Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat kecacatan sebagai berikut:
a. Besi beton bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi 0.1714.
b. Besi beton permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi 0.1178.
c. Besi beton ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal
proses produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773. Dari data diatas maka peristiwa top event yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat terjadinya
kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan correction action terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang presisi, operator terburu –
buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan kaliber mesin aus atau rusak.
Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan Metode Fault Tree Analysis FTA di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1
Skripsi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya
2. Deddy Chrismianto
Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan dapat terpenuhi jika sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan. Sistem pelumas pada kapal adalah sangat penting untuk
pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebagai penggerak utama kapal.
Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen-komponen yang terdapat
pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka perlu dilakukan
analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana sistem mengalami kegagalan.
Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi mode kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi
operasional sistem pelumas, komponen-komponen yang dapat menyebabkan kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap-tiap komponen terhadap
sistem pelumas dan keandalan dari komponen-komponen sistem pelumas. Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen sistem
basic event dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang dipakai untuk menyatakan hubugan tersebut disebut gerbang logika. Dari diagram
fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu serangkaian komponen system, apabila terjadi kegagalan dapat berakibat kegagalan pada
sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang dapat menyebabkan kegagalan pada sistem. Untuk mencari minimal cut set digunakan Method for
obtaining cut sets Mocus yaitu sebuah algoritma yang dipakai untuk mendapatkan minimal cut set dalam sebuah fault tree.
Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis FTA menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem
pelumas tidak berfungsi atau gagal dengan sub sistem yang mengalami kegagalan adalah sebagai berikut:
1. Sistem pemompaan
- Hand Pump 1 - Pompa Pelinciran: - LO Priming Pump
- Hand Pump
II - LO Pump
2. Sistem pertukaran kalor
- Komponen Cooler 3.
Sistem suplai minyak pelumas dan - LO Service Tank
4. Sistem penyaringan minyak pelumas
- Komponen Filter Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal cut
set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan mengalami kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan atau second order
yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen yang termasuk first order yaitu LO Pump, Hand pump 1, Cooler, LO Service tank dan Filter.
Sedangkan komponen yang yang termasuk second order yaitu Pompa pelinciran awal terdiri dari LO. Priming pump dan Hand pump II.
Sehingga dalam metode FTA ini ada dua prioritas penyebab kegagalan sistem. Jika diperhatikan, maka komponen-komponen yang termasuk dalam first
order yaitu komponen yang mempunyai susunan seri. Pada komponen yang mempunyai susunan seri maka diperlukan satu komponen gagal agar sistem
tersebut mengalami kegagalan. Sedangkan komponen yang termasuk dalam second order yaitu komponen
yang mempunyai susunan standby. Pada komponen yang mempunyai susunan stand by maka diperlukan dua komponen gagal agar sistem tersebut mengalami
kegagalan. Untuk itu harus dilakukan perawatan dengan baik pada komponen yang termasuk dalam first order. Karena jika komponen itu gagal maka
keseluruhan sistem pelumas akan gagal dalam menjalankan fungsinya.
Deddy Chrismianto, “Aplikasi Fault Tree Analysis FTA Dalam Aanalisa Keandalan Sistem Pelumas Motor Induk Kapal”, Staf Pengajar Program Studi S-1 Teknik Perkapalan FT-UNDIP
Semarang, www.google.com
BAB III METODE PENELITIAN