PERAN INTERPOL DALAM PEMBERANTASAN

BAB IV PERAN INTERPOL DALAM PEMBERANTASAN

JARINGAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA INTERNASIONAL A. Kerjasama Antara Kepolisian Internasional Kerjasama internasional di bidang kepolisian dalam rangka menanggulangi kejahatan berdimensi internasional dan bersifat lintas negara telah dilaksanakan sejak berdirinya ICPC tahun 1923 yang pada tahun 1956 berkembang menjadi ICPO. Salah satu tujuan kerjasama tersebut adalah untuk memberantas perdagangan gelap narkotika. Dalam memberantas peredaran gelap narkotika, di dalam Interpol terdapat sebuah divisi khusus yang bertanggung jawab untuk mengoperasikan suatu sistem laporan intelijen yang efektif dan menguntungkan negara anggota, menyoroti kasus-kasus penyitaan narkotika dalam jumlah besar dan melukiskan kecenderungan-kecenderungan baru dari pengedar, jenis narkotika yang disita, modus operandi yang digunakan dan rute perjalanan yang dilalui. 104 Aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan peredaran dan perdagangan gelap narkotika ditangani oleh dua grup. Kedua grup ini bertugas untuk : 105 a. Mengumpulkan informasi penyitaan narkotika. b. Mengkoordinasikan penyelidikan yang bersifat internasional. c. Mensirkulasikan tentang taktik dan strategi yang digunakan untuk memberantas peredaran gelap narkotika. 104 Sardjono, Kerjasama Internasional di Bidang Kepolisian, Op. Cit., hal. 30. 105 Ibid, hal. 126. Universitas Sumatera Utara d. Berkoordinasi dengan badan-badan PBB di bidang narkotika yaitu UNODC. e. Menyediakan bantuan kepada setiap NCB negara-negara anggota. f. Mengatur pertemuan untuk membicarakan kasus peredaran gelap narkotika yang sedang berlangsung. g. Mengevaluasi secara periodik situasi perdagangan dan peredaran gelap narkotika di berbagai negara di dunia. Interpol juga memiliki kantor Perwakilan Pengontrolan Narkotika di Bangkok yang menitikberatkan perhatiannya serta bertanggung jawab terhadap situasi peredaran narkotika di Asia Tenggara. Telah bertahun-tahun Divisi Khusus Narkotika ini melaksanakan program untuk menangani permasalahan yang berhubungan dengan narkotika. Hingga saat ini program- program yang menonjol mencakup : 106 a. Program strategis penanggulangan perluasan peredaran kokain di Eropa. b. Sistem Intelijen Strategis SIS menyediakan data penyitaan narkotika di seluruh dunia. c. Program monitor diversi narkotika dan zat kimia yang penting dari semula yang bersifat legal kemudian diperdagangkan secara gelap. d. Program menanggulangi peredaran heroin melalui rute Balkan. e. Program monitor pengedar-pengedar dari berbagai kebangsaan dan kelompok etnis. Divisi Khusus Narkotika ini menyediakan berbagai dokumen untuk membantu dalam pemberantasan peredaran gelap narkotika. Dokumen-dokumen ini berupa laporan- 106 Ibid. Universitas Sumatera Utara laporan intelijen yang sangat penting dalam hal penyitaan dan setiap kecenderungan baru dalam perdagangan gelap narkotika. Dokumen-dokumen ini dikirim ke masing-masing negara anggota setiap minggu. Publikasi lainnya adalah mencakup laporan tahunan mengenai peredaran narkotika internasional dan laporan tahunan statistik mengenai produksi gelap, pemakaian dan peredaran narkotika. Kedua laporan ini diajukan dalam Sidang Umum Interpol setiap tahunnya. Kerjasama kepolisian internasional tidak hanya dibatasi pada pertukaran informasi tetapi juga mencakup : 107 a. Menyiapkan dan mengedarkan studi-studi dan laporan-laporan dalam bidang hukum narkotika serta permasalahan teknis yang berhubungan dengan aktifitas kepolisian di negara masing-masing; b. Mengumpulkan materi referensi yang bersifat umum pada fenomena yang terjadi dan kedisiplinan yang behrubungan dengan Interpol dan tugas-tugas kepolisian; c. Mengatur simposium internasional untuk mempelajari secara lebih mendalam permasalahan-permasalahan permanen yang menjadi topik bagi penegak hukum negara anggota. Selain itu, kerjasama internasional di bidang kepolisian memungkinkan negara anggota yang merupakan negara-negara maju memberikan bantuan teknis kepada negara- negara berkembang khususnya dalam hal pelatihan dan spesialisasi petugas kepolisian. 107 Ibid. Universitas Sumatera Utara Divisi khusus akan menyusun secara berkala suatu kursus dan pelatihan dimana negara- negara anggota disiapkan untuk menerima perwira polisi asing. Salah satu contoh kerjasama internasional di bidang kepolisian dalam hal pemberian pelatihan dan spesialiasi pertugas kepolisian adalah pendirian JCLEC Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation, yang bertujuan melatih para penegak hukum yang ingin meningkatkan keahlian operasionalnya dalam menangani kejahatan lintas negara, Dibangun atas kerjasama pemerintah Indonesia dan Australia, JCLEC dikelola Kepolisian RI dan Kepolisian Federal Australia AFP. 108 Kerjasama antara Kepolisian RI dan AFP sendiri telah terjalin sejak lama khususnya dalam membongkar suatu sindikat kejahatan lintas negara yang beroperasi antara Australia dan Indonesia. Penyidikan ini diberi sandi Operation Kalurra pada waktu seorang tersangka bernama Petr Petras seorang warga negara Cekoslovakia tiba di Bali dan bertemu dengan seorang warga negara Australia keturunan Turki bernama Mehmet Seriban. 109 Kedua orang tersebut diketahui berencana untuk mengekspor sejumlah besar bahan kimia pre-kursor Ephidrine 110 108 untuk dipakai memproduksi shabu-shabu di Australia. Berkat kerjasama yang baik melalui pertukaran informasi yang eferktif antara www.kompas.com, JCLEC Buah Kerjasama Polri dan AFP Australian Federal Police, diakses pada tanggal 12 November 2010. 109 Berita Acara Pelimpahan Tersangka, Badan Reserse kriminal POLRI Direktorat IVTP.NARKOBA dan KT. 110 Prekursor adalah bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat yang berada dalam pengawasan. Pada umumnya prekursor digunakan secara sahresmi dalam proses industri dan sebagian besar diperdagangkan dalam perdagangan Internasional. Bahan kimia tersebut tidak berada dalam pengawasan khusus, namun ekspor dan impor serta pemasokan prekursor kepada perorangan dan perusahaan yang penggunaannya bukan untuk pemakaian dalam industri merupakan suatu petunjuk bahwa ada kemungkinan kegiatan tersebut adalah kegiatan gelap. Istilah pekursor dipakai untuk bahan-bahan yang tidak perlu merupakan narkoba, namun digunakan dalam berbagai cara untuk memproses atau membuat narkotika atau psikotropika. www.bnn.id, Pengawasan Prekursor, diakses pada tanggal 12 November 2010. Universitas Sumatera Utara AFP dan Polri maka AFP dapat mengumpulkan bukti-bukti yang memungkinkan AFP untuk menangkap sindikat ini sebelum bahan kimia tersebut diekspor. Selain melalui Interpol, negara-negara juga dapat melakukan kerjasama di bidang kepolisian untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Kerjasama ini dapat dilakukan melalui memorandum of understanding MoU maupun agreement. 111 a. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara tentang Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara dan Pengembangan Kerjasama Kepolisian. Beberapa contoh kerjasama yang dilakukan oleh Kepolisian Indonesia dengan negara lain, yaitu : b. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Kementrian Dalam Negeri dan Hubungan Kerajan Belanda tentang Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan. c. Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kepolisian Nasional Philipina tentang Kerjasama Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Transnasional. d. Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia tentang Penanggulangan Kejahatan Lintas Negara dan pengembangan Kerjasama Kepolisian. e. Agreement on Narcotics Control and Law Enforcement between The Government of The United States of America and The Government of Indonesia. 111 Kumpulan Naskah Kerjasama Antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Asing dan Organisasi Internasional, NCB Indonesia, Jakarta, 2007 Universitas Sumatera Utara f. Memorandum of Understanding between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Socialist Republic of Vietnam on Cooperation in Preventing and Combating Crimes. g. Memorandum of Understanding between The Indonesian National Police and The Royal Malaysia Police on Combating Illicit Trafficking in Narcotic Drugs, Zpsychotropic Subtances, Precursors, Hazardous Materials and Enchanment of Police Cooperation. h. Arrangement on Cooperation between The National Police Agency of The Republic of Korea and The Indonesian National Police. i. Agreement on Cooperation between The National Police of The Republic of The Indonesia and The Ministry of Public Security of The People’s Republic of China. j. Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Romania tentang Kerjasama Pencegahan dan Pemberantasan Kejahatan Terorganisasi Transnasional, Terorisme dan Jenis Kejahatan Lainnya. k. Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia tentang Kerjasama Pemberantasan Kejahatan Terorganisasi Transnasional dan Kejahatan Lainnya. B. Kerjasama di Bidang Informasi Salah satu tujuan Interpol adalah pembangunan sistem pengiriman informasi dari NCB ke NCB negara anggota dan ke Sekretariat Jenderal dengan cepat, tepat, aman dan permanen. Bentuk-bentuk informasi tersebut dapat berupa : 112 112 Sardjono, Op. Cit., hal. 21. Universitas Sumatera Utara a. Teks ketikan; b. Teks grafik, diagram dan tabel; c. Gambar berupa nota palsu, sidik jari, foto dan lain-lain; d. Kombinasi antara teks dan gambar; e. Konsultasi database. Peralatan media transmisi yang digunakan tergantung pada bentuk dokumen yang akan dikirim antara lain electronic message, facsimile, phototelegraf, dan melalui pos. Peningkatan kualitas peralatan dan standar teknologi diantara negara-negara anggota menjadi prioritas utama pada tahun-tahun akan datang, sehingga standar kualitas jaringan komunikasi Interpol di seluruh negara anggota dapat tercapai. 113 Sebagaimana ketentuan sistem telekomunikasi dalam Interpol, jaringan komunikasi ada dua, yaitu : Interpol terdiri 188 negara anggota yang masing-masing memiliki tingkat perkembangan teknologi yang berbeda. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan proses komunikasi dan informasi. 114 a. Jaringan komunikasi mencakup keseluruhan kemampuan NCB melakukan pengiriman informasi dan dokumen ke NCB negara lain dan ke Sekretariat Jenderal dengan menggunakan sarana yang ada. b. Jaringan siaran radio mencakup NCB negara anggota yang dapat menerima siaran khusus atau umum. Kemampuan suatu NCB tergantung dari peralatan yang telah dipasang. Jaringan telekomunikasi Interpol mencakup tiga tingkat struktur, yaitu : 115 113 Ibid,hal. 21. 114 Ibid. Universitas Sumatera Utara a. Level 1, yaitu dari NCB ke NCB lainnya. NCB suatu negara anggota saling terkait dengan kepolisian negara tersebut, demikian juga dengan Interpol, ada 188 NCB dan 13 Sub Biro. b. Level 2, yaitu Stasiun Regional. Stasiun Regional menjamin pengumpulan dan pengiriman berita di wilayahnya. Mereka mengatur kelancaran arus berita antara NCB yang langsung berhubungan dengan Stasiun Regional. Ada tujuh Stasiun Regional : 1 Lyons, merupakan kedudukan Sekretariat Jenderal, yaitu stasiun regional yang menghubungkan NCB yang berada di Eropa, Laut Tengah, Amerika Utara dan Timur Tengah. 2 Nairobi, yaitu stasiun regional yang menghubungkan NCB yang berada di Afrika Timur. 3 Abijan, yaitu stasiun regional yang menghubungkan NCB di Afrika Barat. 4 Buenos Aires, yaitu stasiun regional yang menghubungkan NCB di Afrika Selatan. 5 Tokyo, yaitu stasiun regional yang menghubungkan NCB di Asia. 6 Puerto Rico, yaitu stasiun regional yang menghubungkan NCB di Amerika Tengah. 7 Canberra, yaitu stasiun regional yang berada di Pasifik. c. Level 3, yaitu Stasiun Pusat. 115 Ibid,hal. 22. Universitas Sumatera Utara Stasiun Pusat mengendalikan arus informasi dari stasiun regional yang berbeda melalui stasiun regional. Di samping itu stasiun pusat menjadi stasiun regional untuk zona Eropa, Mediterania, Amerika Utara, dan Timur Tengah. Di dalam sistem informasi Interpol, dikenal X-400, yaitu suatu standar penerimaan dan pengiriman berita internasional dalam rangkaian Komite Konsultasi Telegraf dan Telepon Internasional CCITT. 116 Sistem incriptor Interpol dapat beradaptasi pada semua peralatan micro computer, dengan software X-400 dan identifikasi pengirim dengan memakai sebuah chip-card Dengan adanya peralatan standar X-400 ini memungkinkan penyediaan sarana di setiap stasiun regional dengan sebuah Mini-AMSS Automatic Message Switching Server berdasarkan standar peralatan yang menghemat biaya dan tenaga. Kebijaksanaan strategi modernisasi peralatan ini dputuskan pada tahun 1991. Dengan demikian pelayanan komunikasi informasi secara otomatis di Sekretariat Jenderal berintegrasi ke dalam jaringan umum. Sebagian besar negara-negara di Eropa dan Amerika Utara mengikuti Sekretariat Jenderal dalam pemakaian peralatan X-400 yang disempurnakan di tahun 1993. Interpol bukan hanya dapat mengirim dan menerima informasi secara tepat dan tepat, namun juga harus aman dari deteksi pihak luar. Jaringan informasi Interpol terdiri dari beberapa terminal dan peralatan komunikasi yang disuplai oleh berbagai negara anggotanya. Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi yaitu, pertama sistem yang mengidentifikasikan pengiriman berita sehingga pihak ketiga tidak mempunyai kesempatan memperoleh akses dan mengirimkan berita tanpa gangguan. Kedua, peralatan menjamin bahwa terhadap berita penting tidak akan teridentifikasi oleh pihak lain. 116 Ibid, hal. 23. Universitas Sumatera Utara sebagai tanda tangan elektronik, semua ini dapat dilaksanakan tanpa harus melakukan modifikasi terhadap X-400. Sistem ini telah dioperasikan sejak bulan Agustus 1991. Dalam mempermudah pemberian informasi kepada setiap NCB, Interpol juga melengkapi saran informasinya dengan The Automated Search Facility AFS yaitu suatu sarana yang dapat digunakan NCB negara anggota untuk mencari identitas tersangka secara otomatis. 117 Banyak dokumen yang diterbitkan oleh Interpol secara periodik maupun sewaktu- waktu untuk mengedarkan informasi melalui NCB-NCB kepada kepolisian negara-negara anggota. Dokumen-dokumen tersebut disiapkan oleh notices group yang berisi informasi yang telah dikumpulkan dari beberapa negara. Dokumen tersebut adalah : Pencarian identitas tersangka dilakukan dengan beberapa kriteria termasuk kriteria nama keluarga, nama depan, tanggal lahir, kewarganegaraan, nomor paspor atau identitas lainnya. Sistem ini juga dapat mengirimkan foto dan sidik jari seseorang dan international notices dalam bahasa Inggris, Perancis, Spanyol dan Arab. Dengan menggunakan AFS ini, NCB negara anggota dapat mengirimkan serta menerima informasi dengan mengirimkan gambar secara langsung. Dengan sarana melalui X-400 dan ASF, maka Interpol memiliki sarana utama sebagai fondasi mengembangkan dan memperluas jaringan ke seluruh dunia, guna memberantas kejahatan peredaran gelap narkotika. 118 1. Individual Notices, dokumen ini memberikan data identitas, penjelasan secara fisik dan kemungkinan keberadaan, foto dan sidik jari seseorang. Individual notices ini sendiri terdiri atas beberapa jenis, yaitu : 117 Ibid. 118 www.interpol.int, INTERPOL Notices Diffusions, diakses pada tanggal 21 oktober 2010 Universitas Sumatera Utara a. Wanted Notices adalah permintaan mengenai orang-orang yang dicari untuk ditangkap dan ditahan dengan kemungkinan ekstradisi. Wanted notices ini berupa data-data lengkap dari orang yang dicari tersebut dan menjelaskan kejahatan apa yang telah dilakukannya. b. Enquiry Notices adalah permintaan yang diterbitkan untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang orang-orang yang dimaksud yang dapat digunakan untuk membantu menemukan si tersangka. c. Warning Notices adalah peringatan atau pemberitahuan kepada beberapa negara mengenai seorang atau sindikat yang sedang melakukan kejahatan di negara-negara tersebut. d. Missing Person Notices diterbitkan bila seseorang khususnya orang-orang yang belum dewasa dilaporkan hilang dari kediamannya. e. Unidentified Body Notices berisi deskripsi mayat yang ditemukan tanpa identitas. 2. Stolen Property Notices yaitu pemberitahuan atas barang-barang hilang atau yang sedang dicari. 3. Surat Edaran, laporan dan brosur-brosur teknik yang memberikan ringkasan, fakta serta kategori tertentu dari pelaku pengedar gelap narkotika. Dokumen-dokumen Interpol ini disimpan secara elektronik dalam disk optic sehingga mempermudah mengidentifikasi para pelaku kejahatan dan menunjukkan apakah ada kaitan antara kasus-kasus yang sedang terjadi dengan kasus yang telah lampau. Universitas Sumatera Utara C. Permintaan Penerbitan Notices 1. Pengertian dan Jenis-Jenis Notices Salah satu tugas Interpol yang paling penting adalah untuk membantu kepolisian di negara-negara anggota berbagi informasi yang terkait dengan pemberantasan kejahatan lintas batas negara dengan menggunakan sistem organisasi pemberitahuan internasional. Berdasarkan permintaan dari setiap NCB negara anggota, Sekretariat Jenderal dapat menerbitkan notices atau pemberitahuan dalam semua bahasa resmi yang dipakai oleh organisasi yaitu bahasa Inggris, Perancis, Spanyol dan Arab. Selain itu notices ini dapat digunakan oleh Mahkamah Pengadilan Internasional untuk mencari orang-orang yang diduga melakukan tindak pidana internasional seperti genosida, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. 119 1. Individual Notices Dalam memberantas peredaran gelap narkotika, notices berupa pemberitahuan ini sangatlah penting untuk menangkap pelaku yang lari ke luar negeri maupun untuk membongkar sindikat pengedar yang berada di banyak wilayah negara di dunia. Penerbitan Interpol notices dapat digolongkan sebagai berikut : 120 a. Red Notice adalah permintaan pencarian tersangka atau terdakwa atau terpidana yang diduga melarikan diri ke negara lain, dengan maksud agar dilakukan pencarian, penangkapan dan penahanan untuk diekstradisi. b. Blue Notice adalah permintaan pencarian pelaku kejahatan yang diduga melarikan diri ke negara lain bukan untuk tujuan penangkapan, tetapi untuk 119 www.interpol.int, Interpol-United Nations Security Council Special Notices, diakses pada tanggal 12 November 2010 120 Sardjono, Op. Cit., hal. 258. Universitas Sumatera Utara diketahui keberadaannya dan atau kemungkinan adanya catatan kriminal serta jati diri maupu n aktifitas lainnya. c. Green Notice adalah informasi yang berisi peringatan kepada negara- negara lain agar waspada terhadap residivis atau seseorang atau kelompok yang kemungkinan akan melakukan kejahatan di negara penerima informasi. d. Yellow Notice adalah permintaan pencarian orang yang diduga hilang atau orang yang mengalami gangguan kejiwaan dan diduga hilang, yang kemungkinan pergi atau berada di wilayah negara lain. e. Black Notice adalah permintaan informasi tentang penemuan mayat yang tidak diketahui identitasnya dan diduga berkebangsaan asing. 2. Stolen Property Notices adalah permintaan pencarian benda-benda antik termasuk karya-karya seni bernilai tinggi yang dilaporkan hilang atau dicuri orang dan diduga diselundupkan ke negara lain. 121 3. Modus operandi Notices adalah informasi tentang suatu modus operandi kejahatan baru yang digunakan dalam melakukan kejahatan, informasi ini sebagai bahan masukan bagi negara lain. 122 4. Operational Matter Notice adalah informasi tentang suatu kejahatan yang terjadi di negara-negara anggota interpol dengan ciri-ciri sebagai berikut : 123 a. Kejahatan yang dilakukan melalui corporate crime 124 121 Ibid, hal. 257. 122 Ibid. 123 Ibid, hal. 260. , computer crime, white collar crime. Universitas Sumatera Utara b. Melibatkan negara lain dalam penyelidikannya. c. Sarana yang dilakukan untuk melakukan kejahatannya adalah berupa dokumen seperti paspor, kartu kredit, traveller cheque, uang palsu dan lain- lain. Dari sejumlah jenis notices yang telah dujabarkan di atas, maka notice yang paling berperan dan sering digunakan di dalam memberantas peredaran gelap narkotika adalah red notice, green notice, modus operandi notice. Melalui red notice, negara-negara dapat mengadakan kerjasama untuk melakukan penangkapan dan penahanan pelaku pengedar yang melarikan diri atau telah menjadi buronan karena melakukan tindak pidana narkotika di negara-negara yang bersangkutan. Apabila para pelaku yang melarikan diri ini telah diketahui keberadaannya, maka negara yang minta penerbitan notice dapat meminta pelaku untuk diekstradisi. Penerbitan green notice merupakan pencerminan yang nyata dari kerjasama internasional memberantas peredaran gelap narkotika. Negara-negara dapat saling memberikan warning atas seorang atau lebih residivis yang kemungkinan akan menjalankan aksi kejahatannya di negara-negara tertentu. Modus operandi notice menginformasikan modus-modus penyelundupan yang sering digunakan dalam mengedarkan narkotika. 124 Black’s Law Dictionary menyebutkan kejahatan korporasi corporate crime adalah tindak pidana yang dilakukan oleh dan oleh karena itu dapat dibebankan pada suatu korporasi karena aktivitas- aktivitas pegawai atau karyawannya seperti penetapan harga, pembuangan limbah, sering juga disebut sebagai “kejahatan kerah putih” white collar crime. Universitas Sumatera Utara 2. Tata Cara Permintaan Penerbitan Interpol Notices Penerbitan notices haruslah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh Interpol, yakni sebagai berikut : 125 1. Individual Notices a. Red Notice 1 Permintaan penerbitan red notice dapat diajukan terhadap tersangka, terdakwa atau terpidana yang diduga melarikan diri ke luar negeri dengan maksud agar dilakukan pencarian untuk menangkap, menahan atau mengekstradisi. 2 Permintaan penerbitan red notice dapat diajukan oleh penyidik atau instansi lain yang terkait dengan criminal justice system. 3 Permintaan penerbitan red notice disertai dengan kelengkapan atau persyaratan-persyaratan sebagaimana tersebut dalam formulir permintaan red notice. 4 Dalam hal permintaan penerbitan red notice kurang memenuhi persyaratan atau terdapat kekurangan, maka NCB akan segera memberitahukan kekurangan tersebut dan meminta instansi terkait untuk melengkapinya. 5 Setelah persyaratan permintaan penerbitan red notice lengkap, NCB negara anggota yang bersangkutan segera mengajukannya kepada Sekretariat Jenderal interpol sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 125 Sardjono, Op. Cit.,hal. 261-265. Universitas Sumatera Utara 6 Lembaran asli red notice yang diterima dari Sekretariat Jenderal Interpol, akan dikirimkan kepada negara yang meminta. 7 Segala perkembangan yang terjadi setelah penerbitan red notice, akan segera diinformasikan kepada negara yang mengajukan permintaan. 8 Dalam hal diperoleh informasi bahwa tersangka atau terdakwa atau terpidana yang dimintakan red notice berhasil ditangkap oleh negara tertentu, maka NCB negara bersangkutan akan segera mempersiapkan pengajuan permintaan ekstradisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan di Indonesia, ekstradisi harus berpedoman pada : a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1976 tentang Ekstradisi; b Perjanjian-perjanjian ekstradisi antara Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain; c Buku petunjuk lapangan tentang Tata Cara Ekstradisi dan buku petunjuk lapangan di lingkungan Polri dalam rangka pelaksanaan handing over tersangka. b. Blue Notice 1 Permintaan penerbitan blue notice dapat diajukan terhadap pelaku kejahatan yang diduga melarikan diri ke negara lain, bukan untuk tujuan penangkapan tetapi untuk diketahui keberadaannya dan atau kemungkinan adanya catatan kriminal, jati diri serta aktifitas lainnya 2 Permintaan penerbitan blue notice dapat diajukan oleh penyidik atau instansi lain yang memiliki kewenangan dalam penyidikan. Universitas Sumatera Utara 3 Permintaan penerbitan blue notice disertai dengan kelengkapan dan persyaratan-persyaratan sebagaimana tersebut dalam formulir permintaan penerbitan blue notice. 4 Dalam hal permintaan penerbitan blue notice kurang memenuhi persyaratan atau terdapat kekurangan, maka NCB negara tersebut akan meminta agar kekurangan tersebut dapat dilengkapi oleh instansi yang meminta penerbitannya. 5 Setelah persyaratan permintaan penerbitan blue notice lengkap, NCB negara anggota yang bersangkutan segera mengajukannya kepada Sekretariat Jenderal interpol sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 6 Lembaran asli Blue Notice yang diterima dari Sekretariat Jenderal Interpol, akan dikirimkan kepada negara yang meminta. 7 Segala perkembangan yang terjadi setelah penerbitan Blue Notice, akan segera diinformasikan kepada negara yang mengajukan permintaan. c. Green Notice 1 Permintaan penerbitan green notice dapat diajukan sebagai informasi yang berisi peringatan kepada negara penerima green notice, agar waspada terhadap residivis atau seseorang atau kelompok yang kemungkinan akan melakukan kejahatan di negara tersebut 2 Permintaan penerbitan green notice dapat diajukan oleh penyidik atau instansi lain yang memiliki kewenangan dalam penyidikan. Universitas Sumatera Utara 3 Permintaan penerbitan green notice disertai dengan kelengkapan dan persyaratan-persyaratan sebagaimana tersebut dalam formulir permintaan penerbitan green notice 4 Dalam hal permintaan penerbitan green notice kurang memenuhi persyaratan atau terdapat kekurangan, maka NCB negara tersebut akan meminta agar kekurangan tersebut dapat dilengkapi oleh instansi yang meminta penerbitannya. 5 Setelah persyaratan permintaan penerbitan green notice lengkap, NCB negara anggota yang bersangkutan segera mengajukannya kepada Sekretariat Jenderal Interpol sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 6 Lembaran asli green notice yang diterima dari Sekretariat Jenderal Interpol, akan dikirimkan kepada negara yang meminta. 7 Segala perkembangan yang terjadi setelah penerbitan green notice, akan segera diinformasikan kepada negara yang mengajukan permintaan. d. Yellow Notice 1 Permintaan penerbitan yellow notice dapat diajukan untuk meminta bantuan pencarian orang hilang atau orang yang mengalami gangguan kejiwaan yang hilang atau orang yang diduga pergi atau tersesat di negara lain. 2 Permintaan penerbitan yellow notice dapat diajukan oleh penyidik atau instansi lain yang memiliki kewenangan dalam penyidikan. Universitas Sumatera Utara 3 Permintaan penerbitan yellow notice disertai dengan kelengkapan dan persyaratan-persyaratan sebagaimana tersebut dalam formulir permintaan penerbitan yellow notice 4 Dalam hal permintaan penerbitan yellow notice kurang memenuhi persyaratan atau terdapat kekurangan, maka NCB negara tersebut akan meminta agar kekurangan tersebut dapat dilengkapi oleh instansi yang meminta penerbitannya. 5 Setelah persyaratan permintaan penerbitan yellow notice lengkap, NCB negara anggota yang bersangkutan segera mengajukannya kepada Sekretariat Jenderal Interpol sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 6 Lembaran asli yellow notice yang diterima dari Sekretariat Jenderal Interpol, akan dikirimkan kepada negara yang meminta. 7 Segala perkembangan yang terjadi setelah penerbitan yellow notice , akan segera diinformasikan kepada negara yang mengajukan permintaan. e. Black Notice 1 Permintaan penerbitan black notice dapat diajukan dalam hal ditemukan mayat yang tidak diketahui identitasnya, tetapi diduga berkebangsaan lain. 2 Permintaan penerbitan black notice dapat diajukan oleh penyidik atau instansi lain yang memiliki kewenangan dalam penyidikan. Universitas Sumatera Utara 3 Permintaan penerbitan black notice disertai dengan kelengkapan dan persyaratan-persyaratan sebagaimana tersebut dalam formulir permintaan penerbitan black notice. 4 Dalam hal permintaan penerbitan black notice kurang memenuhi persyaratan atau terdapat kekurangan, maka NCB negara tersebut akan meminta agar kekurangan tersebut dapat dilengkapi oleh instansi yang meminta penerbitannya. 5 Setelah persyaratan permintaan penerbitan black notice lengkap, NCB negara anggota yang bersangkutan segera mengajukannya kepada Sekretariat Jenderal Interpol sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 6 Lembaran asli black notice yang diterima dari Sekretariat Jenderal Interpol, akan dikirimkan kepada negara yang meminta. 7 Segala perkembangan yang terjadi setelah penerbitan black notice , akan segera diinformasikan kepada negara yang mengajukan permintaan. 2. Stolen Property Notice a. Permintaan penerbitan stolen property notice dapat diajukan oleh instansi kepolisian negara kepada NCB nya dengan melengkapi kelengkapan- kelengkapan berupa formulir stolen property notice. b. Setelah persyaratan permintaan penerbitan stolen property Nnotice lengkap, maka NCB Interpol segera mengajukan permintaan penerbitan notice kepada Sekretariat Jenderal Interpol. Universitas Sumatera Utara c. Lembaran asli stolen property notice yang diterima oleh Sekretariat Jenderal Interpol akan segera dikirimkan kepada negara yang mengajukan notice. d. Segala perkembangan yang terjadi setelah penerbitan notice akan segera diinformasikan kepada negara yang mengajukan notice. 3. Modus Operandi Notice Permintaan penerbitan modus operandi notice harus diajukan melalui instansi yang berwenang dalam bidang penyidikan dan melengkapi persyaratan- persyaratan seperti pengisian dokumen dan formulir yang berisi uraian singkat kasus dan modus operandi yang hendak diinformasikan kepada negara lain secara rinci. 4. Operational Matter Notice Permintaan penerbitan operational matter notice diajukan melalui instansi yang berwenang dalam bidang penyidikan dengan melengkapi persyaratan dan mengisi formulir permintaan penerbitan notice. D. Penyerahan Pelaku Kejahatan Peredaran dan Perdagangan Gelap Narkotika Melalui Red Notice 1. Melalui Perjanjian Ekstradisi Kerjasama internasional dalam masalah pidana, pada dasarnya haruslah dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas sebagai berikut : 126 a. Asas resiprositas. 126 Thomson Siagian, Op. Cit., hal 7. Universitas Sumatera Utara Asas ini adalah asas hubungan baik antar negara yang sifatnya timbal balik. Asas ini berlaku universal dan sangat penting dalam penerapan kerjasama. b. Asas persamaan kedaulatan. Asas ini menekankan bahwa negara-negara yang mengadakan perjanjian harus menghargai persamaan kedaulatan dari masing-masing negara. c. Asas non intervensi. Asas ini menekankan bahwa masing-masing negara tidak boleh melakukan intervensi atas masalah dalam negeri masing-masing negara, d. Asas mutual benefit. Asas ini menekankan bahwa dalam rangka kerjasama harus ada prinsip saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Kata Ekstradisi berasal dari bahasa latin extradere yang terdiri dari kata ex artinya keluar dan Tradere artinya memberikan menyerahkan , kata bendanya Extradio yang artinya penyerahan. Istilah ekstradisi ini lebih dikenal atau biasanya digunakan terutama dalam penyerahan pelaku kejahatan dari suatu negara kepada negara peminta. 127 127 Menurut Undang-undang RI No. 1 Tahun 1979 yang dimaksud dengan ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu negara yang meminta penyerahan seorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang menyerahkan dan didalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut, karena berwenang untuk mengadili dan menghukumnya. www.interpol.go.id, Defenisi, Prosedur dan Implementasi Ekstradisi, diakses pada tanggal 15 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara Pada umumnya, ekstradisi adalah sebagai akibat dari hak asylum yaitu tujuan politik dan merupakan sarana untuk mencapai tujuan kekuasaan, namun pada saat ini ekstradisi dipraktekkan guna menembus batas wilayah negara dalam arti agar hukum pidana nasional dapat diterapkan terhadap para penjahat yang melarikan diri ke negara lain atau agar keputusan pengadilan terhadap seorang penjahat yang melarikan diri ke luar negeri dapat dilaksanakan. Dalam melakukan ekstradisi, maka suatu negara harus memperhatikan asas-asas sebagai berikut : 128 a. Asas kejahatan rangkap atau double criminality, yaitu bahwa perbuatan yang dilakukan baik oleh negara peminta maupun oleh negara yang diminta dianggap sebagai kejahatan. b. Asas jika suatu kejahatan tertentu oleh negara yang diminta dianggap sebagai kejahatan politik maka permintaan ekstradisi ditolak. c. Asas bahwa negara yang diminta mempunyai hak untuk tidak menyerahkan warganegaranya sendiri. d. Asas bahwa suatu kejahatan yang telah dilakukan seluruhnya atau sebagian di wilayah yang termasuk atau tidak dianggap termasuk dalam yurisdiksi negara yang diminta, maka negara ini dapat menolak permintaan ekstradisi. e. Asas bahwa suatu permintaan ekstradisi dapat ditolak jika pejabat yang berwenang dari negara yang diminta sedang mengadakan pemeriksaan terhadap orang yang bersangkutan mengenai kejahatan yang dimintakan penyerahannya. 128 Penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Esktradisi. Universitas Sumatera Utara f. Asas bahwa apabila terhadap suatu kejahatan tertentu, suatu keputusan yang telah mempunyai kekuatan pasti telah dijatuhkan oleh Pengadilan yang berwenang dari negara yang diminta, permintaan ekstradisi ditolak. g. Asas bahwa seseorang tidak diserahkan karena hak untuk menutut atau hak untuk melaksankan putusan pidana telah kadaluarsa. h. Asas bahwa seseorang yang diserahkan tidak akan dituntut, dipidana atau ditahan untuk kejahatan apapun yang dilakukan sebelum yang bersangkutan diekstradisikan selain daripada untuk kejahatan yang mana ia diserahkan, kecuali bila negara yang diminta untuk menyerahkan orang itu menyetujuinya. Ada dua aspek dalam ekstradisi. Aspek pertama adanya tindakan suatu pemerintah yang melepaskan wewenang atas seseorang dengan menyerahkan kepada pemerintah negara lain untuk mengadili kejahatan yang telah dilakukan orang tersebut dan aspek kedua adalah langkah-langkah yang telah diambil untuk membuktikan bahwa seseorang tersebut memang ditahan baik untuk dituntut maupun untuk menjalani hukuman. 129 Dalam hal lokasi dari orang yang dicari sudah diketahui, maka disini tidak memerlukan prosedur yang panjang. Hal ini merupakan tanggung jawab dari badan peradilan yang juga harus menunjukkan bahwa orang yang dimaksud memang sah menurut hukum yang berlaku di negara pemberi ekstradisi agar ia dapat diekstradisikan. 130 129 Sardjono, Op. Cit.,hal. 144. 130 Ibid, hal.141. Tetapi bila tidak maka disini diperlukan peranan dari Interpol. Bilamana kepolisian menangkap seorang penjahat yang sedang dicari untuk diekstradisi, maka mereka berkewajiban untuk mengambil segala langkah sesuai dengan wewenang hukum yang ada untuk menjaga agar penjahat tersebut tidak melarikan diri dan Universitas Sumatera Utara menahan sementara sampai permintaan penahanan dari negara peminta ekstradisi diterima oleh negara yang diminta. Jadi jelas bahwa situasinya banyak bergantung pada hukum acara pidana yang berlaku di negara orang yang dicari itu berada. Agar pelaksanaan ekstradisi dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan suatu prosedur yang cepat dan aman. Untuk itulah maka penting sekali ada etikat baik dan kerjasama secara langsung antara kepolisian negara yang satu dengan yang lain. Bertitik tolak dari situasi ini, Interpol dalam sejarahnya telah banyak memberikan pemikiran- pemikiran tentang ikut sertanya polisi dalam penyusunan prosedur pra ekstradisi. Di dalam prosedur pra ekstradisi, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut : 131 a. Hakim atau badan peradilan yang berwenang menyelesaikan perkara pidana meminta kepada NCB Interpol untuk mengedarkan perintah penangkapan dengan maksud untuk memintakan ekstradisi terhadap orang yang dicari tersebut melalui red notice. b. Setelah menerima permintaan penerbitan red notice dan mempertimbangkannya berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar ICPO-Interpol, maka NCB tersebut meneruskan kepada Sekretariat Jenderal Interpol. Dalam dokumen permintaan penerbitan red notice yang diteruskan kepada Sekretariat Jenderal Interpol, harus memuat keterangan secara rinci mengenai identitas orang yang dicari. Dokumen tersebut juga harus memuat badan peradilan yang mengeluarkan perintah penangkapan dan menyebutkan nomor surat perintah tersebut, keterangan yang jelas tentang tindak pidana yang dilakukan serta keterangan 131 Ibid. Universitas Sumatera Utara lain yang meyakinkan bahwa ekstradisi akan diminta. Hal ini penting untuk melindungi hak asasi manusia. c. Setelah mengecek apakah penerbitan red notice tidak bertentangan dengan Pasal 3 Anggaran Dasar ICPO-Interpol, maka Sekretariat Jenderal mengirimkan pemberitahuan dalam bentuk dokumen yang disebut red wanted notice kepada badan kepolisian seluruh negara anggota Interpol. Notice tersebut dapat dianggap sebagai surat perintah penangkapan. d. Kepolisian yang menerima notice tersebut membantu mencari dimana orang yang dicari tersebut berada. e. Kepolisian yang menemukan lokasi dimana orang yang dicari tersebut berada, harus segera melaporkan kepada NCBnya. f. NCB dari negara dimana orang yang dicari itu ditemukan segera memberitahukan kepada Sekretariat jenderal Interpol dan NCB negara yang meminta. g. NCB negara peminta segera memberitahukan kepada badan peradilan yang berwenang di negaranya, sambil menunggu permintaan ekstradisi yang dikirim melalui saluran diplomatik. Permintaan penahanan sementara harus segera dikirim, jika perlu melalui saluran radio Interpol yang ditujukan kepada badan peradilan yang berwenang dari negara dimana orang yang dicari tersebut berada. h. Apabila yang dicari tersebut sudah benar-benar ditahan oleh negara yang bersangkutan, maka NCB harus memberikan laporan kepada Sekretariat Jenderal Interpol agar Red Notice dapat dicabut. Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis kejahatan yang dapat diekstradisi dalam tiap-tiap perjanjian ekstradisi tidaklah sama dan bergantung pada materi perjanjiannya. 132 Namun, yang sering menjadi kendala dalam pelaksanaan ekstradisi adalah tidak adanya perjanjian ekstradisi antara kedua negara dimana salah satu negara tergolong sebagai negara yang tidak bersedia mengekstradisi pelaku jika belum terikat pada suatu perjanjian ekstradisi. Akibatnya pelaku sangat besar kemungkinannya akan terhindar dari tuntutan hukum karena ketiadaan perjanjian ekstradisi antara negara yang bersangkutan dengan negara tempat si pelaku tersebut berada. Keadaan seperti ini tentulah tidak menguntungkan bagi siapapun juga, kecuali bagi pelaku kejahatan itu sendiri. Sedangkan pada sisi lain, peredaran gelap narkotika semakin lama semakin banyak terjadi dan para pelakunya banyak yang melarikan diri ke negara lain. Tambahan lagi, ada sebagian negara yang mensyaratkan adanya perjanjian ekstradisi terlebih dahulu untuk dapat mengekstradisi seorang pelaku kejahatan dan jika tidak ada perjanjiannya maka negara itu Indonesia dalam hal ini melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 telah menentukan jenis-jenis kejahatan yang dapat diekstradisi. Selain itu Pemerintah Indonesia juga telah memiliki perjanjian ekstradisi dengan beberapa negara yaitu Malaysia, Thailand, Philipina, Australia, dan persetujuan dengan Pemerintah Hongkong untuk penyerahan pelanggar hukum yang melarikan diri. Kejahatan yang berkaitan dengan tindak pidana narkotika menjadi salah satu kejahatan yang dapat diekstradisi. Dalam daftar kejahatan yang dapat diekstradisi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi memuat bahwa pelaku tindak pidana narkotika dapat diekstradisi. Begitu pula dalam perjanjian-perjanjian ekstradisi Indonesia lainnya memuat hal yang serupa. 132 Ibid, hal. 143. Universitas Sumatera Utara tidak bersedia mengekstradisikan seorang pelaku kejahatan yang berada di dalam wilayahnya. Untuk mengatasi kendala ini, maka negara-negara berinisiatif dengan cara mencantumkan ketentuan tentang ekstradisi di dalam perjanjian-perjanjian tentang kejahatan internasional. Dengan pencantuman klausula ekstradisi ini di dalam perjanjian- perjanjian tentang kejahatan internasional maka negara-negara yang sudah meratifikasinya akan dapat menjadikan ketentuan itu sebagai dasar untuk melakukan ekstradisi atas pelaku kejahatan. 133 Konvensi Wina 1988 tentang pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika juga mencantumkan klausula ekstradisi dalam salah satu pasalnya, yakni Pasal 6 ayat 3 yang menyatakan bahwa apabila pihak yang akan melakukan ekstradisi mensyaratkan adanya suatu perjanjian ekstradisi untuk menerima permintaan ekstradisi dari pihak lain dimana kedua negara tersebut tidak terikat perjanjian ekstradisi, dapat menganggap konvensi ini sebagai dasar hukum untuk melakukan ekstradisi yang berkenaan untuk setiap tindak pidana yang diatur dalam konvensi ini. 134 2. Penyerahan secara langsung atas seorang pelaku kejahatan oleh aparat penegak hukum kedua belah pihak. Istilah “ekstradisi terselubung” atau disguissed extradition merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan praktek negara-negara dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan lintas batas negara dengan cara-cara yang mirip dengan ekstradisi 133 I Wayan Parthiana, Ekstradisi dalam Hukum Internasional Modern, Yrama Widya, Bandung, 2009, hal 436. 134 Ibid, hal. 453. Universitas Sumatera Utara tetapi jauh lebih praktis. 135 Cara-cara yang praktis ini ada yang legal dan ada yang ilegal. Cara-cara yang legal adalah melalui deportasi, pengusiran, serta penyerahan secara langsung atas seorang pelaku kejahatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dua negara di wilayah perbatasannya. 136 Belakangan kecenderungan untuk melakukan penyerahan secara langsung atas pelaku kejahatan transnasional semakin meningkat karena memang lebih efisien dan efektif. Penyerahan pelaku kejahatan melalui ekstradisi cenderung sulit dilakukan dan seringkali menimbulkan permasalahan. Kalau dicermati asas-asas dan kaidah-kaidah hukum tentang ekstradisi ini, ternyata perlindungan yang diberikan kepada individu si pelaku tindak pidana jauh lebih besar jika dibandingkan dengan perlindungan terhadap kepentingan umum. Asas-asas tentang ekstradisi, seperti asas tindak pidana ganda yang mengharuskan, bahwa tindak pidana yang dijadikan alasan untuk meminta penyerahan oleh negara peminta juga merupakan tindak pidana menurut hukum negara diminta; asas kekhususan yang mengharuskan, bahwa negara peminta hanya boleh mengadili dan memidana orang yang diminta hanya atas tindak pidana yang dijadikan alasan untuk menyerahkannya; asas tidak menyerahkan, warganegara, yang memberikan hak kepada negara-diminta untuk menolak penyerahan orang yang diminta jika dia adalah warganegaranya sendiri; asas tidak menyerahkan pelaku tindak pidana politik, yang memberikan hak kepada negara diminta jika menurut pendapatnya tindak pidana yang dijadikan alasan untuk meminta penyerahannya merupakan tindak pidana politik; dan masih banyak lagi asas yang lainnya. Semuanya itu justru sangat membatasi dan mengekang negara-negara dalam mengekstradisikan seorang pelaku tindak pidana lintas 135 I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Internasional, Yrama Widya, Bandung, 2006, hal. 147. 136 Ibid, hal. 147. Universitas Sumatera Utara batas negara. Bahkan dua negara yang telah terikat pada perjanjian ekstradisipun tidak selalu mudah untuk mengekstradisikan orang yang diminta, apalagi jika belum terikat pada perjanjian ekstradisi. Demikian banyak dan ketatnya asas-asas dan kaidah-kaidah hukum tentang ekstradisi ini, maka suatu negara sebelum mengajukan permintaan ekstradisi atas seorang pelaku tindak pidana lintas batas negara, harus ekstra hati-hati dan dengan penuh pertimbangan yang matang dalam usaha memenuhi semuanya itu. Itu baru menyangkut kaidah hukum materiilnya saja. Bagaimana dengan hukum formal yang merupakan tata cara atau prosedur untuk meminta maupun menyerahkannya, jika permintaan itu dikabulkan. Ternyata prosedurnya tidaklah sederhana. Berbagai instansi pemerintah yang terkait dari kedua negara harus dilibatkan, bahkan kadang-kadang melibatkan pula peranan organisasi internasional seperti Interpol. Betapa panjang proses yang harus ditempuh, serta waktu dan biaya yang dihabiskan, hanya untuk meminta satu orang. Belum lagi faktor politik subjektif yang sering menjadi masalah misalnya, apakah negara tempatnya bersembunyi tergolong negara yang memang menjadi pelindung bagi para pelaku tindak pidana pelarian lintas batas negara, apakah negara itu tidak akan mengklasifikasikan tindak pidana tersebut sebagai tindak pidana politik, apakah hubungan diplomatik antara negara peminta itu dengan negara tempatnya bersembunyi dalam keadaan cukup baik ataukah sedang di bawah kondisi normal. Dari semuanya itu, faktor politik subjektif inilah yang pada akhirnya menjadi faktor pemutus dan penentu atas diserahkan atau tidaknya orang yang diminta oleh negara yang diminta. 137 137 www.lawtherapy.blogspot.com, Ekstradisi dan Pendapat Umum, diakses pada tanggal 17 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara Oleh karena banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam menerapkan lembaga ekstradisi tersebut, maka sering dalam praktek dilakukan penyerahan tanpa perjanjian ekstradisi. Penyerahan ini dilakukan oleh badan yang berwenang dari suatu negara kepada badan yang berwenang dari negara lain atas diri seseorang yang sedang dicari karena melakukan kejahatan. Badan yang berwenang ini misalnya adalah kepolisian. Penyerahan semacam ini dilakukan berdasarkan kerjasama antara kepolisian negara-negara yang bersangkutan ataupun kerjasama melalui Interpol. 138 Contoh konkrit penyerahan secara langsung oleh aparat penegak hukum dari negara-negara yang bersangkutan adalah penyerahan Jose Manuel Xavier oleh POLRI kepada AFP Austalian Federal Police pada tahun 2008, yaitu warga negara Australia yang telah ditangkap di Sydney tanggal 20 Maret 2008 yang pada saat itu sedang Sebagai contoh kasus fiktif adalah seseorang yang sedang dicari-cari oleh Kepolisian Amerika Serikat, ternyata akhirnya ditemukan di Australia, NCB Amerika Serikat menghubungi NCB Australia dan meminta bantuannya untuk menangkap dan menahan orang tersebut. Setelah berhasil ditangkap dan ditahan, NCB Australia memberitahukan kepada NCB Amerika Serikat supaya menjemput orang tersebut di suatu tempat dan waktu yang sudah ditentukan di Autralia ataupun penyerahan dapat dilakukan di bandara atau pesawat terbang. Dengan dibelikan tiket pesawat sebelumnya, maka orang yang bersangkutan dengan penjagaan dan pengawalan NCB Amerika Serikat kemudian diterbangkan ke Amerika Serikat. 138 www.lawtherapy.blogspot.com, Pengusiran dan Penyerahan di Bawah Tangan , diakses pada tanggal 17 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara menunggu proses pengadilan di Sydney. Jose Manuel Xavier ditangkap atas kejahatan yang dilakukannya berkaitan dengan pemasukan dan kepemilikan heroin. 139 Dengan cara seperti ini, maka dalam tempo yang singkat dan biaya ringan serta tidak birokratis, justru usaha pencegahan dan pemberantasan kejahatan yang berdimensi internasional menjadi sangat efektif dan efisien jika dibandingkan dengan melalui ekstradisi seperti telah dikemukakan di atas. Penyerahan pelaku kejahatan tanpa melalui perjanjian ekstradisi ini dapat didasarkan pada kerjasama kepolisian berupa agreement, MoU, dan bentuk kerjasama lainnya yang dibuat oleh negara bersangkutan. Penyerahan ini pula dapat dilaksanakan berdasarkan etikat baik serta kesamaan visi dan misi dalam memberantas peredaran gelap narkotika yang berdimensi internasional. 139 Berita Acara Serah Terima Tersangka Badan Reserse Kriminal POLRI Direktorat IVTP. Narkoba dan KT. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP