Peredaran Gelap Narkotika Sebagai Salah Satu Kejahatan Transnasional

B. Peredaran Gelap Narkotika Sebagai Salah Satu Kejahatan Transnasional

1. Pengertian Narkotika Masalah penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerjasama multisektor dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam ilmu kedokteran sebagian dari narkotika masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila disertai peredaran di jalur ilegal, akan berdampak negatif bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda. Narkotika berasal dari bahasa Yunani, narke yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Secara umum yang dimaksud dengan narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungnya akan zat tersebut secara terus menerus. 79 Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 80 79 Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hal. 224. 80 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Universitas Sumatera Utara WHO sendiri memberikan definisi tentang narkotika sebagai berikut: Narkotika merupakan suatu zat yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan mempegaruhi fungsi fisik danatau psikologi kecuali makanan, air, atau oksigen. 81 Defenisi lain dari Biro Bea Cukai Amerika Serikat dalam bukunya “Narcotic Identification Manual” 1973 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan narkotika adalah candu, ganja, kokain, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni morfin, heroin, kodein, hasnish, kokain, dan termasuk juga narkotika sintetik yang menghasilkan zat-zat, obat-obatan yang tergolong dalam Halusinogen, Depresan dan Stimulan. 82 81 Jadi, narkotika adalah zat yang memiliki ciri-ciri tertentu, dimana penggunaannya dapat memberikan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang memasukkannya dalam tubuh. Pengaruh tersebut dapat berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dalam bidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain-lain. Namun diketahui bahwa narkotika memiliki daya pencanduan yang dapat menimbulkan si pemakai bergantung hidupnya kepada narkotika tersebut. Hal tersebut bisa dihindari apabila penggunaan narkotika diatur berdasarkan dosis yang dapat dipertanggungjawabkan secara medis. http:lintasberita-ta.blogspot.com201004pengertian-narkotika.html, diakses pada tanggal 17 November 2010 82 RS. Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk Mahasiswa dan Praktisi serta Penyuluh Masalah Narkoba, Mandar Maju , Bandung, 2003, hal 34. Universitas Sumatera Utara 2. Jenis-Jenis Narkotika Narkotika banyak sekali jenisnya, dibawah akan diuraikan jenis-jenis narkotika dan penggolongannya baik dari segi bahan pembuatnya maupun akibatnya. Golongan narkotika berdasarkan bahan pembuatnya diklasifikasikan atas 3 yaitu: 83 a. Narkotika Alami Zat atau obat yang langsung bisa dipakai sebagai narkotika tanpa perlu adanya suatu proses fermentasi, isolasi dan proses lainnya terlebih dahulu karena bisa langsung dipakai dengan sedikit proses sederhana. Bahan alami tersebut umumnya tidak boleh digunakan untuk terapi pengobatan secara langsung karena terlalu beresiko. Contoh narkotika alami yaitu ganja, opium dan daun koka. b. Narkotika Sintetis Narkotika jenis ini memerlukan proses yang bersifat sintetis, digunakan untuk keperluan medis dan penelitian sebagai penghilang rasa sakit. Contohnya yaitu amfetamin. Narkotika sintetis dapat menimbulkan dampak sebagai berikut : 1 Membuat pemakai tertidur atau tidak sadarkan diri depresan; 2 Membuat pemakai bersemangat dalam beraktifitas stimulan; 3 Membuat pemakai menjadi berhalusinasi sehingga dapat mempengaruhi perasaan serta pikirannya halusinogen c. Narkotika Semi Sintetis Yaitu zat atau obat yang diproduksi dengan cara isolasi, ekstraksi dan lain sebagainya. Contohnya heroin, morfin, kodein dan lain-lain. 83 www.organisasi.org , Arti Definisi Pengertian Narkotika Dan Golongan Jenis Bahan Narkotika Pengetahuan Narkotika Dan Psikotropika Dasar, diakses pada tanggal 15 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara Penggolongan narkotika dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dibagi atas 3 golongan, yaitu : 84 1 Narkotika Golongan I Narkotika golongan ini adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak boleh digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi tinggi yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika jenis ini adalah : a. Ganja Ganja berasal dari tanaman Cannabis Sativa. Tumbuhan ini mengandung zat narkotika yang memabukkan. Dampaknya menimbulkan euforia kegembiraan, menyebabkan ketenangan, tidak peduli pada lingkungan, dan rasa tenteram. Pemakaian ganja dapat mengakibatkan ketergantungan serta mampu mengubah struktur fungsi saraf. Tumbuhan ini hidup di daerah tropis seperti India, Nepal, Thailand, Laos, Kamboja, Indonesia dan juga dapat tumbuh di negara beriklim subtropis seperti Rusia bagian Selatan dan Korea. b. Kokain 85 Kokain adalah alkaloida dari tumbuhan erythroxylon coca, yaitu sejenis tumbuhan di lereng Pegunungan Andes Amerika Selatan. Sejak berabad- abad, suku Indian di Amerika sering mengunyah daun koka dalam upacara ritual mereka dan untuk menahan lapar serta letih. Kokain adalah narkotika 84 Penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997. 85 www.bnkjaksel.com , Jenis dan Efek Penggunaan Narkoba, diakses pada tanggal 16 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara yang sangat berbahaya karena dampak ketergantungan kokain sangat kuat bagi pemakainya. c. Opioida Opioida adalah nama sekelompok zat alamiah, semi sintetik atau sintetik yang mempunyai khasiat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Opioida ada 3 jenis, yaitu : a Opioida alamiah, yaitu opium, morfin dan codein. b Opioida semi sintetik, yaitu hidro morfin dan heroin c Opioida sintetik, meliputi meperidin, levalorfan. d. Heroin atau Putaw Heroin adalah opioida semi sintetik, berupa serbuk putih dan terasa pahit yang sering disalahgunakan secara meluas. Di pasar gelap, heroin dipasarkan dalam berbagai macam warna karena dicampur dengan bahan lainnya seperti gula, coklat, tepung susu. Pada tahun 1898, Heroin diuji manfaatnya yang ternyata dapat melegakan batuk antitusif, melegakan nafas dan jantung serta memberikan kehangatan dan melancarkan pencernaan. Namun didapati bahwa bahaya penggunaan heroin jauh lebih besar dibanding dengan kegunaannya. Heroin dapat mengakibatkan ketergantungan dan mempunyai efek yang lebih kuat serta halusinasinya lebih tinggi daripada morfin. Akibatnya penggunaan heroin tidak diperbolehkan dalam dunia kedokteran. Universitas Sumatera Utara e. Opium Yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan yang sederhana. Opium terdiri dari : 86 a Candu, yaitu hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan baik pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain dengan maksud untuk mengubahnya menjadi ekstrak yang cocok untuk pemadatan. b Jicing, yaitu sisa-sisa setelah candu dihisap c Jicingko, yaitu hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing. 2 Narkotika Golongan II Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan, yang digunakan sebagai pilihan terakhir. Narkotika ini digunakan dalam terapi dan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan II, yaitu : a. Morfin Morfin adalah bahan analgesik yang kuat khasiatnya, tidak berbau, berbentuk kristal, berwarna putih, yang dapat berubah warna menjadi kecoklatan. Morfin berasal dari opium. Opium mentah mengandung 4 sampai 21 morfin. Khasiat morfin adalah untuk analgesik penghilang rasa sakit yang sangat kuat, misalnya waktu pembedahan atau pasien menderita luka bakar. Dalam perdagangan gelap, morfin mempunyai 86 Lampiran Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika. Universitas Sumatera Utara banyak nama, misalnya : White Stuff, M, Hard Stuff, Morphe, Unkie, Miss Emma, Hoccus, Morphie Emsel dan lain sebagainya. 87 b. Petidin Petidin adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dari morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama dengan morfin. 3 Narkotika Golongan III Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan pegembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan III,yaitu : a. Codein Codein adalah alkaloida terkandung dalam opium sebesar 0,7 sampai 2,5 . Codein merupakan opioida alamiah yang banyak digunakan untuk keperluan medis. Codein mempunyai dampak analgesik lemah, hanya sekitar seperduabelas daya analgesik morfin. Codein biasa digunakan sebagai antitusif peredam batuk yang kuat. b. Garam-garam narkotika dalam golongan-golongan tersebut. 3. Kejahatan Peredaran Gelap Narkotika sebagai Salah Satu Kejahatan Transnasional Perkembangan kejahatan yang bersifat lintas batas teritorial dalam bentuk dan lingkup jangkauan, dampaknya serta dilihat dari implikasi hukum yang menyertainya, dapat dibedakan antara kejahatan transnasional dan kejahatan internasional. 88 87 RS. Hari Sasangka, Op. Cit., hal 42. Universitas Sumatera Utara Perkembangan kejahatan transnasional tersebut berkaitan dengan sejarah perkembangan peradilan para penjahat Perang Dunia Kedua Mahkamah Militer Nuremberg, 1949 dan Peradilan Tokyo, 1948. Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 11 Desember 1946, tiga bulan setelah pembentukan Mahkamah Militer di Nuremberg tersebut, telah mengesahkan dua resolusi penting, yaitu resolusi pertama, mengakui dan memperkuat prinsip-prinsip hukum internasional yang dicantumkan di dalam piagam Mahkamah Militer Nuremberg, dan kemudian menugasi Komisi Hukum Internasional untuk merumuskan kembali prinsi-prinsip tersebut dalam rangka menyusun suatu kodefikasi umum mengenai kejahatan terhadap perdamaian dan keamanan umat manusia atau suatu kaidah pidana internasional. 89 “The Crimes hereinafter set out are punishable as crimes under international law: Resolusi kedua, adalah resolusi mengenai genocide yang telah disetujui dalam Sidang Majelis Umum PBB dan merupakan kejahatan menurut hukum internasional. Komisi Hukum Internasional, pada tahun 1950, telah berhasil menyusun dan mengesahkan tujuh prinsip hukum internasional. Di antara ketujuh prinsip tersebut, Prinsip VI sangat relevan dengan perkembangan kejahatan internasional, yang menetapkan antara lain : 90 1 Crimes against peace; 2 War crimes; 3 Crimes against humanity.” Kejahatan tersebut selanjutnya dapat dihukum sebagai kejahatan di bawah hukum internasional : 1 Kejahatan terhadap perdamaian 88 Romli Atmasasmita, Op. Cit., hal. 79. 89 Ibid. 90 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama, Bandung, 1994, hal. 41. Universitas Sumatera Utara 2 Kejahatan perang 3 Kejahatan terhadap kemanusiaan Di dalam prinsip keenam tersebut, tampak Komisi Hukum Internasional telah mempergunakan istilah crimes under international law, dan bukan kejahatan internasional atau international crimes, serta hanya menetapkan tiga jenis kejahatan yang termasuk kejahatan internasional. 91 Dalam naskah Undang-Undang Pidana Internasional atau The International Criminal Code tahun 1979 yang disusun oleh The International Association of Penal Law, telah dimasukkan jenis tindak pidana lainnya seperti lalu lintas perdagangan narkotika ilegal illicit drug trafficking, pemalsuan mata uang countrerfeiting, penyuapan bribery, keikutsertaan dalam perdagangan budak dan pengambilan harta karun suatu negara tanpa izin. 92 1 Tumbuhnya bentuk-bentuk kejahatan baru. Seiring dengan pesatnya perkembangan masyarakat di dunia menuju era globalisasi, dalam dunia kejahatan dapat dirasakan perkembangan yang demikian cepat. Oleh karena itu, kejahatan-kejahatan ini memerlukan perhatian khusus dalam penanggulangannya serta patut diberi kedudukan yang sama dengan ketiga jenis kejahatan internasional di atas. Pesatnya perkembangan kejahatan tersebut sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban masyarakat di dunia, yang mencakup berbagai aspek : 91 Romli Atmasasmita, Op. Cit., hal. 80. 92 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Op. Cit., hal. 42. Universitas Sumatera Utara 2 Semakin kompleknya modus operandi, kejahatan konvensional maupun dimensi baru. 3 Semakin canggihnya peralatan yang digunakan oleh pelaku kejahatan. 4 Semakin luasnya lingkup wilayah operasi kejahatan, tidak terbatas di suatu negara tetapi juga lalu lintas negara. 5 Semakin rumitnya penanggulangan kejahatan, karena kelangkaan aturan atau ketertinggalan peralatan yang dimiliki aparat keamanan dibandingkan dengan para pelaku kejahatan. Di satu sisi, maraknya kejahatan telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat di dunia karena menyadari bahwa bila tidak ditanggulangi akan mempercepat kehancuran dunia ataupun peradaban kehidupan manusia itu sendiri. Di sisi lain perkembangan kejahatan juga telah mengetuk kesadaran negara-negara di dunia untuk bekerja sama dalam menanggulangi kejahatan yang berlingkup antar negara dengan perkembangan bahwa : a. Akibat buruk dari suatu kejahatan yang merajalela di suatu negara, misalnya peredaran gelap narkotika, terorisme dan lain-lain, bukan hanya akan merugikan satu negara saja melainkan juga akan berdampak negatif terhadap negara-negara lainnya. b. Penanggulangan kejahatan yang lingkup kegiatannya tidak mengenal batas negara, tentu tidak akan efektif bila hanya dilakukan oleh salah satu negara saja, sehingga mutlak membutuhkan kerjasama antara negara-negara di dunia. c. Kepedulian untuk menanggulangi kejahatan harus dipacu dengan semangat kebersamaan dan harus direspon oleh setiap negara, agar tidak dikucilkan dari negara-negara lain. Universitas Sumatera Utara Kejahatan transnasional merupakan ancaman terhadap negara dan masyarakat yang dapat mengikis human security dan kewajiban dasar negara untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Salah satu bentuk kejahatan transnasional adalah perdagangan gelap narkotika illict drug trafficking. Peredaran dan perdagangan gelap narkotika juga menyebabkan permasalahan yang sangat kompleks seperti peningkatan penularan HIV AIDS melalui pengguna narkotika yang menggunakan jarum suntik di sejumlah negara. Pada sisi lain, kejahatan perdagangan orang, khususnya terkait dengan kejahatan eksploitasi seksual sering juga dihubungkan dengan kejahatan peredaran gelap narkotika. Dengan melihat besarnya cakupan permasalahan kejahatan transnasional khususnya kejahatan peredaran gelap narkotika di dunia, terdapat keperluan untuk merumuskan beberapa upaya dalam memperkuat kerangka hukum dan instrumen hukum internasional yang ada. Sebagai catatan, sejauh ini terdapat beberapa instrumen yang menjadi tolak ukur, yakni Konvensi Tunggal Narkotika 1961, Konvensi Wina 1988, Konvensi PBB menentang Kejahatan Terorganisasi Transnasional Tahun 2000 Palermo Convention. 93 Walaupun ketiga konvensi di atas merujuk kepada kejahatan-kejahatan tertentu dengan pengecualian Konvensi Palermo, pada intinya terdapat tiga hal utama yang diatur dalam konvensi-konvensi tersebut. Pertama, mengatur langkah-langkah yang perlu diambil oleh negara untuk mencegah terjadinya kejahatan. Kedua, mengatur perbuatan-perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana, sebagai bagian dari penegakan hukum. Ketiga, 93 Konvensi Palermo 2000 adalah konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dihasilkan pada konferensi di palermo pada tanggal 15 November 2000, selanjutnya berlaku efektif sejak tanggal 29 September 2003. Konvensi ini merupakan bukti bahwa negara-negara di dunia sangat concern terhadap permasalahan kejahatan lintas negara. Universitas Sumatera Utara pengefektifan dan penguatan kerjasama internasional melalui lembaga ekstradisi, bantuan hukum timbal balik dan kerjasama lainnya. Tak dapat dipungkiri bahwa Konvensi Palermo merupakan terobosan bagi dunia internasional dalam memberantas secara efektif kejahatan terorganisasi transnasional. Terobosan tersebut dalam dilihat dalam kesepakatan mengenai defenisi kelompok terorganisasi criminal group dan ruang lingkup kejahatan transnasional. Dengan lahirnya Konvensi Wina 1988 yang bertujuan untuk memberantas peredaran gelap narkotika dan psikotropika, maka semakin berkembanglah penegakan hukum kejahatan transnasional peredaran gelap narkotika. Jika dilihat dari segi substansi dalam konvensi ini, telah muncul embrio dari upaya internasional yang antara lain dapat diidentifikasikan dengan aturan-aturan yang menyangkut ekstradisi, bantuan timbal balik, penanganan perdagangan gelap narkotika melalui laut, controlled delivery, dan penguatan rezim anti pencucian uang termasuk masalah penyitaan dan perampasan hasil kejahatan tindak pidana narkotika. Selain itu, sebagai tindak lanjut dari semangat memerangi kejahatan lintas batas negara, masyarakat ASEAN menyepakati melalui Deklarasi ASEAN tanggal 20 Desember 1997 di Manila, dimana ASEAN juga menetapkan kejahatan yang termasuk dalam Transnational Crime, yaitu : 94 1 Illicit Drug Trafficking perdagangan gelap narkotika; 2 Money Laundering pencucian uang; 3 Terorism terorisme; 4 Arm Smuggling penyelundupan senjata api; 94 Thomson Siagian, Peranan Kejaksanaan Agung dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Transnasional, Jakarta, 2008, hal. 1. Universitas Sumatera Utara 5 Trafficking in persons perdagangan orang; 6 Sea Piracy pembajakan di paut; 7 Economic Crime and Currency Counterfeiting kejahatan di bidang ekonomi dan pemalsuan uang; 8 Cyber Crime kejahatan di dunia maya. Dengan ditetapkannya jenis-jenis kejahatan lintas negara yang harus mendapatkan prioritas dalam penanggulangannya, maka dalam hal pemberantasan peredaran gelap narkotika, ASEAN membentuk ASOD ASEAN Senior Official on Drugs, yaitu forum kerjasama ASEAN di bidang pencegahan, terapi dan rehabilitasi, penegakan hukum dan penelitian penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. 95 Segala upaya yang ditempuh oleh masyarakat internasional dalam pemberantasan peredaran gelap narkotika dikarenakan peredaran dan perdagangan narkotika secara ilegal telah melibatkan lebih dari satu negara. Peredaran gelap narkotika selalu melibatkan negara produsen, negara transit dan negara pemasaran narkotika. Bukanlah hal yang tidak mungkin mengingat perkembangan teknologi, informasi dan transportasi, suatu jenis narkotika diproduksi di negara A ,didistribusikan melalui negara B yang kemudian dijual ke negara C. Oleh karena itu, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh satu negara tetapi banyak negara di dunia. Untuk dapat memberantas peredaran gelap narkotika secara lebih efektif, maka negara-negara di dunia harus mau untuk bekerja sama. Apalagi peredaran dan perdagangan gelap narkotika tidak hanya dilakukan oleh invidu saja, tapi sudah dilakukan oleh sekelompok orang yang bekerja secara terorganisasi yang mana kelompok- Forum ini mengadakan pertemuan setiap tahun sekali secara bergiliran di negara-negara anggota ASEAN. 95 www.bnn.go.id, Pertemuan ASEAN Senior Official on Drug Matters dalam hal kerjasama Pengendalian narkoba dan obat-obatan , diakses pada tanggal 16 November 2010. Universitas Sumatera Utara kelompok ini tersebar di negara-negara. Kelompok-kelompok sindikat ini telah memiliki sumber pendanaan yang membiayai kegiatan ilegal mereka. Melihat ruang lingkup kegiatan peredaran gelap narkotika telah dilakukan secara global, maka dapat dikategorikan peredaran gelap narkotika sebagai kejahatan transnasional yang memerlukan penanggulangan secara efektif dan efisien oleh negara- negara di dunia.

C. Perkembangan Jaringan Peredaran Gelap Narkotika