Resiliensi wanita penderita kanker payudara.

(1)

viii ABSTRAK

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS)

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Universitas Sanata Dhartma

2016

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.

Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian.


(2)

ix ABSTRACT

RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS (CASE STUDY)

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University

2016

This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy, achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.

This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation.

The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit


(3)

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri 121114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri 121114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN MOTTO

“Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama YESUS

KRISTUS TUHAN

“Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor,

engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,”

(Ulangan 28:13)

“Talents and charisma can take you to the top, but only CHARACTER can keep

you there” (Sidney Mohede)

“Tidak semua hal di dunia ini bisa dimengerti tetapi semua hal bisa disyukuri.” (Jonathan Setiawan Ministry)

Laziness pays off now but hard work pays off in the future


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan bagi:

Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penolong, my invisible partner, Bapa, sahabat, guru dan Juruselamat saya

malaikat-malaikat tak bersayapku,

Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni

yang selalu memberi dukungan, doa, semangat dan kepercayaan

keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang senantiasa mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan fasilitas dalam saya menuntut ilmu

orang-orang terkasih yang telah memberikan perhatian, pengalaman, dan motivasi hingga kini

Teman dekat, sahabat dan teman-teman yang tetap mendukung saya sampai sekarang

Semua teman-teman BK angkatan 2012 yang selalu mendukung

Seluruh penderita kanker yang sedang berjuang melawan kankernya ataupun yang telah berhasil sembuh dari kanker, kalian adalah pahlawan dan pejuang yang


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016

Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri

Nomor Mahasiswa : 121114003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS)

Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 10 Agustus 2016

Yang menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS)

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Universitas Sanata Dhartma

2016

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.

Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian.


(12)

ix ABSTRACT

RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS (CASE STUDY)

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University

2016

This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy,

achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience

aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.

This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation.

The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat dan penyertaanNya, sehingga penulisan tugas akhir dengan judul “Resiliensi Wanita

Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus)” dapat terselesaikan dengan baik dan

lancar. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Selama penulisan tugas akhir ini, banyak pihak yang terlibat dalam memberikan bimbingan, dukungan, movitasi dan pendampingan pada setiap proses yang terjadi. Oleh karenanya, disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna.

5. Orangtua tercinta Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan


(14)

xi

dukungan materiil yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Seluruh kakak angkatan, teman-teman angkatan 2012, atas seluruh doa, semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama menulis skripsi.

7. Sahabat-sahabat serta teman-teman satu pelayanan di GBI Keluarga Allah Jogja, satu komsel (The Grace dan Jeslyn Pistis), dan satu kos di Griya Kanna (Mala, Putri, Caci, David, Yosef, Cindya, Mbak Celly, Nanda, Macho, Gery) atas doa, semangat, perhatian, dan dukungan yang diberikan selama ini.

8. Para surviver kanker yang telah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Diharapkan banyak pihak yang memberikan kritik dan saran yang membangun guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang lebih baik. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Penulis


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viiii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ... 8

D. Pertanyaan Penelitian ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Teori... 12

1. Resiliensi ... 12

2. Wanita Penderita Kanker ... 31

3. Wanita Penderita Kanker Payudara ... 33

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Pikir ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subjek Penelitian ... 45

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

1. Wawancara ... 46

2. Observasi ... 49

E. Keabsahan Data ... 50

F. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 53

A. Deskripsi Data ... 53

1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek ... 53

2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi ... 57

B. Pembahasan ... 64


(16)

xiii

2. Bu Tutik ... 83

3. Bu Asih ... 100

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Simpulan ... 117

B. Implikasi ... 121

C. Keterbatasan Penelitian ... 123

D. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Data Diri Subjek Penelitian ... 45

Panduan Wawancara Mendalam ... 46

Panduan Wawancara dengan Significant Others ... 47

Catatan Observasi ... 49

Panduan Observasi ... 50

Agenda Wawancara dengan Subjek ... 53

Agenda Wawancara dengan Significant Others ... 54

Agenda Observasi Subjek ... 54

Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 55


(18)

xv

DAFTAR BAGAN


(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut

Departemen Kesehatan 2007 ... 2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan menjadi Informan ... 126

Lampiran 2. Verbatim Hasil Wawancara dengan Subjek ... 129

Lampiran 3. Verbatim Hasil Wawancara dengan Significant Others ... 173

Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi ... 181


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Saat mengalami vonis dari dokter bahwa seseorang mengidap suatu penyakit, individu merespon secara beragam. Ada individu yang langsung merasa sedih, putus asa, stres, tidak mau melakukan interaksi dengan lingkungannya, takut, khawatir bahkan ada yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri. Individu yang mengalami penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, stroke, tumor dan sebagainya, pasti memiliki respon yang unik mengenai penyakit mereka. Seperti kebanyakan penyakit kronis lainnya, kanker melibatkan serangkaian ancaman dan bahkan sering memburuk dari waktu ke waktu. Disatu sisi kanker memberikan stres yang unik pada penderita kanker maupun keluarganya. Mereka harus membuat keputusan pengobatan yang bermanfaat untuk kesembuhan penderita kanker. Selain mempertimbangkan manfaat pengobatan juga harus melihat efek samping pengobatan yang dipilih, seperti reaksi beracun atau akibat lain yang tidak mereka harapkan (Stanton, 1998 dalam Sarafino, 2008).

Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel dalam tubuh seseorang telah kehilangan pengendalian sel yang membuat pertumbuhan sel menjadi tidak normal dan berlangsung sangat cepat. Ada banyak jenis kanker yang menyerang


(22)

manusia. Kanker pada rentang usia tertentu dan pada jenis kelamin tertentu dapat memberikan dampak yang berbeda antara satu penderita dengan penderita lainnya. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008). Beresikonya pengobatan kanker menyebabkan penderita penyakit kanker hanya memiliki angka harapan kesembuhan yang terbilang cukup rendah. Para penderita kanker

mengenali penyakit kanker sebagai “pembunuh yang sebenarnya” dan dapat

menyebabkan sakit, kecacatan dan disfungsi pada organ tertentu. Grafik 1

Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen Kesehatan 2007

Beberapa negara seperti Amerika, negara-negara di Eropa, dan Kanada, kanker merupakan penyakit yang merupakan pembunuh nomor satu. WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6%nya terjadi pada wanita dibawah 40 tahun tahun. Semakin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Badan Pelayanan Pencegahan

93 88

81 74 67

41 49 15 0

20 40 60 80 100


(23)

Kanker di United State menemukan pada tahun 2012, wanita penderita kanker payudara jumlahnya terus bertambah, diperkirakan mencapai 29% setiap tahunnya dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah dari tahun ke tahun (http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/).

Di Indonesia, kanker yang paling banyak di derita setelah kanker serviks adalah kanker payudara. Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais (RSKD), kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun.

Grafik 2

Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus. Direktur Utama RS Sardjito Yogyakarta, Mochammad Syafak Hanung mengatakan sampai bulan Mei 2015, kanker payudara adalah penyakit yang paling banyak ditangani di RS Sardjito sejak tahun 1982, tepatnya mencapai 11.695 kasus.

5.207

7.850 8.328 8.277

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

2004 2005 2006 2007

Jumlah Penderita Kanker Payudara


(24)

Payudara merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Bagi wanita payudara berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada bayinya melalui proses menyusui, selain itu payudara juga membuat wanita merasa lebih percaya diri, terlepas dari ukuran payudara itu sendiri. Ada beberapa orang yang

mengatakan, “bukan wanita jika tidak memiliki payudara”. Pernyataan ini

semakin menguatkan, bahwa payudara memiliki peran penting dalam kehidupan wanita. Yuswanto (2010) mengatakan bahwa sedikit berbeda dengan fungsi payudara pada wanita, fungsi payudara pada laki-laki adalah untuk melindungi jantung dan paru-paru dari cedera. Laki-laki juga berpotensi mengalami kanker payudara namun, jumlah penderitanya tidak sebanyak pada wanita.

Penyakit kanker payudara berdampak negatif bagi penderitanya. Penyakit kanker ini mampu membuat seseorang menjadi kehilangan kepercayaan diri, kehilangan semangat hidup, mengalami stres, ketakutan, dan kesedihan yang tak kunjung reda. Kondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker payudara adalah perasaan takut. Tingkat ketakutan berbeda-beda pada setiap diri penderita. Penderita yang divonis mengidap kanker payudara dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan kesembuhan yang kecil, namun juga penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Kanker mengubah kemampuan fisik penderita untuk fungsi seksualnya. Di sisi lain, penyakit kanker payudara mempunyai dampak positif untuk penderita yang mampu untuk bangkit dari hal buruk yang dia alami, yaitu ketika penderita menemukan hikmah dan juga semangat pantang menyerah melawan penyakit kanker payudara ini. Tidak jarang


(25)

ada individu justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai sesuatu yang positif, inilah yang disebut resiliensi.

Resiliensi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu disetiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang membuat individu stres. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi mampu mengelola emosinya secara sehat, meskipun dalam hal ini penderita dapat merasa sedih, marah, tidak percaya diri dan takut. Namun, penderita kanker payudara ini tidak membiarkan perasaan negatif yang dirasakannya menetap terlalu lama dalam dirinya. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat (Greeff, 2005). Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara

Penderita kanker payudara sesungguhnya membutuhkan orang lain yang mampu mendengarkan dan juga membantu dirinya untuk kembali bangkit dari penderitaan psikologis yang mereka derita. Lulusan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling tentu dibekali dengan keterampilan konseling (Konseling Individual, Konseling Kelompok, dan sebagainya) dan ilmu terapan


(26)

konseling (Konseling Pastoral, Konseling Orang Dewasa dan Lanjut Usia, dan sebagainya), telah dipersiapkan untuk bekerja diberbagai bidang, seperti bidang kesehatan yang berguna untuk menguatkan serta membantu penderita kanker payudara memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang mereka alami.

Berdasarkan latar belakang, data-data, tingkat urgensi dan kesesuaian dengan ilmu Bimbingan dan Konseling, maka peneliti ingin meneliti mengenai resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya terkait dengan resiliensi dan wanita dengan kanker payudara, diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I Yogyakarta menyatakan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus.

2. Yuswanto (2010) mengatakan fungsi payudara baik pada laki-laki maupun wanita sangatlah penting, karena payudara berfungsi melindungi jantung dan untuk menyusui pada wanita. Penderita yang mengalami pengangkatan payudara (masektomi) akan berpotensi cedera jantung dan tidak dapat menyusui.

3. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada


(27)

pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008)..

4. Angka harapan kesembuhan penderita kanker payudara menurut Departemen Kesehatan 2007 menunjukkan angka harapan kesembuhan yang selalu menurun pada setiap stadium (5%-34%), yang disebabkan oleh kondisi psikologis yang fluktuatif (terkadang optimis, terkadang pesimis) dan kurangnya dukungan dari keluarga.

5. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat.

6. Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.


(28)

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawab masalah mengenai aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.

D. Pertanyaan Penelitian

Penelitian tentang resiliensi pada wanita penderita kanker payudara akan meneliti tentang aspek-aspek resiliensi, maka permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Aspek-aspek resiliensi

a. Bagaimana regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara? b. Bagaimana pengendalian impuls pada wanita penderita kanker

payudara?

c. Bagaimana optimisme pada wanita penderita kanker payudara? d. Bagaimana kemampuan menganalisis masalah pada wanita

penderita kanker payudara?

e. Bagaimana empati pada wanita penderita kanker payudara? f. Bagaimana efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara? g. Bagaimana pencapaian pada wanita penderita kanker payudara? 2. Bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi terhadap resiliensi

wanita penderita kanker payudara? E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap resiliensi wanita penderita kanker payudara ditinjau dari aspek-aspek resiliensi, maka tujuan penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut.


(29)

1. Aspek-aspek resiliensi

a. Mengetahui regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara. b. Mengetahui pengendalian impuls pada wanita penderita kanker

payudara.

c. Mengetahui optimisme pada wanita penderita kanker payudara. d. Mengetahui kemampuan menganalisis masalah pada wanita

penderita kanker payudara.

e. Mengetahui empati pada wanita penderita kanker payudara. f. Mengetahui efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara. g. Mengetahui pencapaian pada wanita penderita kanker payudara. 2. Mengetahui aspek-aspek resiliensi mana sajakah yang menyumbang

resiliensi pada wanita kanker payudara, sehingga dapat terlihat aspek yang tinggi/rendah dalam diri ketiga subyek penelitian.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran tentang resiliensi wanita kanker payudara bagi pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli khususnya wanita penderita kanker payudara. Misalnya, mahasiswa lulusan Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pendampingan secara personal kepada wanita penderita kanker payudara dengan pendekatan konseling pastoral.


(30)

2. Manfaat praktis

a. Wanita secara umum maupun wanita penderita kanker

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi serta inspirasi kepada wanita yang menderita kanker tentang cara seorang wanita memberi dukungan pada dirinya untuk tetap bangkit dan menjadi

wanita yang “lebih kuat” walaupun menderita kanker payudara. Selain itu, juga dapat memberikan gambaran kepada wanita secara umum mengenai kanker payudara itu sendiri dan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh penderita kanker payudara. Hal ini bertujuan agar semakin banyak wanita yang memberikan semangat serta dukungan baik secara moril maupun materiil kepada wanita penderita kanker payudara.

b. Peneliti

1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memperkaya dan mengasah keterampilan dalam menggali sebuah informasi, serta menambah pengalaman mengenai kondisi psikologis wanita penderita kanker payudara dengan memasukkan aspek-aspek mengenai resiliensi pada subjek.

2) Penelitian ini sangat bermanfaat bagi bekal peneliti di masa mendatang saat bekerja di bidang kesehatan terutama mendampingi wanita dengan kanker payudara supaya mereka dapat menjadi penderita yang mampu bangkit dari keadaan sulit.


(31)

c. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran membantu proses pendampingan pada pasien kanker payudara dan nantinya bisa lebih membantu pasien kanker payudara untuk bisa hidup secara baik dan memiliki kondisi psikologis yang positif dalam kehidupannya. Peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggembangkan dengan menggunakan metode berbeda, seperti metode studi dokumentasi dan subjek penelitian yang lebih menarik seperti misalnya resiliensi wanita yang berada di dalam penjara sehingga hasil yang didapatkan akan bervariasi.


(32)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian pustaka yang melandasi kerangka konseptual penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: kajian teori resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kajian penelitian yang relevan dengan resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kerangka pikir resiliensi wanita penderitan kanker payudara.

A. Kajian Teori 1. Resiliensi

a. Pengertian Resiliensi

Dalam APA Dictionary of Psychology (2006) diartikan bahwa

resilience is the process and outcome of success fully adapting to difficult or challenging life experinces, especially through mental, emotional, and behavioral flexibility and adjustment to external and internal demands. A number of factors contribute to how well people adapt to adversities, pre dominant among them”.

Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam Klohnen, 2000) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Menurut Reivich & Shatte, seorang ahli psikologi dan Norman (dalam Helton & Smith 2004:7), resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit.


(33)

Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat kembali pada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997:348).

Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan tekanan internal maupun eksternal.

b. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi

Menurut Sarafino (1994) individu yang memiliki resiliensi adalah (a) memiliki temperamen yang lebih tenang, sehingga dapat menciptakan hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan lingkungannya; (b) individu yang memiliki resiliensi juga memiliki kemampuan untuk bangkit dari tekanan, stres, dan depresi. Sementara itu Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi (a) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati; (b) memiliki kemampuan untuk dapat bangkit dari permasalahan dan berusaha untuk mengatasinya; (c) mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama.


(34)

Reivich (2002), menambahkan bahwa individu yang memiliki resiliensi adalah mereka yang (a) mampu mengatasi stres; (b) bersikap realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah; (c) mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Dalam www.APAHelpCenter.org/resilience menuliskan beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan; (b) individu memiliki keyakinan diri bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatur secara efektif atau menyelesikan tugas secara mandiri; (c) individu juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma; (d) individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.

Individu yang memiliki resiliensi biasanya disebut individu yang resilien. Dalam penelitian yang dilakukan Bonanno (2002) mendefinisikan resilien sebagai:

“the ability adults in otherwise normal circumstance who are

exposed to an isolated and potentially highly disruptive event such as the death of close relation or violent or life threatening situation to maintain relatively stable, healthy level of psychological and phisical functioning....as well as the capacity for generative

experiences and positive emotion”.

Individu yang resilien mampu menghilangkan simtom psikopatologi seperti stres, trauma, depresi, dan tetap sehat secara emosional. Jadi, apabila individu memiliki resiliensi yang tinggi, maka


(35)

akan mempunyai skor depresi yang rendah, begitu juga sebaliknya (Hiew, 2000). Sama halnya dengan perempuan yang mengalami kanker payudara akan mengalami gangguan emosional seperti depresi, trauma emosional dan rasa putus asa. Untuk mengatasi masalah tersebut, perempuan penderita kanker payudara perlu meningkatkan sikap resilien (Zamralita, 1999).

c. Komponen-komponen Resiliensi 1) I have (Dukungan eksternal)

Grotberg (1995) mengatakan bahwa dukungan eksternal dibutuhkan untuk mengembangkan perasaan aman yang menjadikan fondasi, yang merupakan pusat atau inti, untuk mengembangkan resiliensi. Faktor pendukung eksternal ini terdiri dari:

a) Trusting relationship meliputi orang tua, anggota keluarga lain,

guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima individu tanpa syarat

b) Structure and rules meliputi seseorang yang bisa memberi

batasan dan membantu individu untuk mengerti kesalahan yang telah dibuat individu. Ketika individu mengikuti aturan, individu tersebut dipuji.

c) Role models meliputi orang-orang yang memberi contoh


(36)

model moralitas, dan memperkenalkan individu pada keperayaannya.

d) Encouragement to be autonomous meliputi orang-orang yang

memuji dan mendukung individu yang berani melakukan sesuatu sendiri atas inisiatif individu itu sendiri.

2) I am (Kekuatan personal dan internal)

Menurut Grotberg (1995), faktor I am merupakan internal dan personal. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan kepercayaan dalam individu. Faktor-faktor ini terdiri dari:

a) Loveable and my temperament is appealing meliputi individu

yang sadar bahwa orang lain menyukai dan mencintai dirinya. Individu juga peka terhadap mood orang lain dan bisa memberikan respon yang tepat pada orang lain.

b) Loving, empathic, and altruistic meliputi rasa cinta individu

pada orang lain dan mampu mengekspresikan rasa cinta tersebut dengan berbagai cara, baik itu tindakan maupun kata-kata. Individu ingin melakukan sesuatu untuk meringankan penderitaan orang lain.

c) Proud of myself meliputi perasaan bangga akan diri sendiri dan

tahu bahwa dirinya merupakan orang yang penting serta mampu mendapatkan apa yang diinginkan.

d) Autonomous and responsible meliputi kemampuan individu


(37)

konsekuensi dari tindakannya. Individu mengerti batal kontrol dirinya dan mengetahui tanggung jawab dirinya.

e) Filled with hope, faith, and trust meliputi rasa percaya yang

dimiliki individu pada Tuhan, bahwa selalu ada harapan untuk dirinya dan orang-orang yang bisa dipercaya.

3) I can (Kemampuan interpersonal dan sosial)

Menurut Grotberg (1995), individu bisa mempelajari kemampuan ini dengan berinteraksi dengan orang lain dan dari orang-orang yang mengajarinya. Faktor-faktor ini terdiri dari: a) Communicate. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada

dalam pikiran dan perasaan pada orang lain. Individu dapat menyesuaikan diri pada perbedaan-perbedaan yang ada dan mampu mengerti dan bertindak dengan baik.

b) Problem solve. Individu dapat mengetahui cakupan suatu

masalah, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan seperti apa. Individu gigih untuk bertahan sampai masalah tersebut selesai.

c) Manage my feelings and impulses. Individu mampu mengenali

perasaan dirinya dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan perilaku yang tidak mengganggu perasaan orang lain.


(38)

d) Gauge the temperament of myself and others. Individu

mempelajari siapa yang akan bertindak, mengambil kesempatan, mencoba hal-hal baru, berhati-hati dan mempertimbangkan sesuatu dari berbagai sisi. Individu mengenal dirinya, termasuk temperamen.

e) Seek trusting relationship. Individu memiliki orang-orang yang

dapat dipercaya, dimana individu dapat mencari mereka pada saat membutuhkan pertolongan, tidak bahagia, atau butuh orang untuk diajak bicara.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk, dimana resiliensi merupakan proses dinamis individu dalam mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan mentransformasikan pengalaman-pengalam yang dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif. Resiliensi juga dibentuk oleh komponen-komponen yang menguatkan resiliensi seseorang, baik itu internal, eksternal maupun kemampuan interpersonal sehingga individu dapat bangkit kembali.

d. Aspek-aspek Resiliensi

Reivich & Shatte (2002:36-46) memaparkan tujuh aspek dari resiliensi, aspek-aspek tersebut adalah regulasi emosi, pengendalian


(39)

impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Regulasi emosi

Regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan. Individu yang memiliki regulasi emosi yang baik memiliki ciri (a) individu tersebut tetap tenang meskipun di bawah tekanan; (b) individu tersebut mampu mengekspresikan emosi secara tepat (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri tersebut juga dipaparakan Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain. Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya alasan yang sederhana adalah tidak ada orang yang mau menghabiskan waktu bersama orang yang marah, merengut, cemas, khawatir serta gelisah setiap saat. Emosi yang dirasakan oleh seseorang cenderung berpengaruh pada orang lain. Semakin kita terasosiasi dengan kemarahan maka kita akan semakin menjadi orang yang pemarah (Reivich dan Shatte, 2002).


(40)

Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Tidak semua emosi yang dirasakan oleh individu harus dikontrol. Tidak semua emosi marah, sedih, gelisah dan rasa bersalah harus diminimalisir. Emosi yang dirasakan oleh individu tidak harus dikontrol dan diminimalisir dikarenakan mengekspresikan emosi yang kita rasakan baik emosi positif maupun negatif merupakan hal konstruktif dan sehat, bahkan kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara tepat merupakan bagian dari resiliensi (Reivichi dan Shatte, 2002).

Orang yang mampu mengatur dan mengekspresikan emosinya secara terarah dan baik akan cenderung memiliki resiliensi yang tinggi dan memiliki kondisi psikis yang sehat. Berbeda halnya dengan orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya, cenderung memiliki kondisi psikis yang kurang sehat, sehingga itu dapat membuat membuat resiliensi dalam diri orang tersebut rendah.

2) Pengendalian impuls

Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya. Individu yang mampu


(41)

mengontrol dorongan dalam dirinya memiliki ciri (a) akan membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat; (b) mampu mengendalikan dorongan dalam diri (Reivich dan Shatte, 2002). Hal yang sama juga diungkapkan Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati.

Individu dapat mengendalikan impulsivitas dengan mencegah terjadinya kesalahan pemikiran, sehingga dapat memberikan respon yang tepat pada permasalahan yang ada. Pencegahan salah pemikiran, dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevalusi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Individu dapat melakukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

rasional yang ditujukan kepada dirinya sendiri, seperti “apakah

penyimpulan terhadap masalah yang saya hadapi berdasarkan fakta

atau hanya menebak?”, dan sebagainya (Reivich dan Shatte, 2002). Seseorang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya akan memiliki pemikiran yang positif dalam memberikan respon pada permasalahan yang ada. Jadi, dapat disimpulkan orang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi. Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya


(42)

mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif. Perilaku ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu dengan orang lain (Reivich dan Shatte, 2002)

3) Optimisme

Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang, individu yang resilien adalah individu yang optimis (Reivich dan Shatte, 2002). Siebert (2005) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara tindakan dan ekspektasi kita dengan kondisi kehidupan yang dialami individu. Sementara itu, Peterson dan Chang (dalam Siebert, 2005) mengungkapkan bahwa optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh individu, kebahagiaan, ketekunan, prestasi dan kesehatan.

Ciri individu yang optimis adalah (a) memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan lebih baik; (b) mempunyai harapan dan kontrol atas arah hidupnya; (c) memiliki kesehatan mental yang baik; (d) memiliki produktivitas kerja yang tinggi; (e) dan mempunya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan; (b) individu


(43)

juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma.

Seseorang yang miliki pandangan positif akan diri, lingkungan sekitar, dan juga masa depannya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan individu tersebut memiliki kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit yang dipengaruhi pemikirannya yang positif tentang masa depan.

4) Kemampuan menganalisis masalah

Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasi secara akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu yang tidak mampu mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama. Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah (a) mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya; (b) orientasinya berfokus pada solusi (Reivich dan Shatte, 2000). Hal ini diperkuat oleh apa yang dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.

Individu yang resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas kognitif. Mereka mampu mengidentifikasi semua


(44)

penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka. Individu yang resilien tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga kepercayaan diri mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan meraih kesuksesan.

5) Empati

Menurut Greef (2005) empati didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa memahami dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri-ciri individu yang memiliki empati memiliki ciri (a) memiliki hubungan sosial yang baik; (b) mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). Hal yang serupa juga dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama.


(45)

Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan dalam berhubungan sosial. Individu-individu yang tidak membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda non verbal, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan maksud dari orang lain.

Ketidakmampuan individu untuk membaca tanda-tanda non verbal orang lain sangat merugikan, baik dalam konteks hubungan kerja maupun hubungan personal, dikatakan merugikan karenakan kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai. Individu dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). 6) Efikasi Diri

Efikasi diri adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil. Efikasi diri merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

Efikasi diri adalah perasaaan bahwa kita efektif dalam dunia. Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai pemimpin, sementara yang tidak percaya terhadap kemampuan diri


(46)

Individu yang resilien akan mampu memimpin dirinya sendiri untuk menyelesaikan dan bangkit dari masalah yang ada (Reivich dan Shatte, 2002).

7) Pencapaian

Pencapaian adalah kemampuan individu meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan menimpa. Ciri individu yang mampu melakukan reaching out atau pencapaian, (a) mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupannya; (b) memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya (Reivich dan Shatte, 2002). Banyak individu yang tidak mampu melakukan pencapaian, dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat mungkin menghindari kegagalan dan di situasi yang memalukan. Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih memiliki kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Pilihan untuk hidup standar menunjukkan kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate) dalam memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi di masa mendatang. Individu-individu ini memiliki rasa ketakutan untuk mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir. Gaya berpikir ini memberikan batasan bagi diri mereka sendiri,


(47)

atau dikenal dengan istilah Self-Handicaping (Reivich dan Shatte, 2002).

Pencapaian juga menggambarkan resiliensi dan kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Everall, et al., (2006:462-463) memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi, yaitu:

1) Faktor individual

Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu. Menurut Holaday (1997:350) keterampilan kognitif berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat, kemampuan membaca dan komunikasi non verbal. Resiliensi juga dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari trauma dengan menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang ditumbuhkan pada diri individu yang bersangkutan. Menurut Herman (dalam Shaumi, 2012) faktor individu termasuk ciri


(48)

kepribadian individu, penguasaan diri, penghargaan diri dan kemampuan kognitif.

2) Faktor keluarga

Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua, struktur keluarga juga berperan penting bagi individu. Individu yang memiliki dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang tinggi. Individu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang rendah.

3) Faktor komunitas

Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja. Individu yang tergolong kurang mampu dalam hal ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang tinggi, karena mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan ingin mengubah nasib. Individu yang tergolong mampu secara ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang rendah karena ketersediaan fasilitas, dan berbagai sarana prasana lainnya. Herman (2011) (dalam Shaumi, 2012) juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara resiliensi dan dukungan sosial dari lingkungan individu.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan resiliensi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri individu (internal) dan faktor-faktor dari luar individu (eksternal). Faktor internal meliputi, kemampuan


(49)

kognitif, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu.. Faktor eksternal mencakup faktor dari keluarga dan komunitas.

f. Fungsi-fungsi Resiliensi

Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi memiliki empat fungsi fundamental dalam kehidupan manusia, yaitu:

1) Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil

Melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras, membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan mampu membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak. 2) Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari

Setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan ini kita diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan kesibukan-kesibukan. Orang yang resilien dapat melewati tantangan-tantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal esensi yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah efikasi diri, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat menghadapi lingkungan dan menyelesaikan masalah.

3) Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau kesulitan besar

Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi dibanding tantangan kehidupan sehari-hari. Kejatuhan yang kita alami sangat ekstrem,


(50)

yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih.

4) Mencapai prestasi terbaik

Beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, ada juga orang yang senang ketika bisa menjangkau orang lain dan mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stres, pulih dari trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari pengalaman baru.

Menurut Rutter (dalam Coulson, 2006) memaparkan adanya empat fungsi resiliensi, yaitu: (a) untuk mengurangi resiko mengalami konsekuensi-konsekuensi negatif setelah adanya kejadian-kejadian hidup yang menekan, (b) mengurangi kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setelah peristiwa hidup yang menekan, (c) membantu menjaga harga diri dan rasa mampu diri, dan (d) meningkatkan kesempatan untuk berkembang.


(51)

2. Wanita Penderita Kanker a. Pengertian wanita

Menurut Shaqr (2006) wanita adalah salah satu dari dua jenis manusia yang diciptakan. Sebagai manusia, wanita juga diharapkan mampu menjalankan semua hak-hak dan kewajiban yang telah terlimpah kepadanya.

Murad (dalam Ibrahim, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instingtif yang berhubungan erat dengan sejumlah kebutuhan organik dan fisiologis. Ibu sangat melindungi dan menyayangi anak-anaknya terutama yang masih kecil.

Menurut Junaidi (2003) bahwa wanita adalah seorang ibu rumah tangga yang mengatur rumah tangga serta kehormatan yang wajib dijaga. Ibrahim (2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki tendensi feminim yang mengundang daya tarik kecantikan.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa wanita adalah seorang yang memiliki sifat feminis, keibuan yang juga menjalankan hak-hak serta kewajiban yang terlimpah kepadanya. b. Pengertian kanker

Definisi kanker menurut WHO (2009) adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan


(52)

neoplasma. Salah satu situs mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.

Menurut Kuswibawati (dalam Yuswanto, 2010:1) tumor ada dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas (kanker). Setiap tumor belum tentu kanker, namun setiap kanker pasti adalah tumor. Kanker merupakan nama umum untuk sekumpulan penyakit yang perjalanannya bervariasi, dengan ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, terus-menerus, tidak terbatas, merusak jaringan setempat dan sekitar, serta bisa menyebar luas (distant metastases). Disebut kanker oleh karena tumbuh bercabang-cabang menginvasi jaringan sehat di sekitarnya, menyerupai kepiting (cancer).

Kanker dapat menyerang berbagai sel pada seluruh organ di dalam tubuh, dari kepala sampai ujung kaki, dalam keadaan normal sel hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkan, misalnya ada sel-sel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel-sel kanker akan membelah meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel baru yang berlebihan. Sel-sel baru mempunyai sifat seperti induknya yang sakit yaitu sel-sel yang tidak mempunyai daya atur.


(53)

c. Pengertian Payudara

Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedangkan pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitar lipatan paha sampai dada. Payudara wanita dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800 gram. (Risanto Siswosudarmo dan Ova Emilia, 2008).

3. Wanita Penderita Kanker Payudara

a. Pengertian kanker payudara

Kanker payudara adalah tumor (kanker) ganas yang bermula dari sel-sel payudara. Berdasarkan penelitian di Amerika, yang menunjukkan bahwa hampir sepertiga kanker yang didiagnosis pada perempuan adalah kanker payudara. Pada tahun 2000, diperkirakan lebih dari 180.000 perempuan di Amerika didiagnosis mengidap kanker jenis ini (Pamungkas, 2011:51).

b. Penyebab kanker payudara

Menurut Yuliani (dalam Yuswanto, 2010:16-17) ada sejumlah teori yang dikemukakan, mereka yakin bahwa kombinasi antara gaya hidup, lingkungan dan faktor genetik yang meningkatkan resiko kanker payudara pada:


(54)

1) Lingkungan

Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkat resiko terkena kanker payudara. Radiasi yang disebabkan sinar-X pada payudara atau mammogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi radiasi tuberculosis atau kanker lain tidak menyebabkan kanker dan tidak perlu di khawatirkan. Pestisida seperti DDT (zat pembersih serangga) juga perlu diperhatikan.

2) Diet

Penelitian yang dilakukan Yuliani (dalam Yuswanto, 2010) memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara tetapi penelitian lain tidak memperlihatkan hasil tersebut. Jadi karena mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dihubungkan dengan resiko terkena kanker dan penyakit hati, maka akan lebih baik apabila kita membatasi mengkomsumsi makanan berlemak.

3) Alkohol

Minum minuman beralkohol dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Seperti pada bagian diet, penelitian ini juga menimbulkan kebingungan dan sejumlah penelitian lain diperlukan untuk memperkuat pernyataan tersebut.


(55)

4) Gen

Lebih dari 10% kanker payudara dipercaya sebagai penyakit keturunan. Di tahun 1994, para peneliti menemukan sebuah gen dengan nama BRCA-1 (Breast Cancer 1). Gen tersebut dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita, setengah dari kasus kanker payudara yang disebabkan oleh keturunan kemungkinan disebabkan oleh mutasi pada gen ini. Wanita terkena kanker payudara, seringkali sebelum usia 50 tahun. Para peneliti juga menemukan gen kanker payudara yang kedua (BRCA-2), mutasi ini dipercaya menyebabkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan karena keturunan. Para peneliti ini mengharapkan akan ditemukan lagi gen gen lain yang dapat menyebabkan kanker payudara.

5) Hormon

Menstruasi yang mulai pada usia yang terlalu muda, menopose yang datangnya terlambat (lebih dari 51), mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun atau sama sekali tidak mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua faktor di atas berhubungan dengan hormon ekstrogen. Kanker payudara juga berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen yang digunakan sebagai terapi setelah menopause. Banyak dokter percaya bahwa terapi ini tidak menyebabkan kanker payudara, walaupun demikian mereka


(56)

meyakini bahwa hal tersebut mungkin mempercepat pertumbuhan kanker.

c. Cara kerja sel kanker payudara

Pertumbuhan dan perkembangan sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasive) dan dapat menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel kanker dibentuk dari sel normal dalam suatu proses rumit yang dibentuk yaitu transformasi, terbagi menjadi tahap inisiasi dan promosi (Diananda, 2009:4).

Saat sel menjadi ganas, sel tersebut menjadi berlipat ganda karena dirusak oleh sistem kekebalan tubuh yang berakibat menjadi kanker. Sistem kekebalan tubuh yang sering tidak berfungsi normal, maka tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker (Diananda, 2009:5). d. Proses perkembangan sel kanker payudara

Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut (Diananda, 2009:139). Stadium kanker payudara yaitu sebagai berikut:

1) Stadium 0

Tidak ditemukan adanya tumor primer pada kelenjar getah bening.


(57)

2) Stadium I

Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%.

3) Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah menjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan penyembuhan pada stadium ini hanya 30-40% tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel kanker.

4) Stadium III

Tumor sudah cukup besar dan sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, kemungkinan untuk sembuh hanya tinggal 10-20%. Pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi.

e. Ciri-ciri wanita penderita kanker payudara (Yuswanto:2010)

1) Terdapat benjolan pada payudara serta akan mengalami perubahan bentuk.

2) Perubahan selanjutnya yaitu kulit payudara mengalami perubahan warna menjadi merah muda dan warna coklat dan juga seperti kulit jeruk.


(58)

3) Puting susu akan masuk ke dalam payudara atau disebut sebagai retraksi.

4) Kemungkinan bisa saja puting susu hilang atau bahkan putus. 5) Rasa sakit akan menghilang dan timbul kembali pada saat tumor

payudara tersebut semakin membesar.

6) Akan muncul luka atau borok seperti terbakar.

7) Payudara akan mengeluarkan cairan apakah itu cairan darah atau cairan lainnya.

f. Karakteristik penderita kanker payudara 1) Fisik

Penderita kanker payudara awalnya tidak pernah ada yang tahu bahwa seorang itu memiliki kanker payudara di dalam dirinya, fisiknya terlihat sehat, bahkan seperti tidak memiliki penyakit kanker payudara. Tetapi ketika sudah terdeteksi menderita kanker payudara dan melakukan kemoterapi, barulah terlihat bahwa fisik tidak dapat dikatakan sempurna karena satu dari dua payudara harus di operasi (Lubis, 2009:14).

2) Psikologis

Berdasarkan realita, bahwa ketika individu didiagnosis menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan memperlajari kembali prioritas mereka. Penderita kanker payudara memiliki penderitaan mental seperti kecemasan akan kematian,


(59)

kekhawatiran, takut, was-was, bahkan membuat penderita tidak dapat beristirahat. Kanker payudara ini juga membuat timbulnya pemikiran apakah akan sembuh, apakah bisa hidup kembali seperti biasa. Hal yang tidak bisa dikatakan gampang untuk berkata tetapi mampu membuat orang menjadi putus asa karena tidak memiliki semangat hidup (Lubis, 2009:15).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Jurnal penelitian yang dibuat oleh Aan Choirun Nisa tahun 2012 mengenai

“Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi” dilakukan pada satu

orang wanita yang menderita kanker payudara dan telah melakukan mastektomi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam untuk pengambilan data. Hasil dari penelitian ini, ada beberapa hal yang mempengaruhi resiliensi dari informan, yaitu: konsep diri, religiusitas dan dukungan sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Feny Dwi Maya Listianty tahun 2011

mengenai “Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara” dilakukan pada ketiga

subjek yang menderita kanker payudara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek sangat beragam. Subjek satu memiliki ketujuh domain resiliensi dalam dirinya. Pada subjek kedua domain regulasi emosi, impuls kontrol, efikasi diri, optimisme, kausal analisis, dan pencapaian cukup berkembang. Pada responden ketiga domain regulasi emosi, kausal analisis, impuls kontrol, optimisme, efikasi diri kurang berkembang, sementara domain


(60)

empati dan pencapaian cukup berkembang. Hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor protektif yang dimiliki oleh subjek.

Penelitian serupa juga diteliti oleh Fransisca IR Dewi (2004) dalam jurnalnya

yang berjudul “Hubungan Antara Resiliensi Dengan Depresi Pada Perempuan Pasca Pengangkatan Payudara (Mastektomi)”, hasil penulisan menunjukkan bahwa hipotesis penulisan yang mengasumsikan bahwa ada hubungan negatif antara resiliensi dengan depresi. Pada analisis data utama menunjukkan hubungan

yang signifikan antara depresi dan resiliensi disebabkan ketiga faktor pelindung “I have”, “I am” dan “I can”. Subjek dalam penelitian ini dibagi berdasarkan 4 kategori (berdasarkan usia, stadium, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dari total 30 orang subjek.

Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, terdapat persamaan dengan penelitian-penelitian di atas yaitu sama-sama membahas mengenai resiliensi. Ada beberapa perbedaan antara penelitian-penelitian di atas dengan penelitian-penelitian ini, adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Metode penelitian yang digunakan

Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2004) metode yang digunakan adalah studi korelasi; sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aan (2012), penelitian Feny (2011) dan juga penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.


(61)

Penelitian yang dilakukan oleh Aan (2012) subjek yang diambil adalah seorang wanita yang menderita kanker dan telah melakukan mastektomi; Feny (2011) subjek yang diambil tiga orang wanita penderita kanker payudara; pada penelitian Fransisca (2004) subjek yang diambil adalah wanita yang telah melakukan mastektomi; sedangkan pada penelitian ini subjek yang diambil adalah wanita penderita kanker payudara (baik itu telah mengalami mastektomi ataupun belum).


(62)

C. Kerangka Pikir

Bagan 1

Kerangka Pikir Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara RESILIENSI

Wanita penderita kanker payudara

Aspek-aspek

Regulasi emosi Kontrol terhadap impuls Optimisme Mampu menganalisis masalah

Empati Efikasi diri Pencapaian

Tinggi

1. Memiliki regulasi emosi yang baik 2. Memiliki kontrol terhadap impuls 3. Memiliki optimisme

4. Memiliki kemampuan menganalisi masalah

5. Memiliki empati 6. Memiliki efikasi diri 7. Memiliki pencapaian

Rendah

1. Tidak memiliki regulasi emosi yang baik

2. Tidak memiliki kontrol terhadap impuls

3. Tidak memiliki optimisme 4. Tidak memiliki kemampuan menganalisi masalah

5. Tidak memiliki empati 6. Tidak memiliki efikasi diri 7. Tidak memiliki pencapaian


(63)

Bagan mengenai kerangka pikir resiliensi wanita penderita kanker payudara menjelaskan bagaimana resiliensi pada diri wanita penderita kanker payudara. Resiliensi sendiri adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan tekanan internal maupun eksternal. Dalam resiliensi, ada tujuh aspek yang turut memberikan sumbangan pada diri individu. Setiap individu memiliki beberapa aspek yang berbeda satu dengan lainnya. Inilah yang menyebabkan kemampuan resiliensi setiap orang berbeda, jadi aspek-aspek itu menentukan tinggi/rendahnya resiliensi seseorang. Individu yang memiliki resiliensi tinggi cenderung akan memiliki banyak aspek resiliensi dalam dirinya. Individu yang memiliki resiliensi rendah cenderung tidak memiliki banyak aspek resiliensi dalam dirinya.


(64)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan sifat, tujuan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang masih bersifat sementara, akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2010:283). Dilihat berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang individu secara mendalam, relatif lama, terus menerus, dan menggunakan subjek tunggal yang artinya kasus dialami satu orang (Furchan, 1982).

Kejadian yang ditemukan adalah banyaknya orang yang menderita kanker payudara. Peneliti mencoba menganalisisnya resiliensi wanita penderita kanker payudara. Teori dalam penelitian kualitatif harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk referensi untuk menyusun instrumen penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan didua tempat berbeda. Pertama, penelitian di Slogohimo, Wonogiri, Jawa Tengah, dimana subjek pertama tinggal/berdomisili. Kedua,


(65)

penelitian akan dilakukan di Sleman, Yogyakarta dimana subjek kedua dan subjek ketiga tinggal/berdomisili. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2016.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tiga wanita penderita kanker payudara yang masih menjalani check up, individu yang resilien dan seorang

survivor kanker.

Tabel 1

Data Diri Subjek Penelitian

No. Nama Stadium

Lama menjadi penderita kanker

Status perkawinan 1. Sri 2 B 11 tahun Berkeluarga

2. Tutik 3 B 7 tahun Janda

3. Asih 2 A 1,5 tahun Janda

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara berdasarkan pedoman wawancara mendalam (in depth interview), dan observasi. Tujuan dari wawancara secara mendalam adalah untuk menemukan permasalahan resiliensi wanita penderita kanker payudara secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat. Peneliti sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan sebelum wawancara dilaksanakan. Observasi dilakukan selama wawancara dengan subjek, peneliti melakukan pengamatan bebas, mencatatan hal-hal penting, melakukan analisis dan


(66)

kesimpulan. Pengamatan ini berupa kondisi rumah subjek, kondisi keluarga dan suasana yang terbangun, selain itu juga mengamati ekspresi wajah, nada bicara, gerakan tubuh subjek. Masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:317). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview). Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan adalah pertanyaan yang mampu mengungkap aspek-aspek resiliensi dalam diri subyek. Pedoman wawancara telah disusun untuk mempermudah dalam menggali informasi pada diri subjek, pedoman wawancara juga didasarkan pada aspek serta indikator sehingga dapat sungguh-sungguh mengungkap resiliensi subjek. Berikut ini adalah panduan wawancaa mendalam yang akan di aplikasikan pada subjek, antara lain:

Tabel 2

Panduan Wawancara Mendalam

NO ASPEK PERTANYAAN

1. Regulasi emosi

a. Menurut Anda, masalah apa yang menyebabkan Anda tertekan/menyita pikiran, waktu dan tenaga Anda? b. Ketika menghadapi masalah, bagaimana cara Anda

untuk tetap tenang walaupun di bawah tekanan? c. Apakah Anda berhasil bersikap tenang selama

berjuang melawan kanker payudara? Pada saat apa, Anda berhasil bersikap tenang?

d. Siapa pihak yang paling berpengaruh dan membuat Anda lebih semangat dalam berjuang melawan kanker


(67)

payudara? Dapatkah diceritakan? e. Dimana Anda merasa lebih tenang?

f. Apa yang menjadi alasan terbesar Anda untuk sembuh dari kanker payudara?

g. Bagaimana cara Anda untuk mengungkapkan emosi positif dan juga negatif yang Anda rasakan?

h. Pernahkah emosi positif atau negatif yang Anda rasakan tersebut tidak dapat Anda ekspresikan? Mengapa hal itu bisa terjadi?

i. Kapan Anda mengekspresikan/meluapkan emosi tersebut? Langsung (pasca kejadian) atau direnungkan terlebih dahulu?

2 Pengendalian impuls

a. Saat Anda memiliki dorongan dari dalam diri (misalnya makanan yang dilarang dokter), bagaimana cara Anda mengontrolnya?

b. Apa dorongan/keinginan yang paling sulit untuk Anda kendalikan? Mengapa demikian?

c. Bagaimana perasaan Anda ketika dorongan/keinginan Anda tidak terwujud?

d. Bagaimana sikap Anda saat kenyataan hidup Anda tidak sesuai dengan yang diharapkan?

e. Usaha apa yang Anda lakukan sehingga membuat Anda tetap berpikir jernih selama Anda menderita kanker payudara?

3. Optimisme a. Hal apa yang terlintas dalam pikiran dan benak Anda

mendengar kata “masa depan”?

b. Pada saat melawan kanker payudara, seberapa yakinkah Anda bahwa kanker Anda dapat disembuhkan?

c. Apa yang menjadi harapan terbesar Anda saat ini? d. Apa usaha yang Anda lakukan supaya harapan tersebut

terwujud?

e. Bagaimana Anda mengontrol kehidupan Anda (keluarga, pekerjaan, sosial, ekonomi, dan sebagainya)?

f. Bagimana cara Anda mengatasi depresi/putus asa saat bergulat dengan penyakit kanker yang sedang dialami saat itu?

g. Ketika Anda menderita kanker, masihkah Anda aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari?

h. Bagaimana Anda berbaur di komunitas selayaknya orang sehat?

i. Saat Anda berada di komunitas atau beraktivitas di tengah banyak orang, apakah Anda merasa minder? j. Bagaimana jika seandainya, keadaan Anda kedepannya


(68)

lakukan?

k. Rencana apa yang akan Anda lakukan jika harapan-harapan dalam hidup Anda tidak terjadi?

4. Kemampuan menganalisis masalah

a. Hal apa yang Anda sesali hingga kini?

b. Hikmah apa yang dapat Anda ambil setelah mengalami semua ini?

c. Dapatkah Anda menceritakan apa yang menyebabkan Anda menderita sakit semacam ini?

d. Usaha apa yang akan/sedang Anda lakukan agar kehidupan dan kesehatan Anda semakin membaik? 5 Empati a. Bagaimana cara Anda tetap menjalin hubungan baik

dengan orang-orang disekitar Anda pasca Anda divonis menderita kanker payudara?

b. Aktifkah Anda dalam komunitas agama atau

perkumpulan dimana Anda tinggal? Komunitas apa sajakah itu?

c. Bagaimana sikap/respon Anda saat bertemu orang lain yang memiliki kondisi yang sama dengan Anda saat ini (menderita kanker payudara)?

d. Bagaimana perasaan Anda saat bertemu orang lain yang memiliki kondisi yang sama dengan Anda saat ini (menderita kanker payudara)?

6 Efikasi diri a. Seberapa yakinkah Anda mampu memecahkan masalah terkait dengna penyakit yang Anda derita? Mengapa demikian?

b. Apa ukuran sukses menurut Anda? Apakah menurut Anda, sekarang Anda sudah dikatakan sukses? 7 Pencapaian a. Hal baik apa sajakah yang perlu Anda tingkatkan?

b. Bagaimana cara Anda meningkatkan apa yang kurang baik dalam diri Anda?

c. Apa ketakutan terbesar Anda?

d. Bagaimana Anda mengatasi ketakutan tersebut? e. Apa yang menghambat niatan Anda untuk mengatasi

ketakutan itu?

Tabel 3

Panduan Wawancara dengan Significant Others

No Pertanyaan

1. Apa hubungan Anda dengan subjek? 2. Sejak kapan Anda mengenal subjek?

3. Selama Anda mengenal subjek, menurut Anda bagaimana pengaturan emosi dalam diri subjek?

4. Apakah selama subjek sakit kanker payudara, subjek mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya?


(69)

5. Apakah selama menderita kanker payudara, subjek masih beraktivitas seperti biasa?

6. Apakah menurut Anda subjek adalah orang yang optimis?

7. Menurut sepengetahuan Anda, bagaimana relasi subjek dengan orang lain selama menderita kanker payudara?

8. Apakah subjek terlihat cukup ikhlas ketika menderita kanker payudara? 9. Menurut Anda, apakah subjek memiliki empati kepada orang lain? 10. Menurut Anda, apakah subjek memiliki efikasi diri?

11. Selama Anda mengenal subjek, hal baik apa yang seharusnya subjek tingkatkan?

12. Menurut Anda, berdasarkan pengenalan akan subjek, hal/sifat buruk apa yang ada dalam diri subjek?

2. Observasi

Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui observasi dipelajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2010:310). Hasil observasi berguna untuk memperkuat dan mendukung hasil wawancara. Observasi dilakukan saat pertama datang ke tempat tinggal/tempat kerja subjek dan selama proses penggalian data yang dilakukan bersama subjek di tempat tinggalnya. Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenis observasi partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat tinggal/tempat kerja subjek, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan/aktivitas di dalam tempat tinggal itu. Melalui observasi partisipan, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Tabel 4 Catatan Observasi

Inisial subjek :... Tempat :... Hari/tanggal :... Waktu : pukul...s.d... Observasi ke- :... Kegiatan :... ... ... ...


(1)

3. Penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih bervariasi sehingga data yang didapat juga akan maksimal. Dalam penelitian ini, ada 2 subjek yang pada saat penelitian ini dilakukan, telah dinyatakan sembuh. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya ketika penelitian dilakukan, mencari subjek yang belum dinyatakan sembuh sehingga peneliti dapat mengetahui langsung bagimana proses terbentuknya resiliensi dalam diri subjek tersebut. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak teori yang relevan sehingga dapat memperkuat skripsi itu sendiri.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Bonanno, G.A., Wortman C.B., et al.(2002). Resilience to Loss and Chronic Grief: A Prospective Study from Preloss to 18-months Postloss. Journal of Personality and Sosial Psychology Vol.83, no.5, 1150-116

Choirun, Aan Nisa. (2012). Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi. Skripsi, tidak diterbitkan. Institut Agama Islam Negeri Surabaya

Coulson, S. (2006). Constructing Meaning. Metaphor & Symbol 21:245-266. Dewi, Fransisca., Vonny Djoeniana & Melisa. (2004). Hubungan Antara

Resiliensi dengan Depresi pada Perempuan Pasca Pengangkatan Payudara (Mastektomi). Jurnal Psikologi Vol.2 No.2 Desember .

Diananda, Rama. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta: Mirza Media.

Dwi, Feny Maya Listianty. (2011). Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara

Everall, et al., (2006). Creating a Future: A Study of Resilience in Suicidal Female Adolescent. 84. h.461-470

Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Greeff, AP & Ritman, IN (2005). Individual Characteristics Associated with Resilience in Single Parent Families. Psychological Reports.

Grotberg, E (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening The Human Spirit. Benard Van Leer Foundation

Helton, L.R & Smith, M.K. (2004). Mental Health Practice with Children and Youth. New York: The Hawort Social Work Practice Press.

Hiew, C.C (2000). Development of state resilience scale. Japanese Journal of Health Psychology, 2 (2), 1-11.

Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burns. Journal of Counseling and Development.75. 346-357.

http://www.APAHelpCenter.org/resilience . Diunduh tanggal 13 Januari 2016, Jam 23.34

http://www.dharmais.co.id/index.php/operation.html . Diunduh tanggal 23 Januari 2016, Jam 13.23


(3)

http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/. Diunduh tanggal 17 Oktober 2015, Jam 20.19

http://www.who.int/cancer/country-profiles/chn_en.pdf. Diunduh tanggal 28 Oktober 2015, Jam 11.23

Ibrahim. (2005). Psikologi Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah.

Junaidi. (2003). Tata Kehidupan Wanita dalam Syariat Islam. Jakarta: Wahyu Press.

Klohnen, E.C. Mon, T., Shimizu, Masuharu & Tominaga, Mihoko. (2000). Measurement of Resilience Delevopment Preliminary Result with State Trait Resilience Inventory. Journal of Learning & Faculty Education, Vol I. Hiroshima University.

Lubis, Namora Lumongga. (2009). Makna Hidup pada Penderita Kanker Leher Rahim. Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. 42 No.1. Sumatra: Fakultas Psikologi, Universitas Sumatra Utara.

Novianty, Anita. (2011). Penyesuaian Dusun Jangka Panjang Ditinjau dari Resiliensi Komunitas Pasca Gempa. Jurnal Psikologi Vol. 38 No.1 Juni. Pamungkas, Zaviera. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta: Buku

Biru.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skill for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books. Sarafino, E.P.(1994). Health Psychology: Biopychology Interaction (2nd ed). John

Willey & Sons: New York.

___________.(2008). Health Psychology: Biospychology Interaction (6th ed). John Willey & Sons: United State of America

Shaumi, Haonisa. (2012). Kajian Terhadap Aspek Budaya Jawa Dalam Kemampuan Resiliensi Pada Penyintas Erupsi Merapi yang Berusia 31-40 Tahun. Skripsi, tidak diterbitkan. UI: Depok

Siebert, Al (2005). The Advantage Resilincy.

http://www.practicalpsychologypress.com/aboutus.html. Diunduh tanggal 23 Desember 2015 Jam 14.47

Siswosudarmo, Risanto & Emilia, Ova. (2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia.

Shaqr. (2006). Wanita-wanita Pilihan. Jakarta: Qisthi Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Cetakan ke-10. Bandung: Alfabeta.


(4)

Vanden, Gary R. (2006). APA Dictionary of Psychology (1st ed). United of State of America

Yuswanto & Sinardi. (2010). Kanker. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Zamralita. (1999). Self Esteem dan Strategi Penanggulangan Stres pada Perempuam Pasca Mastektomi. Phronesis, 1(1), 6-14.


(5)

(6)