Perlakuan Terhadap Relawan Kemanusiaan Perang Gaza

BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP RELAWAN KEMANUSIAAN DAN

FAKTA – FAKTA DALAM KONFLIK PERANG GAZA

A. Perlakuan Terhadap Relawan Kemanusiaan Perang Gaza

Pada tanggal 31 Mei 2010 Kapal Mavi Marmara yang jelas-jelas membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, diserang tentara Israel. Kapal Mavi Marmara yang berbendera Turki yang ditembaki oleh tentara Israel, membawa sekitar 563 relawan dari 31 negara. Kapal tersebut merupakan salah satu dari 6 kapal yang tergabung dalam armada The Freedom Flotilla. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan serta membebaskan Gaza dari Blokade yang diterapkan Israel sejak Hamas berkuasa pada tahun 2007. Misi tersebut diikuti oleh berbagai aktivis pro palestina dari berbagai belahan dunia, beberapa diantaranya bahkan adalah nama yang terkenal seperti peraih nobel perdamaian, sastrawan, sutradara film, politisi, dan wartawan. Di dalam kapal tersebut juga terdapat terdapat 12 WNI yang berasal dari 3 organisasi, yaitu Sahabat Al Aqsha bekerja sama dengan Hidayatullah, Relawan Mer-C, dan KISPA. Kapal tersebut ditembaki di perairan internasional di Laut Tengah dalam pelayaran dari Cyprus di wilayah perairan internasional, 65 kilometer dari perairan Gaza. Wartawan asal Skotlandia, Hassan Ghani dalam laporannya untuk Press TV mengatakan bahwa mereka dilempari gas air mata dan granat kejut oleh Pasukan Isreal. Selain itu mereka juga dikelilingi kapal-kapal perang Israel dan diserang dari segala penjuru. Sebuah kapal Yunani, Sfendoni, yang turut dalam rombongan kapal bantuan kemanusiaan itu juga ditembaki baik dari perahu-perahu maupun helikopter-helikopter Israel. Beberapa relawan tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Israel dengan pasti mengetahui kapal itu hanya membawa misi kemanusiaan dan tanpa persenjataan militer. Israel juga sadar aksi brutalnya akan menuai protes keras dunia internasional. Kapal itu membawa aktivis perdamaian dari sekurangnya perwakilan lima puluh negara. Alasan – alasan Israel melakukan penyerangan terhadap Kapal Mavi Marmara adalah sebagai berikut : 1. Israel ingin menunjukkan supremasinya pada dunia Internasional bahwa blokade yang dilakukannya di Jalur Gaza tidak boleh dan tidak bisa ditembus pihak mana pun, sekalipun itu untuk misi kemanusiaan. Kalau saja bantuan itu berhasil menembus blokade Israel, tandanya pemblokadean itu kedodoran dan ada celah untuk keluar masuk Hamas. Dengan kata lain, Israel ingin menebarkan trauma psikologis kepada siapa pun, yang mencoba menerobos blokade di Gaza. 2. Israel tidak ingin misinya melumpuhkan Hamas di Jalur Gaza, yang sudah berjalan tiga tahun lebih, gagal. Masuknya bantuan kemanusiaan dapat memperpanjang napas hidup Hamas dan memperkuat pengaruhnya terhadap penduduk Gaza. Bagi Israel, bantuan itu dikhawatirkan menguntungkan Hamas dan semakin menarik simpati penduduk Gaza untuk mendukung Hamas. 3. Israel tidak ingin nasib dan penderitaan penduduk Gaza, saat ini diketahui publik internasional. Masuknya misi kemanusiaan dari berbagai negara yang turut membawa wartawan dan jurnalis berbagai media, dikhawatirkan membuat laporan yang dapat meningkatkan tekanan dunia internasional pada Israel. Berbagai media itu juga dapat dijadikan “corong” Hamas untuk memperoleh dukungan dunia. Oleh karena itu, Israel pun berencana memulangkan semua relawan kemanusiaan tersebut ke negaranya masing-masing. Sementara bantuan kemanusian itu boleh masuk, hanya jika melalui otoritas pemerintahan Israel sendiri yang membawa dan menyalurkannya.. Terlepas dari motif tersebut, tindakan penyerangan terhadap relawan kemanusiaan dan jurnalis dalam kondisi apa pun adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Apalagi, kapal Mavi Marmara yang diserang Israel masih berada dalam perairan internasional dan bukan dalam kondisi perang. Dalam Hukum Internasional, Statuta Roma Pasal tujuh disebutkan, “kejahatan kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terdapat penduduk sipil.” Kejahatan terhadap kemanusiaan ini adalah salah satu dari empat pelanggaran HAM berat, yang berada dalam yurisdiksi International Criminal Court. Israel melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan bukan kali ini saja, melainkan telah berulang kali. Lembaga Amnesti Internasional dan Human Rights Watch telah dua kali melakukan gugatan pada Israel; pada perang Israel-Hezbollah 2006 dan pascaagresi militer Israel ke Gaza 2009. PBB sebagai lembaga internasional yang memiliki kewenangan mengadili setiap pelanggaran hukum internasional. Aksi brutal Israel ini tidak saja melukai rasa kemanusiaan, melainkan akan menguatkan kembali sentimen anti-Israel dan berkembang menjadi sentimen anti-Amerika Serikat. Terutama jika AS tetap menunjukkan keberpihakannya kepada Israel. Sentimen inilah, yang akan menyemai teroris-teroris baru. Israel melabeli Hamas sebagai organisasi teroris, predikat yang sama juga layak disandang Israel. Atau sekurangnya Israel dapat disebut terrorist in reverse al-irhab al-ma`kus, yaitu, perilaku teror yang dilakukan dengan dalih memerangi teroris. Keduanya sama-sama menjadikan rakyat sipil sebagai sasaran.

B. Peranan PBB Dalam Mengatasi Kasus Blokade Jalur Gaza