Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Saat mengalami vonis dari dokter bahwa seseorang mengidap suatu penyakit, individu merespon secara beragam. Ada individu yang langsung merasa sedih, putus asa, stres, tidak mau melakukan interaksi dengan lingkungannya, takut, khawatir bahkan ada yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri. Individu yang mengalami penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, stroke, tumor dan sebagainya, pasti memiliki respon yang unik mengenai penyakit mereka. Seperti kebanyakan penyakit kronis lainnya, kanker melibatkan serangkaian ancaman dan bahkan sering memburuk dari waktu ke waktu. Disatu sisi kanker memberikan stres yang unik pada penderita kanker maupun keluarganya. Mereka harus membuat keputusan pengobatan yang bermanfaat untuk kesembuhan penderita kanker. Selain mempertimbangkan manfaat pengobatan juga harus melihat efek samping pengobatan yang dipilih, seperti reaksi beracun atau akibat lain yang tidak mereka harapkan Stanton, 1998 dalam Sarafino, 2008. Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel dalam tubuh seseorang telah kehilangan pengendalian sel yang membuat pertumbuhan sel menjadi tidak normal dan berlangsung sangat cepat. Ada banyak jenis kanker yang menyerang manusia. Kanker pada rentang usia tertentu dan pada jenis kelamin tertentu dapat memberikan dampak yang berbeda antara satu penderita dengan penderita lainnya. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008; sedangkan pada wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus Andersen, Woods, Copeland, 1997; Glanz Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008. Beresikonya pengobatan kanker menyebabkan penderita penyakit kanker hanya memiliki angka harapan kesembuhan yang terbilang cukup rendah. Para penderita kanker mengenali penyakit kanker sebagai “pembunuh yang sebenarnya” dan dapat menyebabkan sakit, kecacatan dan disfungsi pada organ tertentu. Grafik 1 Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen Kesehatan 2007 Beberapa negara seperti Amerika, negara-negara di Eropa, dan Kanada, kanker merupakan penyakit yang merupakan pembunuh nomor satu. WHO menunjukkan bahwa 78 kanker payudara terjadi pada usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6nya terjadi pada wanita dibawah 40 tahun tahun. Semakin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Badan Pelayanan Pencegahan 93 88 81 74 67 41 49 15 20 40 60 80 100 Jumlah dalam Persen Kanker di United State menemukan pada tahun 2012, wanita penderita kanker payudara jumlahnya terus bertambah, diperkirakan mencapai 29 setiap tahunnya dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah dari tahun ke tahun http:www.who.intmediacentrereleases2003pr27en. Di Indonesia, kanker yang paling banyak di derita setelah kanker serviks adalah kanker payudara. Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais RSKD, kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun. Grafik 2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008 Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4 atau 4.325 kasus. Direktur Utama RS Sardjito Yogyakarta, Mochammad Syafak Hanung mengatakan sampai bulan Mei 2015, kanker payudara adalah penyakit yang paling banyak ditangani di RS Sardjito sejak tahun 1982, tepatnya mencapai 11.695 kasus. 5.207 7.850 8.328 8.277 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 2004 2005 2006 2007 Jumlah Penderita Kanker Payudara Payudara merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Bagi wanita payudara berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada bayinya melalui proses menyusui, selain itu payudara juga membuat wanita merasa lebih percaya diri, terlepas dari ukuran payudara itu sendiri. Ada beberapa orang yang mengatakan, “bukan wanita jika tidak memiliki payudara”. Pernyataan ini semakin menguatkan, bahwa payudara memiliki peran penting dalam kehidupan wanita. Yuswanto 2010 mengatakan bahwa sedikit berbeda dengan fungsi payudara pada wanita, fungsi payudara pada laki-laki adalah untuk melindungi jantung dan paru-paru dari cedera. Laki-laki juga berpotensi mengalami kanker payudara namun, jumlah penderitanya tidak sebanyak pada wanita. Penyakit kanker payudara berdampak negatif bagi penderitanya. Penyakit kanker ini mampu membuat seseorang menjadi kehilangan kepercayaan diri, kehilangan semangat hidup, mengalami stres, ketakutan, dan kesedihan yang tak kunjung reda. Kondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker payudara adalah perasaan takut. Tingkat ketakutan berbeda-beda pada setiap diri penderita. Penderita yang divonis mengidap kanker payudara dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan kesembuhan yang kecil, namun juga penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Kanker mengubah kemampuan fisik penderita untuk fungsi seksualnya. Di sisi lain, penyakit kanker payudara mempunyai dampak positif untuk penderita yang mampu untuk bangkit dari hal buruk yang dia alami, yaitu ketika penderita menemukan hikmah dan juga semangat pantang menyerah melawan penyakit kanker payudara ini. Tidak jarang ada individu justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai sesuatu yang positif, inilah yang disebut resiliensi. Resiliensi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu disetiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang membuat individu stres. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi mampu mengelola emosinya secara sehat, meskipun dalam hal ini penderita dapat merasa sedih, marah, tidak percaya diri dan takut. Namun, penderita kanker payudara ini tidak membiarkan perasaan negatif yang dirasakannya menetap terlalu lama dalam dirinya. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat Greeff, 2005. Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara Penderita kanker payudara sesungguhnya membutuhkan orang lain yang mampu mendengarkan dan juga membantu dirinya untuk kembali bangkit dari penderitaan psikologis yang mereka derita. Lulusan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling tentu dibekali dengan keterampilan konseling Konseling Individual, Konseling Kelompok, dan sebagainya dan ilmu terapan konseling Konseling Pastoral, Konseling Orang Dewasa dan Lanjut Usia, dan sebagainya, telah dipersiapkan untuk bekerja diberbagai bidang, seperti bidang kesehatan yang berguna untuk menguatkan serta membantu penderita kanker payudara memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang mereka alami. Berdasarkan latar belakang, data-data, tingkat urgensi dan kesesuaian dengan ilmu Bimbingan dan Konseling, maka peneliti ingin meneliti mengenai resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.

B. Identifikasi Masalah