Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia Dengan Konsumsi Sebagai Variabel Moderating

(1)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, BELANJA DAERAH DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

(PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KONSUMSI SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

TESIS

OLEH:

YENNI ZAHARA 127017017 / Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, BELANJA DAERAH DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

(PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KONSUMSI SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Oleh Yenni Zahara 127017017 / Akuntansi

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, BELANJA DAERAH DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN)

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KONSUMSI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Nama Mahasiswa : Yenni Zahara

Nomor Pokok : 127017017

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak) (Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Ekonomi

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,CA)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 April 2014

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak Anggota : 1. Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak


(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, BELANJA DAERAH DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

(PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KONSUMSI SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, April 2014

Yang Membuat Pernyataan


(6)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, BELANJA DAERAH DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

(PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KONSUMSI SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja daerah, penanaman modal dalam negeri dan konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Populasi penelitian ini adalah pemerintah provinsi di Indonesia sebanyak 33 provinsi, dan yang memenuhi kriteria sebagai sampel adalah 19 provinsi dari tahun 2007 hingga 2011, sehingga jumlah amatan yang dianalisis menjadi 95. Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku untuk melihat pertumbuhan ekonomi provinsi, realisasi PAD, dana perimbangan dan belanja daerah di pemerintah daerah serta realisasi perkembangan PMDN dan pengeluaran konsumsi non makanan. Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Pengujian dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial hanya pendapatan asli daerah dan penanaman modal dalam negeri yang berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menemukan bahwa konsumsi tidak memoderasi secara signifikan pengaruh PAD, dana perimbangan, belanja daerah dan PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun konsumsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja daerah, penanaman modal dalam negeri, konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.


(7)

THE INFLUENCE OF LOCAL REVENUE, BALANCED BUDGET, LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURE AND DOMESTIC INVESTMENT ON THE PROVINCIAL ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA WITH CONSUMPTION

AS A MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

The purpose the study was to empirically test and prove the influence of local revenue, balanced budget, local government expenditure, domestic investment and consumption on provincial economic growth in Indonesia, and 19 provinces that met the sampling criteria set. Therefore, 95 observations were analyzed from 2007 to 2011. The data used in this study were those of Gross Domestic Product (GDP) based on current prizes to see the provincial economic growth, the realization of local revenue, balanced budget and local government expenditure, domestic investment growth and the non-food consumption expenditure. The data was obtained from Sumatera Utara Central Bureau Statistic. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test. The result of this study showed that partially only local revenue and domestic investment had significant and positive impact on the economic growth. Consumption did not significantly moderate the influence of local revenue, balanced budget, local government expenditure and domestic investment on the economic growth. Yet, consumption directly influenced the economic growth.

Keywords: Local Revenue, Balanced Budget, Local Government Expenditure, Domestic Investment, Consumption, Economic Growth


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat yang telah diberikanNya. Berkat anugrahNya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan-persyaratan guna memperoleh derajat sarjana S-2 Magister Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

5. Dr. Rina Bukit, SE, M.Si, Ak selaku Pembimbing Utama yang telah banyak mengarahkan penulis dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penulisan tesis ini.

6. Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak selaku Anggota Pembimbing yang juga telah banyak mengarahkan penulis dengan memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penulisan tesis ini.


(9)

7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

8. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritikan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

9. Seluruh dosen dan staf administrasi Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 10. Orang tua penulis Drs. Abdul Halim dan Dra. Herlina Ariani, serta abang dan kakak

ipar (Abdul Razak, S.AB, M.Si dan Nur Dwi Wulandari, SE), dan kedua adik (Zaini Arif dan Abdul Zailani) yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis. 11. Rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi 2012 (Fitri Yani Panggabean,

Ike Dewita, Dewi, Friska, Rini, Friska, Jafar Siddik, Sopian, Tommy, Vebri dan teman-teman yang lain) yang telah mendukung dan memberikan saran membangun kepada penulis.

12. Teman-teman dan pihak-pihak lain yang tidak disebutkan yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih penuh dengan kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, penulis tetap berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat kepada seluruh pembaca dan dengan lapang dada, penulis menerima semua kritikan dan saran yang disampaikan.

Medan, April 2014


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi

Nama : Yenni Zahara

Tempat/Tgl Lahir : Tanjung Pura / 30 Juni 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Klambir V Gang Samirujuk Lr. III Medan Helvetia – Sumatera Utara 20125 No. HP : 081377315660

E-mail : yenni_zahara@ymail.com Orang Tua : Drs. Abdul Halim

Dra. Herlina Ariani

Pendidikan

2012-2014 : Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Magister Ilmu Akuntansi

2006-2010 : Fakultas Ekonomi Program Strata-1 (S1) Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Panca Budi 2003-2006 : SMA Negeri 12 Medan

2000-2003 : SLTP Negeri 40 Medan 1994-2000 : SD Negeri No 065854 Medan


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

DAFTAR ISI ………...

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR………

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN ………....

1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1.2. Rumusan Masalah ………... 1.3. Tujuan Penelitian ………... 1.4. Manfaat Penelitian ………... 1.5. Originalitas ………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………

2.1. Landasan Teori ………... 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)………... 2.1.2. Dana Perimbangan ………... 2.1.3. Belanja Daerah ………... 2.1.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ………... 2.1.5. Konsumsi ……….... 2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi ………... 2.2. Review Penelitian Terdahulu ………....

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 3.1. Kerangka Konseptual ………... 3.2. Hipotesis Penelitian ………...

BAB IV METODE PENELITIAN ... 4.1. Jenis Penelitian ……….…... 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….………... 4.4. Metode Pengumpulan Data ………... 4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 4.6. Metode Analisis Data ………... 4.6.1. Pengujian Asumsi Klasik ………...…... 4.6.2. Pengujian Hipotesis ………...

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

5.1. Hasil Penelitian... 5.1.1. Statistik Deskriptif... 5.1.2. Uji Asumsi Klasik...

5.1.2.1. Uji linearitas... i ii iii v vi viii ix x 1 1 7 7 8 9 10 10 10 11 13 14 16 20 23 30 30 34 37 37 37 37 38 38 41 43 45 47 47 47 51 51


(12)

5.1.2.2. Uji Normalitas... 5.1.2.3. Uji Multikolinearitas... 5.1.2.4. Uji Autokorelasi... 5.1.3. Pengujian Hipotesis... 5.1.3.1. Koefisien Determinasi (R2)... 5.1.3.2. Uji Statistik t... 5.1.3.3. Uji Statistik F... 5.1.3.4. Uji Residual... 5.2. Pembahasan...

5.2.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 5.2.2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi... 5.2.3. Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi... 5.2.4. Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 5.2.5. Pengaruh PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah dan

PMDN Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 5.2.6. Konsumsi sebagai variable moderating dapat memperkuat

dan memperlemah hubungan antara PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah dan PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...

6.1. Kesimpulan... 6.2. Keterbatasan Penelitian... 6.3. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ……….

LAMPIRAN... 52 53 56 57 57 58 60 61 62 62 63 64 65 66 66 68 68 69 69 70 74


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 2.1 4.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000... Review Penelitian Terdahulu ………….………...

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel……….

Statistik Deskriptif... Uji Linearitas... Uji Normalitas... Uji Multikolonearitas test 1... Uji Multikolonearitas test 2... Uji Autokorelasi test 1... Uji Autokorelasi test 2... Koefisien Determinasi (R2)... Uji Statistik t... Uji Statistik F... Uji Residual... 3 28 40 48 51 53 53 55 56 57 57 58 60 61


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

3.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan Penanaman modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Rencana Waktu Penelitian... Populasi dan Sample Penelitian... Data Asli Sample Penelitian... Data Setelah Transformasi Data... Statistik Deskriptif... Uji Linearitas Setelah Transformasi Data... Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ... Uji Multikolonearitas Setelah Transformasi Data ... Uji Multikolonearitas Setelah Transformasi Data dan DAU Dikeluarkan... Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data dan DAU Dikeluarkan... Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data, DAU Dikeluarkan dan Tahun Penelitian Dikurangi ... Uji Hipotesis Setelah Transformasi Data, DAU Dikeluarkan dan Tahun Penelitian Dikurangi... Uji Hipotesis Setelah Transformasi Data dan Menggunakan Data Belanja Modal ...

74 75 76 78 81 81 83 84 85 86 86 87 89


(16)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA PERIMBANGAN, BELANJA DAERAH DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

(PMDN) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI INDONESIA DENGAN KONSUMSI SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan secara empiris mengenai pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja daerah, penanaman modal dalam negeri dan konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Populasi penelitian ini adalah pemerintah provinsi di Indonesia sebanyak 33 provinsi, dan yang memenuhi kriteria sebagai sampel adalah 19 provinsi dari tahun 2007 hingga 2011, sehingga jumlah amatan yang dianalisis menjadi 95. Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku untuk melihat pertumbuhan ekonomi provinsi, realisasi PAD, dana perimbangan dan belanja daerah di pemerintah daerah serta realisasi perkembangan PMDN dan pengeluaran konsumsi non makanan. Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. Pengujian dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial hanya pendapatan asli daerah dan penanaman modal dalam negeri yang berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menemukan bahwa konsumsi tidak memoderasi secara signifikan pengaruh PAD, dana perimbangan, belanja daerah dan PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun konsumsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja daerah, penanaman modal dalam negeri, konsumsi dan pertumbuhan ekonomi.


(17)

THE INFLUENCE OF LOCAL REVENUE, BALANCED BUDGET, LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURE AND DOMESTIC INVESTMENT ON THE PROVINCIAL ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA WITH CONSUMPTION

AS A MODERATING VARIABLE

ABSTRACT

The purpose the study was to empirically test and prove the influence of local revenue, balanced budget, local government expenditure, domestic investment and consumption on provincial economic growth in Indonesia, and 19 provinces that met the sampling criteria set. Therefore, 95 observations were analyzed from 2007 to 2011. The data used in this study were those of Gross Domestic Product (GDP) based on current prizes to see the provincial economic growth, the realization of local revenue, balanced budget and local government expenditure, domestic investment growth and the non-food consumption expenditure. The data was obtained from Sumatera Utara Central Bureau Statistic. The data obtained were analyzed through multiple linear regression test. The result of this study showed that partially only local revenue and domestic investment had significant and positive impact on the economic growth. Consumption did not significantly moderate the influence of local revenue, balanced budget, local government expenditure and domestic investment on the economic growth. Yet, consumption directly influenced the economic growth.

Keywords: Local Revenue, Balanced Budget, Local Government Expenditure, Domestic Investment, Consumption, Economic Growth


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negera kepulauan terdiri dari berbagai pulau, provinsi dan daerah. Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenal diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Wawasan Nusantara mengutamakan kesatuan wilayah, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Pada bagian ini penulis lebih menitikberatkan pembahasan kehidupan ekonomi.

Pembangunan sektor perekonomian pada satu daerah merupakan salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian kita bersama dalam berbagai hal terutama yang dapat menghasilkan peningkatan pendapatan daerah. Pendapatan asli daerah (PAD) menjadi barometer tingkat keberhasilan daerah, mengelola berbagai sumber potensi yang ada dengan prinsip adil, proporsional, demokratis, transparan dan bertanggung jawab dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah. PAD seperti pajak, retribusi, hasil sumber daya alam, secara keseluruhan dapat membuka suatu harapan baru bagi kehidupan masyarakat berdaya saing sehat untuk meningkatkan taraf hidup sebagaimana yang diinginkan.

Untuk meningkatkan penerimaan PAD, pemerintah daerah perlu melakukan perencanaan, analisis potensi-potensi daerah secara efektif dan efisien, khususnya memberdayakan segenap tenaga kerja secara professional sebagai bentuk investasi.


(19)

Peningkatan PAD tidak sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, pemerintah daerah diberi kewenangan mengelola sumber daya alam daerahnya sendiri, walau demikian pemerintah pusat tidak lepas tangan mengatur kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bentuk pembangunan. Pertumbuhan ekonomi di setiap daerah atau provinsi mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pemerintah pusat mengharapkan pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi terus meningkat dengan ditandai oleh pembangunan yang ada di daerah tersebut terus berkembang.

Pada kenyataannya perkembangan pembangunan di setiap provinsi tidak merata. Hal ini terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi tidak sama. Semakin tinggi PDRB suatu provinsi maka tingkat kesejahteraan masyarakat di provinsi tersebut akan semakin meningkat, demikian sebalikya semakin rendah PDRB provinsi satu daerah tersebut maka tingkat kesejahteraan masyarakat juga rendah. PDRB perlu ditingkatkan, terutama pada arah peningkatan kepercayaan terhadap investor untuk menanamkan modal di berbagai kegiatan perekonomian seperti di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, perumahan, pariwisata, industri sebagai salah satu bentuk respon positif guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi (Hidayat, 2011).

Laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi provinsi. Di bawah ini ditampilkan laju pertumbuhan ekonomi setiap provinsi dalam bentuk persen berdasarkan harga konstan 2000.


(20)

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

No Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011

1 Aceh 2,36 5,24 5,21 2,79 5,02

2 Sumatera Utara 6,90 6,39 5,07 6,35 6,58

3 Sumatera Barat 6,34 6,88 4,28 5,93 6,22

4 Riau 3,41 5,65 2,97 4,18 5,01

5 Kepulauan Riau 7,01 6,63 3,52 7,19 6,67

6 Jambi 6,82 7,16 6,39 7,35 8,54

7 Sumatera Selatan 5,84 5,07 4,11 5,63 6,50 8 Kep. Bangka Belitung 4,54 4,60 3,74 5,93 6,40

9 Bengkulu 6,46 5,75 5,62 6,06 6,40

10 Lampung 5,94 5,35 5,26 5,85 6,39

11 Dki Jakarta 6,44 6,23 5,02 6,50 6,71

12 Jawa Barat 6,48 6,21 4,19 6,20 6.48

13 Banten 6,04 5,77 4,71 6,08 6,43

14 Jawa Tengah 5,59 5,61 5,14 5,84 6,01

15 Di Yogyakarta 4,31 5,03 4,43 4,88 5,16

16 Jawa Timur 6,11 5,94 5,01 6,68 7,22

17 Bali 5,92 5,97 5,33 5,83 6,49

18 Kalimantan Barat 6,02 5,45 4,80 5,37 5,94 19 Kalimantan Tengah 6,06 6,17 5,57 6,49 6,74 20 Kalimantan Selatan 6,01 6,45 5,29 5,58 6,12 21 Kalimantan Timur 1,84 4,90 2,28 5,04 3,39

22 Sulawesi Utara 6,47 10,86 7,85 7,16 7,39

23 Gorontalo 7,51 7,76 7,54 7,63 7,68

24 Sulawesi Tengah 7,99 7,78 7,71 8,75 9,16

25 Sulawesi Selatan 6,34 7,78 6,23 8,19 7,65 26 Sulawesi Barat 7,43 12,07 6,03 11,91 10,41 27 Sulawesi Tenggara 7,96 7,27 7,57 8,19 8,68 28 Nusa Tenggara Barat 4,91 2,82 12,14 6,33 3,18 29 Nusa Tenggara Timur 5,15 4,84 4,29 5,23 5,63

30 Maluku 5,62 4,23 5,44 6,47 6,02

31 Maluku Utara 6,01 5,99 6,07 7,95 6,41

32 Papua 4,34 1,40 22,22 3,16 5,67

33 Papua Barat 6,95 7,84 13,87 28,54 27,22


(21)

Dari data BPS diatas, lihat tabel 1.1, dapat diketahui bahwa setiap provinsi memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang naik turun. Pada tahun 2008 Sulawesi Barat mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi hampir 50% yakni dari 7,43 menjadi 12,07 dan pada tahun 2009 Sulawesi Barat mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi hampir 50% yakni dari 12,07 menjadi 6,03. Hal tersebut juga terjadi di Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2009 Nusa Tenggara Barat mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih dari 100% yakni dari 2,82 menjadi 12,14 dan pada tahun 2010 Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi hampir 50% yakni dari 12,14 menjadi 6,33. Pada tahun 2009 dan 2010 Papua Barat mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih dari 100% yakni di tahun 2009 dari 7,84 menjadi 13,87 dan di tahun 2010 dari 13,87 menjadi 28,54. Pada tahun 2009 Papua mengalami kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih dari 100% yakni dari 1,4 menjadi 22,22 dan di tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Papua mengalami penurunan lebih dari 100% yakni dari 22,22 menjadi 3,16.

Sulawesi Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di tahun 2008. Papua memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di tahun 2009, dan Papua Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di tahun 2010 dan 2011. Kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan ekonomi mencerminkan kenaikan dan penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan terbesar terdapat di DKI Jakarta karena DKI Jakarta merupakan ibu kota Negara Republik Indonesia. Setelah otonomi daerah berlaku, pembangunan di setiap daerah mulai diperhatikan. Hal ini terbukti dari adanya dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.


(22)

Setiap daerah memiliki kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dalam bentuk PAD. PAD di setiap daerah berbeda beda, ada yang kecil dan ada pula yang besar. Pemerintah pusat memberikan dana perimbangan berdasarkan besaran PAD yang dimiliki pemerintah daerah. Jika PAD suatu daerah kecil maka dana perimbangan yang diterima daerah tersebut besar. Dan sebaliknya, jika PAD besar maka dana perimbangan kecil.

Pada penelitian Ernita (2013), pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah. Hal ini sejalan dengan teori Keynes yang menyatakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor. Teori Keynes telah berhasil dibuktikan oleh Ningsih (2013) yang menyatakan investasi, pengeluaran pemerintah, net eksport dan konsumsi berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam negeri. Faktor-faktor yang diteliti adalah PAD, dana perimbangan, belanja daerah, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan konsumsi masyarakat Indonesia.

Pada penelitian Sitaniapessy (2013) pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah mempunyai peran yang cukup penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah seperti pembangunan infrastruktur, subsidi bbm dan lain sebagainya dapat memacu permintaan barang dan jasa semakin lebih tinggi sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.


(23)

Pengeluaran pemerintah dalam hal ini adalah belanja daerah. Pengeluaran pemerintah atau belanja daerah dapat dilakukan jika terdapat sumber pendapatan. Sumber pendapatan yang terdapat di daerah berupa PAD, dan dana perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). Pada penelitian Maryati (2010), PAD, DAU, DAK mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Setiyawati (2007) yang menyatakan PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja pembangunan merupakan bagian dari belanja daerah. Belanja pembangunan ditujukan untuk membiayai pembangunan yang ada di daerah tersebut. Sumber pendapatan yang dapat diterima oleh pemerintah daerah sangat mempengaruhi pengeluaran pemerintah.

Konsumsi mengidentifikasikan bahwa tingginya tingkat konsumsi seseorang mencerminkan tingginya tingkat kemakmuran seseorang. Tingginya tingkat konsumsi selalu dibarengi dengan peningkatan tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan yang tidak habis dikonsumsi maka secara tidak langsung akan ditabung atau diinvestasikan di pasar modal.

Investasi terbagi dua yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) dan PMDN. Pada penelitian Utami (2013) hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi tidak kuat. Tetapi menurut Sodik (2005) investasi baik PMA dan PMDN berpengaruh terhadap positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan Hidayat (2011) menyatakan PMDN tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.


(24)

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh PAD, dana perimbangan, belanja daerah dan PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi di Indonesia dengan konsumsi sebagai variabel moderating.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti membuat rumusan masalah seperti : 1. Apakah PAD mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?

2. Apakah Dana Perimbangan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ? 3. Apakah Belanja Daerah mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia? 4. Apakah PMDN mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?

5. Apakah PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN secara bersama-sama mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?

6. Apakah Konsumsi dapat memperlemah atau memperkuat pengaruh PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Peneliti membuat penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh PAD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.


(25)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Belanja Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis secara bersama-sama pengaruh PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Konsumsi antara PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari tesis ini adalah :

1. Bagi Program Studi ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, tesis ini merupakan tambahan kekayaan hasil penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya sebagai rujukan dan untuk dikembangkan lebih lanjut.

2. Bagi Pemerintah Provinsi di Indonesia, dapat memberikan perbaikan terhadap pembangunan ekonomi di pemerintahan daerah.

3. Bagi penulis, menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang akuntansi pemerintahan, khususnya berkenaan dengan pertumbuhan ekonomi di setiap provinsi yang ada di Indonesia.

4. Bagi peneliti berikutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan tambahan referensi maupun pengetahuan bagi si peneliti.


(26)

1.5. Originalitas

Penelitian ini adalah replikasi dari dua jurnal yaitu jurnal kajian ekonomi

yang diteliti oleh Ernita (2013) dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Konsumsi di Indonesia” serta jurnal akuntansi dan manajemen yang diteliti oleh Maryati (2010) dengan judul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tehadap Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Sumatera Barat”.

Ernita meneliti faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dari sektor pengeluaran pemerintah, permodalan dan konsumsi masyarakat sedangkan Maryati meneliti faktor-faktor pertumbuhan ekonomi dari sektor pendapatan pemerintah. Penelitian ini menggabungkan faktor-faktor pertumbuhan ekonomi yang diteliti oleh Ernita dan Maryati.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah dan PMDN untuk menguji pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan variabel konsumsi sebagai variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini meneliti 33 provinsi di Indonesia dengan kurun waktu lima tahun sehingga diharapkan hasilnya menjadi konkret.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Untuk melaksanakan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menggali sumber keuangan sendiri yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan (UU no 32/2004 pasal 1 : 15). Sumber-sumber pendapatan daerah berasal dari PAD, dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah (UU No 32/2004 pasal 157). PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No 33/2004 pasal 1 : 18).

Peningkatan PAD selalu diupayakan karena merupakan penerimaan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah. Peningkatan PAD akan memicu pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penerimaan PAD suatu daerah tidak akan meningkat apabila daerah tersebut tidak mengalami perumbuhan ekonomi (Maryati, 2010). Penerimaan PAD diupayakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang tercermin dalam Produk Domestik regional Bruto (PDRB) (Tuasikal, 2008).

Pajak pendapatan yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang diperoleh wajib pajak merupakan salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Waluyo, 2007). Sehingga dapat


(28)

dikatakan, besar kecilnya pajak yang dibebankan kepada masyarakat sangat tergantung pada besar kecilnya pendapatan wajib pajak. Penghasilan masyarakat merupakan semua penerimaan yang dapat menambah konsumsi dan meningkatkan kekayaan atau tabungan (Mangkoesoebroto dalam Munir, 2000). Peningkatan penghasilan akan meningkatkan konsumsi masyarakat sehingga dapat meningkatkan PAD dalam bentuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Kewenangan untuk memungut PAD diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000 dengan peraturan pelaksanaannya berupa PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah dan PP Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi (Sitaniapessy, 2003). Selain pajak daerah dan retribusi, PAD juga berasal dari hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan. Pengelolaan atas kekayaan daerah yang dipisahkan menjadi sangat penting ketika pemda berusaha meningkatkan pendapatannya untuk membiayai pembiayaan publik yang outcomes-nya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. (Utami, 2013)

2.1.2. Dana Perimbangan

Sesuai dengan prinsip kesatuan bahwa pemerintah daerah tidak bisa terpisahkan dari pemerintah pusat (UU No 32/2004). Berdasarkan undang-undang tersebut maka setiap pemerintah daerah tidah harus dapat membiayai seluruh belanja daerah dari PAD (Sitaniapessy, 2003). Pemerintah pusat akan memberikan bantuan kepada setiap daerah melalui dana perimbangan. Besar kecilnya dana perimbangan yang didapat setiap pemerintah daerah berbanding terbalik dengan PAD yang digali oleh pemerintah daerah tersebut. Dana perimbangan diberikan dengan tujuan membantu pemerintah daerah dalam mengurus rumah tangga pemerintah daerah tersebut.


(29)

Apabila PAD suatu pemerintah daerah tersebut besar maka dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat akan kecil. Hal ini berarti pemerintah daerah telah mampu membiayai belanja daerah tersebut. Sebaliknya, apabila PAD daerah tersebut kecil maka dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat akan besar. Hal ini berarti pemerintah daerah tersebut belum mampu membiayai belanja daerah sendiri. Dana perimbangan ini diberikan dengan tujuan untuk membantu pembangunan daerah yang tidak memiliki sumber penerimaan daerah yang besar.

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU No 33/2004 pasal 1 : 19). Berdasarkan undang-undang tersebut dana perimbangan terdiri dari :

a. Dana Bagi Hasil (DBH) bersumber dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan (PPh), sumber daya alam yang berasal dari kehutanan, perikanan dan pertambangan. b. Dana Alokasi Umum (DAU)

c. Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah yang sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN.

Penggunaan Dana Perimbangan agar diprioritaskan untuk kebutuhan (Sumarsono, 2010) sebagai berikut :

a. Penerimaan DBH pajak supaya diprioritaskan untuk mendanai perbaikan lingkungan pemukiman diperkotaan dan di pedesaan, pembangunan irigasi, jalan dan jembatan.


(30)

b. Penerimaan DBH sumber daya alam agar diutamakan pengalokasiannya untuk mendanai pelestarian lingkungan areal pertambangan, perbaikan dan penyediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, fasilitas pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk standar pelayanan minimal yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.

c. DAU agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan pegawai, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.

d. DAK digunakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan pemerintah.

2.1.3. Belanja Daerah

Krisis ekonomi global yang melanda sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia, memperlihatkan bahwa keseimbangan dalam perekonomian suatu negara tidak bisa dengan hanya mengandalkan sektor swasta. Kontribusi sektor pemerintah juga sangat dihandalkan. Terutama faktor pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan net ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan nasional (Ernita, 2013).

Pengeluaran pemerintah yang dimaksud adalah belanja daerah.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah (PP No 58/2005 pasal 20 : 3). Belanja daerah diprioritaskan untuk


(31)

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah (UU No 32/2004 pasal 167).

Belanja daerah diklasifikasikan menurut jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan serta belanja tidak terduga (PP No 58/2005 pasal 27 : 3). Belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD diprioritaskan untuk (Sumarsono, 2010) yaitu :

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemda, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasiitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

2.1.4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Teori pertumbuhan endogen (endogeneous growth theory) menjelaskan bahwa investasi pada modal fisik dan modal manusia berperan dalam menentukan

pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Ma’ruf, 2008). Investasi memainkan peran

penting dalam menggerakkan kehidupan ekonomi bangsa, karena pembentukan modal memperbesar kapasitas produksi, menaikkan pendapatan nasional maupun menciptakan lapangan kerja baru, dalam hal ini akan semakin memperluas kesempatan kerja (Torado dalam Sodik, 2005).


(32)

Teori pertumbuhan endogen sesuai dengan teori keseimbangan pada pasar barang yang dikemukakan oleh Keynes. Teori ini menyatakan bahwa peningkatan invesasi akan mendorong peningkatan pendapatan nasional karena investasi merupakan komponen pembentuk pendapatan nasional (Ernita, 2013). Teori Neoklasik menjelaskan tentang hubungan antara investasi domestik dengan perkembangan ekonomi, dimana investasi memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi domestik penting untuk peningkatan kemakmuran ekonomi bagi beberapa negara (Alfa, 2012). Menurut metode pengeluaran dalam penghitungan pendapatan nasional, salah satu jenis agregatnya adalah pengeluaran investasi (Utami, 2013).

Pembangunan yang terjadi di Indonesia tidak merata. Beberapa daerah mencapai pertumbuhan cepat, sementara beberapa daerah lagi mengalami pertumbuhan yang lambat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumber-sumber yang dimiliki, adanya kecenderungan peranan modal (investor) memilih daerah perkotaan atau daerah yang telah memiliki berbagai fasilitas (Sutarno, 2003). Investasi bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat (Hidayat, 2011).

Pemerintah daerah (Pemda) memiliki peranan yang besar dalam menunjang upaya memperbaiki iklim investasi. Pemda harus menindaklanjuti dengan menerbitkan Perda yang sejalan dengan UU Penanaman modal dan tidak boleh lepas dari tujuan negara secara nasional (Utami, 2013).

Pemda melakukan investasi dalam bentuk penyertaan modal pada BUMD. Dalam penganggarannya, investasi ini tidak diakui sebagai belanja, namun


(33)

dimasukkan sebagai pengeluaran pembiayaan. Di sisi lain, hasil yang diterima dari investasi ini dikategorikan sebagai PAD. Pada kenyataannya, investasi yang dilakukan pemda tidak memberikan kontribusi terhadap peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Utami, 2013).

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disediakan guna menjalankan suatu usaha di Indonesia dan harus sesuai dengan UU Penanaman Modal (Widjaya, 2005). Modal dalam negeri dikenal dengan istilah PMDN.

Tingkat tabungan yang tinggi akan meningkatkan investasi domestik dan akhirnya akan meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi (Barro, 1996). Pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui investasi domestik akan diharapkan dapat meningkatkan harapan untuk kesempatan berinvestasi (Duncan, 1999).

2.1.5. Konsumsi

Konsumsi merupakan salah satu komponen permintaan agregat yang digerakkan oleh pengeluaran konsumsi. Berbagai jenis barang dan jasa ditawarkan kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Munculnya kegiatan produksi disebabkan adanya kegiatan konsumsi. Sebaliknya, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi. Meningkatnya produksi akan meningkatkan pendapatan. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi (Ningsih, 2013).

Dalam teori Keynes, konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan diposibel yaitu pendapatan setelah dikurangi pajak dan merupakan pendapatan yang siap


(34)

dibelanjakan. Pada dasarnya pendapatan diposibel digunakan untuk kegiatan konsumsi dan untuk tabungan (Ernita, 2013). Pendapatan yang tidak habis dikonsumsi maka akan ditabung. Jika suku bunga naik maka sisa pendapatan diposibel akan digunakan sebagai tabungan dan sebaliknya jika suku bunga turun maka masyarakat akan melakukan investasi. Investasi yang dilakukan pada umumnya adalah PMDN.

PAD suatu daerah berbanding lurus dengan konsumsi. Jika konsumsi tinggi maka PAD yang diterima akan meningkat. Demikian sebaliknya jika konsumsi rendah maka PAD juga akan kecil. Retribusi merupakan salah satu bentuk penerimaan daerah yang tergolong kedalam PAD. Retribusi tinggi apabila masyarakat banyak mengkonsumsi barang dan jasa yang ditawarkan oleh pemerintah daerah seperti retribusi parkir, retribusi penerangan jalan dan lain sebagainya. DAK merupakan bagian dari dana perimbangan. DAK diberikan untuk memenuhi kebutuhan khusus setiap daerah seperti kebutuhan pendidikan. Semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka tingkat konsumsi terhadap pendidikan akan meningkat. Meningkatnya konsumsi pendidikan dapat meningkatkan pemberian DAK untuk pendidikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

PAD yang diupayakan dan dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah digunakan untuk membiayai belanja daerah. Belanja daerah digunakan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dapat dikatakan bahwa konsumsi dapat memperkuat hubungan PAD, dana perimbangan, belanja daerah, dan PMDN dengan pertumbuhan ekonomi.


(35)

Pendapatan seseorang dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan nominal dan pendapatan riil (Waluyo, 2007). Pendapatan nominal merupakan pendapatan yang diterima oleh seseorang dalam jumlah nominal. Sedangkan pendapatan rill merupakan pendapatan yang jumlahnya telah dideflasikan dengan dengan perubahan barang dan jasa. Pendapatan riil merupakan indikator yang paling realistis digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan seseorang.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak terbatas hanya pengeluaran untuk barang-barang yang tidak tahan lama, tetapi dapat meliputi pengeluaran untuk barang-barang tahan lama (durable goods) (Waluyo, 2007). Ada beberapa teori konsumsi, dimana dalam bahasan ini besar kecilnya konsumsi ditentukan oleh variabel-variabel lain selain pendapatan (Waluyo, 2007). Adapun teori konsumsi yang dimaksud diatas adalah

a. Teori konsumsi dengan hipotesa pendapatan absolut

Pengeluaran konsumsi sangat ditentukan oleh besar kecilnya pendapatan, dimana antara pendapatan dengan konsumsi memiliki hubungan yang positif. Keynes dalam bukunya yang berjudul The general Theory of Employment, Interest and Money memberikan perhatian besar terhadap hubungan antara konsumsi dan pengeluaran. Lebih lanjut Keynes mengatakan bahwa ada pengeluaran konsumsi minimum yang harus dilakukan oleh masyarakat (outonomous consumtion) dan pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan.

b. Teori konsumsi dengan hipotesis siklus hidup

Teori konsumsi dengan menggunakan suatu pendekatan siklus hidup yang dikembangkan oleh Ando, Brumberg dan Modigliani (ABM). Berdasarkan teori


(36)

ini pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung dari perjalanan umur seseorang yang terdiri atas tiga tahap yaitu:

1. Dimulai dari usia 0 tahun sampai dengan usia kerja (usia tertentu / belum bekerja). Di tahap ini seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi dissaving karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain (orang tua atau saudara)

2. Dimulai dari usia kerja (sudah bekerja) sampai dengan usia dimana orang tersebut sudah menjelang usia tua (tidak produktif). Di tahap ini seseorang berkonsumsi dalam kondisi saving karena pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain (mandiri).

3. Di usia tua (tidak produktif), seseorang kembali berada dalam kondisi dissaving karena dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

c. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relative

Teori ini dikemukakan oleh James Duesenberry dengan buku “Income, Saving and the Theory of Consummer Behavior”, bermaksud merekonsiliasi hubungan yang tidak proporsional dan yang proporsional antara konsumsi dan pendapatan dengan maksud agar diperoleh gambaran mengenai alasan sebab-sebab timbulnya perbedaan tersebut. Di dalam teori ini ada dua asumsi yang digunakan yaitu :

1. Selera rumah tangga atas barang konsumsi adalah inter dependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya (tetangga)


(37)

2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversible artinya pola pengeluaran pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan.

d. Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen

Teori ini dikemukaan oleh Milton Friedman yang berisi pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.

2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu dan dapat dikaitkan juga sebagai keadaan kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Ernita, 2013). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikasi keberhasilan

pembangunan di suatu perekonomian (Ma’ruf, 2008).

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Hidayat, 2011). Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Kebijakan-kebijakan mempercepat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menurut Sukirno dalam Hidayat (2011) yaitu :


(38)

1. Kebijakan diversifasi kegiatan ekonomi adalah suatu kebijakan melakukan transformasi kegiatan ekonomi yang bersifat tradisional kepada kegiatan yang modern

2. Mengembangkan infrastruktur, sebab modernisasi ekonomi memerlukan infrastruktur yang modern

3. Meningkatkan taraf hidup, pendidikan masyarakat dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi

4. Mengembangkan institusi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Aspek pertumbuhan ekonomi memegang peranan terpenting selaku indikator pembangunan suatu negara. Bahkan tidak jarang pertumbuhan ekonomi diidentikkan pula dengan kesejahteraan dan tingkat kehidupan. Sebagian besar dari komponen pertumbuhan ekonomi ini berorientasi terhadap aspek konsumsi dari perkiraan pendapatan nasional. Komponen konsumsi ini dianggap lebih penting dari pada komponen pendaptan, karena komopnen ini secara langsung akan mempunyai pengaruh besar terhadap tingkat kehidupan masyarakat (Esmara dalam Maryati, 2009).

Perekonomian juga dapat digerakkan oleh pengeluaran konsumsi masyarakat. Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan (Ningsih, 2013). Pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang masih relatif rendah tersebut ditopang oleh konsumsi masyarakat.


(39)

Secara teori pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi tidak akan menjadi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh invetasi (Ernita, 2013). Pertumbuhan yang ditopang oleh investasi dianggap akan meningkatkan produktivitas sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Krisis ekonomi global yang melanda sebagian negara di dunia termasuk Indonesia, memperlihatkan bahwa keseimbangan dalam perekonomian suatu negara tidak bisa dengan hanya mengandalkan sektor swasta. Kontribusi sektor pemerintah juga sangat dihandalkan. Terutama faktor pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan net ekspor yang dapat meningkatkan pendapatan nasional (Ernita, 2013). Di dalam makroekonomi, konsumsi rumah tangga dan investasi dapat merangsang pengeluaran agregat, sehingga peningkatan konsumsi dan investasi diharapkan dapat menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi (Karim, 2010).

Untuk mengukur keberhasilan suatu perekonomian salah satunya dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan besaran yang diukur dari kenaikan besarnya pendapatan nasional (produksi nasional) pada periode tertentu (Waluyo, 2007). Pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di suatu Negara (Utami, 2013).

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Produk nasional atau pendapatan nasional dapat dibedakan menjadi dua bagian


(40)

yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Nasional Bruto (PNB) (Supriana, 2008). PDB merupakan barang dan jasa yang diproduksi dalam satu negara pada tahun tertentu. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk di daerah-daerah. PNB merupakan barang dan jasa yang diproduksi oleh warga negara yang bekerja dalam negerinya sendiri maupun yang bekerja di luar negeri.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan PDRB yang mencerminkan nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di perekonomian tiap-tiap daerah. Angka PDRB atas dasar harga konstan yaitu PDRB yang sudah mengeleminasi faktor inflasi (Maryati, 2010).

Untuk menghitung pendapatan nasional terdapat tiga pendekatan (approach) yang dapat digunakan, pendekatan tersebut (Waluyo, 2007) adalah : a. Pendekatan produksi (production approach)

b. Pendekatan pendapatan (income approach) adalah dengan cara menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh dari semua pelaku ekonomi yakni sektor rumah tangga, sektor swasta, sektor pemerintah dan sektor luar negeri dalam suatu negara pada periode waktu tertentu.

c. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach) yaitu dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi antara lain sektor rumah tangga, sektor perusahaan (swasta), sektor pemerintah, dan sektor luar negeri pada suatu negara pada periode tertentu.


(41)

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada alinea dibawah ini.

1. Maryati (2010)

Penelitian ini menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Data yang digunakan adalah data PDRB atas harga konstan, realisasi PAD, DAU dan DAK di kabupaten/kota di Sumatera Barat dari tahun 2004 sampai dengan 2006 yang terdiri dari 12 kabupaten dan 7 kota. Analisis data dengan menggunakan analisa regresi berganda. Hasil analisis membuktikan bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, DAU berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan DAK tidak berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Ma’ruf (2008)

Penelitian ini menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah secara agregat terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang pada tingkat provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data panel yang terdiri dari 26 provinsi selama kurun waktu 1980 sampai 2006. Data yang digunakan telah melalui uji stasioneritas dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF) – Fisher . Hasilnya, data stasioner pada tingkat first difference. Penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien pengeluaran pemerintah riil adalah positif signifikan. Artinya pengeluaran pemerintah memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(42)

Penelitian ini menganalisis pengaruh investasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap PAD. Penelitian ini dilakukan di pemerintahan kota Tasikmalaya dengan menggunakan data dari tahun 2004 sampai 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan mengunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam hal ini Dinas Pendapatan, Bappeda di Kota Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Hubungan antara investasi dan pertumbuhan ekonomi tidak kuat (2) Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah (3) Pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah (4) Investasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

4. Sodik (2005)

Penelitian ini menganalisis dampak investasi terhadap pertumbuhan ekonomi regional (26 propinsi) dengan membagi kurun waktu analisis sebelum dan sesudah otonomi. Metode analisis yang dilakukan menggunakan data runtut waktu (times series) dari tahun 1998-2003 dan data Cross section dari Propinsi-propinsi di Indonesia (26 Propinsi-propinsi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi baik PMA maupun PMDN berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan arah yang positif. Variabel penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional, sehingga bagaimanapun investasi (baik PMA maupun PMDN) sangat diperlukan oleh suatu daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri.


(43)

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kota Pekanbaru. Variabel yang diteliti adalah pertumbuhan ekonomi, PMDN, ekspor, tenaga kerja, dan infrastruktur. Penelitian ini menggunakan data tahun 1995 sampai 2009 dan menggunakan regresi linear berganda untuk menguji kebenaran hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) PMDN secara statistik negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru, (2) ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, (3) tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, (4) infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, (5) PMDN, ekspor, tenaga kerja, dan infrastruktur secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

6. Setiyawati (2007)

Penelitian ini menganalisis pengaruh PAD, DAU, DAK dan Belanja Pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan pengangguran. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan APBD Jawa Timur dan realisasinya untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Sampel penelitian ini adalah 29 kabupaten dan 9 kota di Provinsi Jawa Timur. Analisis data menggunakan hasil statistik deskriptif dan analisis jalur dengan menggunakan regresi linier. Hasil penelitian adalah (1) PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, (2) pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dan pengangguran, (3) PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan dan pengangguran.


(44)

7. Tuasikal (2008)

Penelitian ini menganalisis pengaruh DAU, DAK, dan PDRB terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari BPS dan laporan realisasi APBD pemerintah daerah kabupaten/kota sebanyak 326 kabupaten/kota dengan periode pengamatan tahun 2005. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian adalah DAU, DAK, PAD dan PDRB berpengaruh terhadap belanja modal pemerintah daerah kabupaten/kota di Indonesia secara parsial dan simultan.

8. Ernita (2013)

Penelitian ini menganalisis pertumbuhan ekonomi, investasi dan konsumsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), BPS dan Bank Indonesia yang dimulai dari kuartal I sampai dengan kuartal IV tahun 2010 dengan jumlah data adalah 40 periode. Hasil penelitian yang diperoleh adalah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

9. Sitaniapessy (2013)

Penelitian ini menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB dan PAD. Penelitian ini bertujuan untuk menetukan pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PDRB dan PAD kabupaten Maluku Tengah periode 2005 sampai 2011. Penelitian ini lebih difokuskan pada tiga sektor utama yaitu pengeluaran pemerintah sektor pertanian, sektor perikanan serta sekoto peindustrian dan perdagangan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi


(45)

berganda dan regresi sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh adalah pengeluaran pemerintah sektor pertanian, perikanan dan kelautan, sektor perindustrian dan perdagangan berpengaruh signifikan positif terhadap PDRB dan PDRB berpengaruh signifikan positif terhadap PAD.

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu

No

Nama dan Tahun

Penelitian Topik Variabel Hasil yang Diperoleh

1 Ulfi Maryati dan Endrawati

(2010)

Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap pertumbuhan ekonomi Variabel independen PAD DAU DAK Variabel dependen

Pertumbuhan ekonomi

PAD berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi

DAU berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi

DAK tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi 2 Ahmad

Ma’ruf dan Latri Wihastuti (2008) Pertumbuhan ekonomi Indonesia: determinan dan prospeknya

Variabel independen

 Pengeluaran Pemerintah Variabel dependen

 Pertumbuhan ekonomi

Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

3 Ayu Mita Utami (2013)

Pengaruh investasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap PAD

Variabel independen

 Investasi

 Pertumbuhan ekonomi Variabel dependen

 PAD

 Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah

 Pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah

 Investasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah. 4 Jamzani

Sodik dan Didi Nuryadin

(2005)

Investasi dan pertumbuhan ekonomi regional Variabel independen  PMA  PMDN Variabel dependen

 Pertumbuhan ekonomi

PMA dan PMDN berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara simultan dan parsial.

5 Muhammad Hidayat, Lapeti Sari,

dan Nobel Aqualdo

(2011)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Variabel independen  PMDN  Ekspor

 Tenaga kerja

 Infrastruktur Variabel dependen

 Pertumbuhan ekonomi

 PMDN tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

 Ekspor berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi,


(46)

positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

 Infrastruktur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

 PMDN, ekspor, tenaga kerja, dan infrastruktur secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi 6 Anis

Setiyawati dan Ardi

Hamzah (2007)

Analisis

Pengaruh PAD, DAU, DAK, dan Belanja Pembangunan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguaran Variabel independen  PAD  DAU  DAK

 Belanja pembangunan Variabel intervening

 Pertumbuhan Ekonomi Variabel dependen

 Kemiskinan

 Pengangguran

 PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,

 Pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan dan

pengangguran,

 PAD, DAU, DAK dan belanja pembangunan secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap

kemiskinan dan

pengangguran. 7 Askam

Tuasikal (2008)

Pengaruh DAU, DAK, PAD, dan PDRB terhadap Belanja Modal Variabel independen DAU DAK PAD PDRB Variabel dependen

Belanja Modal

DAU, DAK, PAD dan PDRB berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal secara parsial dan simultan.

8 Dewi Ernita, Syamsul Amar, dan Efrizal Syofyan (2013) Analisis pertumbuhan ekonomi, investasi dan konsumsi

Variabel Independen

 Konsumsi

 Investasi

 Pengeluaran pemerintah

 Net ekspor Variabel dependen

 Pertumbuhan ekonomi

 Konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net ekspor berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi

9 Harry A.P. Sitaniapessy

(2013)

Pengaruh pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB dan PAD

Variabel independen

 Pengeluaran pemerintah Variabel dependen

 PDRB

 PAD

 Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan positif terhadap PDRB

 PDRB berpengaruh signifikan positif terhadap PAD


(47)

BAB III

Kerangka Konsep dan Hipotesis

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep penelitian ini terlihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut:

H1

H2

H5

H3

H6

H4

Gambar 3.1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan Penanaman modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Konsumsi sebagai variabel moderating.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(X1)

Dana Perimbangan (X2)

Belanja Daerah (X3)

Konsumsi (Z) Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) (X4)

Pertumbuhan Ekonomi (Y)


(48)

Berdasarkan gambar 3.1. terdapat satu variabel dependen (Y) yaitu pertumbuhan ekonomi, empat varibel independen (X) yaitu PAD sebagai X1, dana perimbangan sebagai X2, belanja daerah sebagai X3, PMDN sebagai X4 dan variabel moderating (Z) yaitu konsumsi.

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah mencerminkan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Keynes berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh aspek pemerintah, investasi, konsumsi dan net ekspor. Peneliti hanya meneliti tentang faktor-faktor dalam negeri yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara yaitu aspek pemerintah, investasi dan konsumsi. Aspek pemerintah terdiri dari PAD, dana perimbangan dan belanja daerah. Investasi terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing. PMA tidak dimasukkan kedalam penelitian ini karena PMA berasal dari luar negeri.

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. PAD digunakan untuk membiayai kegiatan daerah atau mengadakan pembangunan daerah yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kemakmuran daerah tersebut. Peningkatan kemakmuran daerah mencerminkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut tinggi. Sehingga dapat dikatakan PAD mampu menggerakkan perekonomian daerah. Semakin besar peningkatan PAD maka pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan semakin tinggi. Demikian sebaliknya, semakin kecil PAD maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan rendah.


(49)

Setiap daerah tidak mempunyai sumber pendapatan yang sama. Ada daerah yang memiliki sumber pendapatan yang banyak dan ada pula daerah yang memiliki sumber pendapatan yang kecil. Pemerintah pusat mempunyai tujuan untuk meratakan pembangunan di setiap daerah. Pemerintah pusat membantu pemerintah daearah melalui dana perimbangan. Dana perimbangan diberikan oleh pemerintah pusat dengan tujuan membantu daerah untuk membiayai kegiatan pembelanjaan di daerah tersebut.

Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang bersumber dari pemerintah pusat. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU). Pemerintah pusat memberikan bantuan dana kepada pemerintah daerah berupa dana perimbangan dengan tujuan untuk membantu pemerintah daerah melakukan pembangunan di daerah tersebut. Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran daerah yang berimbas pada peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa dana perimbangan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Semakin besar dana perimbangan yang diterima daerah tersebut maka semakin tinggi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Demikian sebaliknya, semakin kecil dana perimbangan yang diterima daerah tersebut maka semakin rendah pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana perimbangan digunakan untuk membiayai belanja daerah. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung, belanja tidak langsung dan pembiayaan daerah. Pemerintah daerah memakai PAD dan dana perimbangan untuk melakukan pembangunan di daerah tersebut. Untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang


(50)

tinggi, pemerintah daerah menata pembangunan daerahnya sendiri. Pembangunan daerah yang dilakukan mencakup banyak aspek yaitu pendidikan, layanan kesehatan, infrastruktur, pertanian, pariwisata dan lain sebagainya. Pemerintah daerah memajukan dan membangun daerahnya melalui belanja daerah yang dilakukan. Peningkatan kemakmuran daerah memcerminkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Sehingga belanja daerah dapat memacu kenaikan pertumbuhan ekonomi daerah.

PMDN merupakan investasi yang dilakukan oleh masyarakat domestik atau dalam negeri. Semakin besar investasi yang masuk ke daerah maka tingkat produktivitas daerah akan semakin tinggi sehingga akan memicu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat menanamkan modalnya atau sedikit investasi yang masuk ke daerah maka pertumbuhan ekonomi daerah akan lambat.

Konsumsi mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara PAD, dana perimbangan, belanja daerah dan PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat maka penerimaan PAD dalam bentuk pajak daerah dan retribusi daerah semakin meningkat sehingga konsusmsi masyarakat yang tinggi dapat memperkuat hubungan antara PAD dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat non makanan seperti konsumsi pendidikan maka pemda akan menerima dana perimbangan dari pemerintah pusat akan semakin besar sehingga konsumsi masyarakat yang tinggi dapat memperkuat hubungan antara dana perimbangan dengan pertumbuhan ekonomi.


(51)

Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat seperti konsumsi kesehatan, pendidikan, fasilitas umum dan lain sebagainya maka semakin besar belanja daerah yang dilakukan oleh pemda sehingga konsumsi masyarakat yang tinggi dapat memperkuat hubungan antara belanja daerah dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat memacu tingginya tingkat kegiatan produktivitas sebuah perusahaan swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di daerah tersebut. Tingginya produktivitas memerlukan penambahan modal dalam bentuk investasi. Semakin tinggi tingkat konsumsi masyarakat maka semakin besar PMDN yang ditananamkan di perusahaan swasta atau BUMN untuk dapat meningkatkan produktivitasnya. Sehingga konsumsi masyarakat yang tinggi dapat memperkuat hunbungan antara PMDN dengan pertumbuhan ekonomi.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka koseptual yang telah diuraikan diatas, maka jawaban sementara dari masalah penelitian ini adalah

Semakin besar PAD yang diperoleh maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan tinggi, sebaliknya semakin kecil PAD yang diperoleh maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan rendah, sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 PAD berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Semakin besar dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan tinggi,


(52)

sebaliknya semakin kecil dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah maka pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan rendah, sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut :

H2 Dana Perimbangan berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Semakin besar belanja daerah yang dilakukan pemerintah daerah maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan tinggi, sebaliknya semakin sedikit belanja daerah yang dilakukan pemerintah daerah maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan rendah, sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut :

H3 Belanja Daerah berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Semakin banyak aliran dana PMDN yang masuk ke suatu daerah maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan tinggi, sebaliknya semakin sedikit aliran dana PMDN yang masuk ke suatu daerah maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan rendah, sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut :

H4 PMDN berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Apabila PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN semakin meningkat maka pertumbuhan ekonomi daerah tersebut akan tinggi, sebaliknya apabila PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah dan PMDN semakin menurun maka pertumbuhan ekonomi akan semakin rendah, sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut :

H5 PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.


(53)

Konsumsi yang semakin tinggi memicu PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN menjadi semakin tinggi menyebabkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan tinggi, sebaliknya jika Konsumsi yang semakin kecil memicu PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN menjadi semakin rendah menyebabkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut akan rendah, sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut :

H6. Konsumsi dapat memperkuat hubungan antara PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.


(54)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hubungan kausal. Desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel lain, dan juga berguna pada penelitian yang bersifat eksperimen, dimana variabel independennya diperlakukan secara terkendali oleh peneliti untuk melihat dampaknya pada variabel dependennya secara langsung (Umar, 2008). Penelitian ini dapat digunakan untuk membuktikan secara empiris pengaruh PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Konsumsi sebagai variabel moderating.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu pada Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Asrama No.179 Medan. Periode penelitian adalah periode tahun 2007-2011. Adapun rencana waktu penelitian yaitu juni 2013 sampai april 2014. Tabel rencana waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh provinsi di Indonesia yang berjumlah 33 provinsi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 provinsi di Indonesia pada tahun 2007-2011. Data sampel diambil


(55)

dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Kuncoro, 2003). Kriteria Pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Provinsi di Indonesia yang mempublikasikan laporan realisasi APBD provinsi, laporan konsumsi rata-rata perkapita provinsi, laporan perkembangan PDRB Provinsi dan laporan perkembangan PMDN Provinsi secara konsisten dari tahun 2007-2011. Dari 33 provinsi yang dijadikan populasi, hanya sebanyak 19 provinsi yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian (lihat lampiran 2).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder pooling data berupa laporan realisasi APBD provinsi, laporan konsumsi rata-rata perkapita provinsi, laporan perkembangan PDRB provinsi dan laporan perkembangan PMDN provinsi di Indonesia. Data diperoleh dari BPS Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah dalam laporan Realisasi APBD, konsumsi, PMDN dan PDRB pada periode 2007-2011.

4.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011). Adapun variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :


(56)

1. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan, Belanja Daerah, dan PMDN.

2. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen, yaitu variabel Pertumbuhan Ekonomi.

3. Variabel moderating adalah variabel yang dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu variabel konsumsi.

Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasi yakni sebagai berikut :

1. PAD adalah total penerimaan daerah yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang digunakan untuk membiayai kegiatan daerah.

2. Dana Perimbangan adalah dana yang berasal dari pusat maupun provinsi untuk membantu pembiayaan kegiatan daerah. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

3. Belanja Daerah adalah pengeluaran daerah yang dilakukan untuk membiayai kegiatan daerah. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.

4. PMDN adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta atau masyarakat yang berasal dari dalam negeri.


(57)

5. Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain kebutuhan makanan.

6. Pertumbuhan Ekonomi adalah proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang diukur dengan PDRB atas harga berlaku.

Berikut defenisi operasional variabel dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Defenisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Parameter Skala

Pengukur an

PAD (X1)

Total penerimaan daerah yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang digunakan untuk membiayai kegiatan daerah.

Realisasi PAD provinsi dari tahun 2007-2011

Rasio

Dana

Perimbangan (X2)

Dana yang berasal dari pusat maupun provinsi untuk membantu pembiayaan kegiatan daerah yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

Realisasi dana perimbangan provinsi dari tahun 2007-2011.

Rasio

Belanja daerah (X3)

Pengeluaran daerah yang dilakukan untuk membiayai pembangunan daerah

Realisasi belanja langsung dan belanja tidak langsung dari tahun 2007-2011.

Rasio

PMDN (X4)

Investasi yang dilakukan oleh pihak swasta atau masyarakat yang berasal dari dalam negeri.

Perkembangan

realisasi investasi PMDN menurut lokasi dari tahun 2007-2011


(1)

Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi Data

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -3.807 1.125 -3.384 .001

X1 .539 .071 .505 7.557 .000 .439 2.276

X2 -.422 .157 -.504 -2.695 .008 .056 17.881

X3 .959 .204 .961 4.689 .000 .047 21.428

X4 .000 .000 .036 .810 .420 .983 1.017

Z -.230 .192 -.060 -1.202 .233 .773 1.293

a. Dependent Variable: Y

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) X1 X2 X3 X4 X5

1 1 4.998 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .998 2.238 .00 .00 .00 .00 .98 .00

3 .002 46.391 .03 .04 .03 .01 .01 .01

4 .002 55.575 .02 .38 .00 .00 .00 .05

5 .000 175.911 .95 .12 .00 .00 .00 .94

6 6.059E-5 287.190 .01 .45 .96 .99 .01 .00


(2)

Lampiran 9

Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi Data dan DAU Dikeluarkan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -10.305 2.648 -3.892 .000

x1 .340 .111 .325 3.059 .003 .478 2.093

x2 .216 .128 .161 1.685 .097 .592 1.689

x3 .033 .113 .030 .293 .770 .528 1.895

x4 .250 .080 .296 3.111 .003 .595 1.681

z 3.361 .960 .300 3.500 .001 .736 1.359

a. Dependent Variable: y

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) x1 x2 x3 x4 x5

1 1 5.979 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .019 17.731 .00 .00 .00 .00 .67 .00

3 .001 76.921 .02 .80 .01 .04 .10 .00

4 .001 86.863 .03 .00 .17 .37 .18 .05

5 .001 104.872 .00 .02 .74 .58 .03 .00

6 7.323E-5 285.733 .95 .19 .08 .01 .02 .95


(3)

Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data dan DAU Dikeluarkan

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.00079

Cases < Test Value 47

Cases >= Test Value 47

Total Cases 94

Number of Runs 37

Z -2.281

Asymp. Sig. (2-tailed) .023

a. Median

Lampiran 11

Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data, DAU Dikeluarkan

dan Tahun Penelitian Dikurangi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01477

Cases < Test Value 32

Cases >= Test Value 32

Total Cases 64

Number of Runs 33

Z .000

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000


(4)

Lampiran 12

Uji Hipotesis Setelah Transformasi Data, DAU Dikeluarkan

dan Tahun Penelitian Dikurangi

1.

Koefisien determinans (R

2

)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .788a .621 .596 .275964

a. Predictors: (Constant), x4, x2, x1, x3

2.

Uji statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -10.305 2.648 -3.892 .000

x1 .340 .111 .325 3.059 .003

x2 .216 .128 .161 1.685 .097

x3 .033 .113 .030 .293 .770

x4 .250 .080 .296 3.111 .003

z 3.361 .960 .300 3.500 .001

a. Dependent Variable: y

3.

Uji statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.376 4 1.844 24.213 .000a

Residual 4.493 59 .076

Total 11.869 63


(5)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.376 4 1.844 24.213 .000a

Residual 4.493 59 .076

Total 11.869 63

a. Predictors: (Constant), x4, x2, x1, x3

4. Uji residual

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.499 .152 16.481 .000

x1 .053 .013 .566 3.940 .000

x2 -.021 .017 -.178 -1.246 .218

x3 -.003 .015 -.029 -.191 .849

x4 .004 .011 .056 .389 .698

a. Dependent Variable: z

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .018 .032 .582 .563

y .001 .006 .029 .229 .820


(6)

Lampiran 13

Uji Hipotesis Setelah Transformasi Data dan

Menggunakan Data Belanja Modal

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6.686 1.375 -4.864 .000

X1 .723 .095 .626 7.600 .000 .580 1.724

X2 -.005 .121 -.004 -.040 .968 .450 2.225

X3 .238 .155 .152 1.531 .129 .401 2.495

X4 .052 .040 .096 1.312 .193 .728 1.374

Z .440 .137 .207 3.223 .002 .952 1.051


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Aceh

5 75 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai Variabel Moderating pada Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara

7 83 104

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Belanja Daerah Dengan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sebagai Variabel Moderating Pada Propinsi Sumatera Utara

4 79 97

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

0 36 72

PENGARUH DANA PERIMBANGAN, PERTUMBUHAN EKONOMI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN JUMLAH PENDUDUK SEBAGAI VARIABEL MODERASI

0 3 75

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI.

0 3 47