dipungut secara intensif pleh pemerintah daerah dan dalam hal itu telah menjadi kewenanganya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sah.
2.2.3.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah
Adapun Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari 4 empat macam antara lain Undang-undang No. 32 Tahun 2004 :
1. Hasil Pajak Daerah
2. Hasil Retribusi Daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut sangat tergantung oleh kesiapan daerah dalam menggalinya dan tentu saja juga tergantung pada kondisi
masyarakat di daerah tersebut. Artinya, semakin makmur masyarakat setempat maka semakin besar pula Pendapatan Asli Daerah yang dapat digali dari masyarakat.
Pandangan itu juga berlaku kebalikan, artinya Pendapatan Asli Daerah yang besar maka secara mandiri daerah mampu membiayai pembangunannya dan pembangunan
itu diarahkan demi kemakmuran masyarakat setempat. Untuk itu daerah harus berusaha semaksimal mungkin menggali sumber-sumber keuangan dari Pendapatan
Asli Daerah.
2.2.3.3 Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, titik berat otonomi daerah terletak pada Pemerintah
daerah. Sehingga konsekuensi agar daerah dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, otonomi yang diberikan itu harus diimbangi dengan kesanggupan
untuk menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil perusahaan daerah dan pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa salah satu syarat agar daerah dapat
disebut daerah otonom adanya tersedianya sumber-sumber keuangan sendiri. Dengan adanya sumber-sumber keuangan itu, maka daerah diharapkan mempunyai
penghasilan sendiri yang memadai untuk membiayai kebutuhan rutinnya. Ini berarti bahwa wewenang dan kewajiban Pemerintah Pusat dan Daerah tingkat atas tidak akan
secara otomatis diserahkan kepada daerah akan tetapi senantiasa dengan memperhatikan kekuatan keuangannya. Dengan demikian, bahwa uang mempunyai
fungsi paling penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, tanpa uang tidak mungkin kegiatan-kegiatan Pemerintahan Daerah dapat dilaksanakan dengan baik.
Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Retribusi Daerah merupakan pungutan yang dalam pelaksanaannya membutuhkan penanganan yang lebih serius, sehingga
dari pungutan yang dilakukan dapat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah sesuai dengan yang diharapkan pemerintah untuk dapat membiayai sendiri keuangan
daerah.
2.3 Kerangka Berpikir
Adapun dari penjelasan diatas, diproyeksikan atau digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :
Pendapatan Asli Daerah variabel Y
Retribusi Parkir variabel X
Keterangan : X = Retribusi Parkir sebagai variable Independen Variabel bebas.
Y = Pendapatan Asli Daerah sebagai variable Dependen Variabel terikat. = Pengaruh.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan bukan didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data. Sugiyono, 2001 : 39.
Dari tujuan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut :
” Diduga ada pengaruh Retribusi Parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo ” dan ” Diduga ada perbedaan pengaruh Retribusi Parkir
terhadap PAD Sebelum dan Sesudah diterapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Retribusi Parkir ”