurusi Palestina. Orang Palestina merupakan keturunan orang Philistine dan Kan’an. Mereka ini telah mendiami daerah Palestina selama 40 abad secara terus menerus. Keturunan ini telah bercampur darah dengan keturunan orang Yunani, Romawi, Arab, Mongolia, dan Turki. Mereka ini sebagaian beragama Kristen dan beragama Islam. Orang Yahudi tidak dimasukkan ke dalam golongan orang Palestina karena mereka hanya merupakan masyarakat yang berjumlah sedikit. Tercatat tahun 1170 – 1171 di Palestina ditemukan sekitar 1440 orang Yahudi. Tahun 1267 hanya terdapat dua keluarga Yahudi di Yerusallem. Mereka ini mengalami sedikit peningkatan populasi pada abad 19. Jumlah mereka 8.000 orang. Tahun 1845 berjumlah 20 orang. Jumlah ini meningkat lagi tahun 1918 yaitu sekitar 56.000 orang. Penganut Islam dan Kristen adalah para penduduk asli Palestina, sementara 23 penganut Yahudi adalah Imigran. Memang banyak imigran Yahudi datang ke Palestina sebagai realisasi pelaksanaan “amanat” yang disampaikan oleh Theodore Herzl dalam tulisannya Der Judenstaat Negara Yahudi sejak 1896. Berbagai gelombang imigran berdatangan ke Palestina. Gelombang imigran missal berdatangan dari berbagai Negara : Russia, Rumania, Polandia, Bulgaria, Yugoslavia, Yaman, Aden, Jerman dan Negara – Negara Afrika. Dan bertambah mendapat angin setelah Mentri Luar Negri Inggris Arthur James Balfour, mengirim surat kepada Lord Rothschild, salah seorang tokoh Zionis. Asher Arian membagi periode imigrasi antara 1882 – 1908 menjadi 4 kategori “ 1. Periode 1882 – 1924 adalah masa pertumbuhan, pada periode ini jumlah imigran tidak terlalu banyak, tetapi secara politis tidak menentukan; 2. Periode 1925 – 1948 adalah generasi mandate, perjuangan melawan Inggris, Nazi,dan perjuangan kemerdekaan. 3. Periode 1948 – 1954 banyak berdatangan imigran dari Asia dan Afrika serta Eropa; 4. Periode 1954 sekarang, pada periode ini imigran boleh diseleksi untuk mengurangi jumlah buruh yang tidak produktif. 13 Setelah Israel berdiri dengan segera para imigran berdatangan. Mereka seakan berlomba mendapatkan tanah yang dijanjikan. Yang segera tampak akibat kedatangan imigran Yahudi dari berbagai penjuru dunia adalah keseimbangan penduduk Arab dan Yahudi di Palestina Banyak orang Yahudi yang berimigrasi ke Palestina, mengakibatkan masyarakat Arab Palestina terdesak dan akhirnya timbullah bentrokan Yahudi dan Palestina, bentrokan ini berlarut – larut dan Inggris pemegang mandat Palestina tidak bisa menyelesaikan. Selanjutnya masalah Palestina ditangani oleh PBB. Setelah mengalami proses yang panjang, akhirnya Majelis Umum PBB menyetujui rencana pembagian Palestina menjadi 3 bagian. Dalam resolusi nomor 181 II, 29 Nopember 1947, disebutkan, bahwa Palestina akan menjadi : 14 1. Negara Arab dengan wilayah Acre, Nazareth, Jenin, Nablus, Ramalah, Hebeon ; Jalur Gaza dan Jaffah; 2. Negara Yahudi dengan wilayah : Soffad, Tiberias, Haifa, Tulkaen, Ramlet, Sahara Negeb dan Jaffa; 13 M.Hamdan Basyar, Politik Israel Terhadap Palestina, Jurnal Ilmu Politik 12, Tahun 1993, hal 52 14 Adian Husaini, Israel Sang Teroris Yang Pragmatis, Pustaka Progresif, Surabaya, Maret 2002, hal 68 3. Yerussalem sebagai wilayah pengawasan Internasional. Keputusan ini diterima oleh Yahudi, tapi ditolak oleh Arab Palestina. Orang Arab menganggap pembagian ini tidak adil dan melawan kehendak mayoritas penduduk asli Palestina. Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 14 Mei 1948 sehari setelah mandat Inggris di Palestina berakhir. Proklamasi Israel ini menjadi pukulan berat bagi Arab Palestinda dan Negara – Negara Arab, orang Palestina banyak yang terusir dan mengungsi ke berbagai Negara tidak hanya Negara – Negara Arab tetapi juga ke Negara Eropa dan Amerika. Penyebab timbulnya pertentangan yang menyebabkan terjadinya perang antara Negara Israel dan Negara – Negara Arab sebagai tetangganya dan juga terhadap bangsa Arab Palestina yang berada di tanah Palestina adalah dengan ditetapkannya tanah Palestina sebagai Negara Israel yang berdasarkan atas dasar dari mandat Pemerintah Inggris yang telah menduduki Palestina sebelumnya, juga berdasarkan atas resolusi 181, yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa dan berdasarkan Deklarasi Balfour yang telah membuka jalan bagi terbentuknya Negara Israel. Negara – Negara Arab yang semula telah menolak terhadap resolusi yang telah ditetapkan Perserikatan Bangsa – Bangsa, telah memutuskan untuk melindungi dan merebut tanah Palestina sebagai bahagian dari tanah Arab dari tangan Israel. Karena bangsa Arab mempercayai bahwa berdasarkan sejarahnya, tanah Palestina secara geografis adalah milik bangsa Arab Palestina. Pertentangan pendapat dan pandangan ini yang menyebabkan timbulnya konflik dan melahirkan perang antara bangsa Yahudi- Israel dan bangsa Arab – Palestina serta Negara- Negara tetangganya. Tercatat tiga kali pertempuran yang terjadi masing – masing dengan jangka waktu pendek, dan ketiga peperangan ini selalu dimenangkan oleh pihak Israel. Situasi peperangan makin memburuk terutama dengan ikut campurnya kekuatan – kekuatan dari Negara Barat yang memiliki kekuatan super power yang mempunyai kepentingan politik di Negara Timur Tengah. Adapun pecahnya peperangan pertama, dimulai dengan diproklamasikannya Negara Israel oleh bangsa Yahudi yang berada di tanah Palestina, dan menjadikan tanah Palestina sebagai Negara Israel yaitu : Yang oleh bangsa Israel disebut sebagai perang kemerdekaan, karena pada tahun 1948 diproklamirkannya tanah Palestina menjadi negara Israel setelah Perserikatan Bangsa – Bangsa mengeluarkan resolusi tentang pembahagian tanah Palestina dengan bangsa Israel dan memberikan keleluasaan bagi bangsa Israel untuk menguasai sebahagian dari tanah Palestina pada tanggal 2 November 1947. Perang Pada Tahun 1948 – 1949 Perang meletus segera setelah dikeluarkannya resolusi tersebut. Sejumlah tentara pembebasan Arab yang terdiri atas bangsa Arab Palestina dan sukarelawan yang berasal dari Negara – Negara tetangga bangsa Arab berjumlan 3.000 orang mulai melakukan serangan untuk melakukan penggagalan resolusi tersebut. Haganah, menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan terhadap serangan itu, disebabkan pasukan ini mengetahui bahwa mereka harus mengikuti aturan main Inggris untuk mencari simpatik Negara – Negara Barat terhadap perjuangan mereka. Dan ketika Inggris menarik pasukannya pada tanggal 14 Mei 1948, maka Haqanah masuk ke dalam pertempuran tersebut pada akhir April. 15 Sementara itu Haqanah telah melakukan pengawasan terhadap lima kota yang memiliki populasi yang mayoritas bangsa Yahudi, telah menaklukkan 100 desa – desa tempat tinggal bangsa Arab , dan mengirimkan tawanan bangsa Arab ke propinsi yang diperdebatkan yaitu propinsi Galile, membuka jalan – jalan penting termasuk Pada waktu kelima Negara Arab secara terang – terangan menyatakan perang terhadap resolusi yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa dan terhadap perjanjian Inggris di tanah Arab, maka pada saat yang sama pada saat Arab memusatkan perhatiannya pada pengusiran tentara Inggris dari tanah Arab, Haqanah mengambil kesempatan untuk mendapatkan strategi yang menguntungkan untuk melonggarkan pengawasan Negara – Negara Arab terhadap Yerussalem. Sementara itu kekuatan bangsa Yahudi berjumlah 3.000 tentara yang siap untuk bertempur di daerah Palmach, dan ditambah dengan lebih kurang 15.000 di daerah militer dan 14.000 di daerah pengawasan lokal. Mereka mempunyai 1.600 mortir tetapi tidak mempunyai senjata kecuali mobil patrol dan tidak mempunyai artileri maupun pesawat tempur. 15 Kompas, tanggal 28 April 2003. salah satunya jalan yang menghubungkan ke gurun Negev yang terletak dekat dengan teluk Aqaba, dan meraih keuntungan bagi dibukanya jalan utama yang disediakan bagi bangsa Yahudi yang menghubungkan dengan kota Yerusallem. Kelompok Haqanah menyadari bahwa angkatan bersenjata Israel mengalami kelemahan pada jumlah serdadunya, maka menyadari hal ini maka gerakan Haqanah melakukan persetujuan secara diam – diam dengan pasukan Israel dengan memasukkan 30.000 serdadu Israel termasuk juga kerangka – kerangka pesawat tempur yang belum dirakit. Pada peperangan ini angkatan bersenjata kehilangan kira – kira 750 serdadu tetapi masih mempunyai beberapa senjata berat, melalui perjuangan yang keras akhirnya mereka memproklamirkan kemerdekaannya atas Negara Israel, pada saat bangsa Arab Syria, Transjordania dan sekarang Yordania, Mesir, Libanon menyerang bangsa Israel. Walaupun banyaknya kerugian yang diderita oleh bangsa Israel yang dinamakan Zahal tetapi bangsa Arab hanya mendapatkan kemenangan di daerah Selatan dimana tentara Mesir menyerbu sampai gurun Neqev dan menduduki Gaza dan Bersheba dan di Yerussalem dimana tentara Inggris melatih pasukan Arab Transjordania dan menahan markas Yahudi di Old City dan menutup jalan utama ke Barat. Namun demikian Israel yang menduduk i New City mengirimkan bantuan makanan bagi penduduk Israel yang tinggal di daerah mana yang ditahan oleh tentara Arab. Perserikatan Bangsa –Bangsa mengusahakan untuk diadakannya gencatan senjata selama 4 minggu yang dimulai pada tanggal 11 Juni. Pada saat itu Israel meningkatkan kekuatan pasukannya menjadi 60.000 dan ketika perang berlangsung pada tanggal 9 Juli, tentara Israel melakukan pertahanan di front – front tertentu dan sepuluh hari sebelum gencatan senjata dilakukan yaitu pada tanggal 18 Juli, mereka telah menaklukkan Nazareth di Utara dan mengusir tentara Arab yang menduduki posisi Utara ke arah pantai. Mesir menjadi musuh utama Israel sejak mereka memblokir jalan masuk ke Neqev. Ketika tentara Mesir menolak untuk melakukan pertukaran ketika konvoi Israel mengirimkan bantuan bagi penduduk Israel yang berada di daerah terkepung, maka Israel melakukan serangan pada tanggal 15 Oktober dengan pasukannya yang telah mendapatkan bantuan dari Negara – Negara Barat. Pada tanggal 7 Januari, Mesir setuju untuk melakukan gencatan senjata. Walaupun perjanjian gencatan senjata telah ditandatangani antara 4 negara Arab, namun masih banyak masalah yang mengganjal antara bangsa Arab dan Israel sehingga proses untuk menuju jalan damai sangat kecil kemungkinannya. Salah satu bangsa Arab tetap menolak untuk mengakui secara permanen dan de jure tentang eksistensi dari Negara Israel di tanah Palestina. Yang kedua adalah dengan adanya pengungsi – pengungsi Arab yang tidak dapat kembali ke daerahnya oleh karena daerahnya telah diduduki oleh Israel. Oleh karena alasan tersebut, maka dijadikan alasan bagi Arab untuk mengakui eksistensi Negara Israel di tanah Arab ini. Inilah yang menjadi alasan utama bagi pemicunya perang yang kedua yang terjadi pada tahun 1956. Setelah 7 tahun melakukan gencatan antara Israel dan Negara – Negara Arab yang walaupun demikian juga terjadi kekerasan – kekerasan di daerah perbatasan antara pasukan – pasukan berkuda Mesir dan juga pembalasan yang dilakukan oleh tentara Israel yang tidak dapat dihentikan oleh pengamat dari Perserikatan Bangsa – Bangsa. Perang Tahun 1956 Pemerintahan Arab melakukan boikot ekonomi terhadap Israel dan tidak henti – hentinya melakukan propaganda bagi bangsa Israel. Sementara itu Mesir mendesak untuk menggunakan Terusan Suez dan Teluk Aqaba untuk melakukan penawan bagi kapal – kapal Israel. Perlengkapan senjata Negara Arab semakin kuat sejak Negara – Negara blok komunis membuka perdagangan senjata dengan Negara – Negara Arab yang menambah perbedaan yang sangat jelas antara perlengkapan senjata Negara Israel yang dibelinya dari Negara – Negara Barat yang sementara itu masih enggan untuk melakukan transaksi penjualan senjata dalam jumlah yang besar dengan Negara Israel. Dengan bertambahnya kekuatan senjata Negara – Negara Arab, maka Mesir melakukan rencana perang di perbatasan Israel dan mengorganisir suatu kesatuan Negara Arab. Serangan Mesir dan Negara – Negara Arab ini mengancam Israel yang akhirnya melalui gencatan rahasia yang dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 1956 telah menyerang semenanjung Sinai di Mesir dan daerah pantai Arab, serta jalur Gaza dengan kekuatan 125.000 pasukan dan mempekerjakan45.000 laki – laki dan 200 tank serta kekuatan udara yang mendukungnya. Lewat kekuatan ini Israel dapat menguasai Terusan Suez dan menduduki daerah strategis Mitla Pass yang kemudian pasukannya behasil menguasai East Bank di Jalur Gaza dalam tempo 8 hari. 40.000 orang Mesir terbunuh dan 6.000 orang tertangkap, sementara itu di pihak Israel 181 orang terbunuh dan 1 orang pilot tertangkap. Mesir menuntut bahwa pada hari keempat Anglo – Prancis melakukan penyerangan terhadap kedudukan Mesir di Terusan Suez dan memaksa tentara Mesir untuk meninggalkan Sinai, yang mendukung kemenangan bagi Israel. Tidak diragukan lagi bahwa kemenangan berada di tangan Israel. Setelah itu Inggris, Perancis, Israel mengizinkan kepada Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk mengajukan gencatan senjata dan setelah membuka jalan bagi teluk Aqaba, maka Israel mulai menarik pasukannya dari sana. Sejak Mesir terus berusaha untuk merebut Terusan Suez , Israel menolak untuk melakukan senjata bagi pasukannya di perbatasn dan Israel tidak keberatan untuk pembagian daerahnya di wilayah Arab. Hal inilah yang memberikan kemungkinan kecil bagi bangsa Israel dan bangsa – bangsa Arab untuk mencapai perdamaian – perdamaian yang diharapkan oleh bangsa Israel dan yang menyebabkan timbulnya perang tahun 1967. Setelah berakhirnya perang di Sinai, Mesir berusaha untuk melakukan usaha – usaha yang baru untuk membuat liga Arab yang mempunyai tujuan yang sangat jelas yaitu untuk menghancurkan pertahanan bangsa Israel. Perang Tahun 1967 Tuntutan dan pemboman yang dilakukan oleh tentara Mesir di perbatasan daerah yang ditinggali oleh Tentara Mesir di perbatasan daerah yang ditinggali oleh mayoritas penduduk Israel, membuat Israel melakukan serangan melawan tentara Mesir. Serangan Israel yang dilakukan pada tanggal 5 Juni adalah usaha untuk menaklukkan Sinai dan Jalur Gaza. Israel berhasil menjatuhkan lebih kurang 400 tentara Mesir yang membuat kemenangan pada pihak Israel. Kekuatan angkatan bersenjata Israel telah berkembang pada perang yang ketiga ini. Israel telah memiliki 29.000 tentara ditambah dengan 2.500 tank dan kekuatan Angkatan Laut dengan 178 kapal laut dan hamper 1.000 pesawat tempur. Yang mana kekuatan ini dikombinasikan dengan kekuatan Mesir pula yang terdiri dari gabungan dengan Negara – Negara Syria, Mesir, Yordania, dan Irak yang terdiri dari 522.000 tentara dengan 2.500 tank dan berkekuatan 178 kapal dan hampir seribu pesawat. Israel berhasil menembus kekuatan Mesir yang telah dibentuk sejak tahun 1956. Ini dimulai pada hari ketiga, ketika kekuatan ampibi Israel mendarat di Sharm el Sheikh, yang mendesak pasukan patrol dan membuka teluk Aqaba. Strategi Israel yang tidak diduga oleh Mesir, membuat Israel dapat menguasai Terusan Suez pada hari keempat dan membuat Mesir menerima untuk dilakukannya gencatan senjata. Sementara itu pasukan Arab melakukan penyerangan di kota Yerusallem pada hari pertama yaitu tanggal 5 Juni, yang membuat Israel bergerak secara cepat untuk menyelamatkan strategi di Utara dan menyerang pasukan Yordania pada saat yang sama ketika Israel menyerang pasukan Mesir. Di dalam tempo 2 hari yang dimulai sejak tanggal 6 Juni, Israel memusatkan serangannya pada kekuatan yang berada di Barat dari daerah Yordania yang akhirnya membuat Israel dapat menguasai Old City dari Yerusallem pada hari keenam. Kemenangan Israel pada ketiga periode dari perang – perang sebelumnya menyebabkan Israel mempunyai peluang yang besar untuk menguasai tanah Palestina dan tanah – tanah sekitarnya. Dan inilah merupakan kelanjutan dari konflik antara Israel dan Negara – Negara Arab yang berlanjut hingga saat ini. Konflik Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana, seolah-olah seluruh bangsa Israel atau bahkan seluruh orang Yahudi yang berkebangsaan Israel memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi kedua negara dan sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Sejak Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara. Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini adalah: • Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina yang diusulkan. • Keamanan Israel • Keamanan Palestina. • Hakikat masa depan negara Palestina. • Nasib para pengungsi Palestina. • Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu. • Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok Ratapan Barat. Masalah pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam Hari pada 1967. Selama ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif, dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari kedua belah pihak. Dan menyebutkan “kedua belah” pihak itu sendiri adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang berbagai partai politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada partai-partai Yahudi Israel Mengingat pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina, yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan, yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.

B. Reaksi Masyarakat Internasional