BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dan Definisi Kualitas
Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi yang diinginkan, diperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan menterjemahkannya ke
dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, dimensi, toleransi, material, proses, perkakas dan alat bantu. Operator menggunakan informasi dari
desainer untuk membuat produk atau mengerjakannya pada proses permesinan. Dalam usaha memuaskan konsumen, produk yang dipesan harus tiba dalam
jumlah, waktu, tempat dan memberikan fungsi yang tepat untuk satu periode waktu dan harga yang sesuai.
Definisi kualitas menurut Ross adalah kepuasan konsumen terhadap produk yang dibelinya. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas,
tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan. Dengan demikian produk – produk desain, diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan, dapat
dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi dihasilkan dengan cara yang baik dan benar. Ariani W. Dorothea, 2003, hal 8-9
Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang mempelajari setiap area dari manajemen operasi, dari perencanaan lini produk dan
fasilitas sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas merupakan bagian dari dari semua fungsi usaha yang lain pemasaran, sumber daya manusia,
keuangan, dan lain-lain. Dalam kenyataan, penyelidikan kualitas adalah suatu penyebab umum common cause yang alamiah untuk mempersatukan fungsi-
fungsi usaha. Dimana kualitas harus memiliki kesesuaian dengan konsumen atau bisa disebut juga Kualitas Kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai
dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu. Douglas C. Montgomery, 1998, hal 2
Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang terus- menerus continous improvement process yang dapat diukur, baik secara
individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Perbaikan kualitas lebih dari suatu strategi usaha, melainkan suatu tanggung jawab pribadi setiap
perusahaan. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan dan didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta
mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota masyarakat. Kualitas harus dibangun sejak awal, dari penerimaan input hingga
perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya. Setiap tahapan dalam proses produksi maupun proses penyediaan jasa atau pelayanan juga harus berorientasi
pada kualitas tersebut. Ariani W. Dorothea, 2003, hal 9
2.1.1. Pengendalian Kualitas
Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan penggunaannya. Parameter – parameter ini biasanya
dinamakan ciri – ciri kualitas . Ciri – ciri kualitas menurut Douglas C. Montgomery, 1998 : 3, ada beberapa jenis:
1. Fisik : panjang, voltage, kekentalan.
2. Indera : rasa, penampilan, warna.
3. Orientasi : waktu, keandalan dapatnya dipercaya , dapatnya
dipelihara, dapat dirawat. Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang
dengan aktivitas itu kita ukur ciri –ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standart.
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan – kumpulan aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan
konsumen yang dilaksanakan mulai saat produk dirancang, diproses sampai seleksi didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain
akan meliputi hal – hal berikut : 1.
Perencanaan kualitas pada saat merancang produk dan proses pembuatannya.
2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang
dipakai dalam proses produksi. 3.
Pengamatan terhadap performans produk. 4.
Membandingkan performans yang dihasilkan dengan standart yang berlaku.
5. Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat – cacat yang
dijumpai pada produk yang dihasilkan.
2.1.2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memberikan jaminan kualitas yang sebaik – baiknya kepada konsumen sehingga didapatkan kepercayaan dari
konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian kualitas adalah Sofjan Assauri : 1978 :
1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standart mutu
yang telah ditetapkan. 2.
Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminimum
mungkin. 4.
Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. Tujuan pokok pengendalian mutu statistik adalah menyelidiki dengan
cepat terjadinya sebab – sebab terduga sedemikian sehingga tindakan pembetulan dapat dilakukan secara dini. Montgomery : 1998.
Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan mempunyai kemampuan dalam hal :
1. Meningkatkan produktivitas
Dengan adanya pengendalian kualitas maka mengurangi buangan sehingga produktivitas bertambah.
2. Pencegahan Cacat Lebih Besar Dengan adanya pengendalian kualitas maka pengendalian proses akan
terpelihara dengan konsisten.
3. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu pengendalian kualitas, Dapat membedakan antara gangguan dasar dan variasi terduga.
4. Memberikan Informasi Tentang Proses Dengan adanya pengendalian kualitas maka informasi tentang
perubahan proses dan parameter yang penting dapat diketahui.
2.1.3. Manfaat Pengendalian Kualitas
Pengatuaran pengendalian
kualitas dalam suatu perusahaan merupakan
bagian yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan suatu perusahaan. Manfaat yang dapat diperoleh dalam manajemen pengendalian kualitas adalah
Sritomo, 1993 : 244 – 245. 1.
Menambah tingkat efisiensi dan produktivitas kerja. 2.
Mengurangi kehilangan – kehilangan dalam proses kerja yang dilakukan seperti mengurangi atau menghilangkan waktu yang tidak
reprodukitif. 3.
Menekan biaya dan save money 4.
menjaga agar penjualan tetap meningkat sehingga profit tetap diperoleh.
5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan.
6. Meperbaiki moral pekerja tetap tinggi.
7. Mengurangi klaim pelanggan.
8. Berorientasi pada kebutuhan konsumen.
2.1.4. Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas
Ada 3 jenis kualitas dalam operasi bisnis manufacturing, yaitu : 1. Kualitas Design
Adalah derajat dimana kategori suatu produk akan mampu memberikan kepada konsumen dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang sama
bisa memberikan darajat kepuasan yang berbeda karena adanya perbedaan kualitas dalam rancangan
2. Kualitas Kesesuaian Berhubungan dengan spesifikasi dan standarisasi produk dan kriteria standar
kerja yang telah disepakati.Secara umum kualitas kesesuaian mencakup 3 macam bentuk pengendalian, yaitu:
a. Pencegahan Cacat
Mencegah kerusakan atau cacat sebelum benar-benar terjadi. b.
Pencegahan Melibatkan pemakaian dan penetapan metode pemeriksaan, pengujian dan
analisa statistik dengan menerapkan teknik pengawasan kualitas untuk mendeteksi cacat yang timbul.
c. Analisa dan Tindakan Korektif
Menganalisa kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi terhadap penyimpangan tersebut, kegiatan ini merupakan tanggung jawab bagian
pengawas produksi.
3. Kualitas Penampilan Perbaikan dari kualitas design dan kualitas kesesuaian akan dapat
meningkatkan penampilan produk. Jika kualitas design rendah terhadap kekurangan penyesuaian dalam spesifikasi, maka akan mempengaruhi
penampilan secara keseluruhan.
2.1.5. Alat Pengendalian Kualitas
Menurut Vincent Gaspersz, 2001 ada beberapa perangkat yang digunakan dalam pengendalian kualitas, yaitu:
1. Lembar Periksa
Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat
dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk:
a. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk
mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan lembar periksa adalah membantu
mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu.
b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sering
terjadi.Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah - milah data kedalam kategori yang berbeda seperi penyebab-
penyebab, masalah-masalah dan lain-lain.
c. Menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat
dipergunakan dengan mudah. d.
Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita mengetahui sesuatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu
penyebab itu merupakan hal yang paling penting dalam kaitan ini lembar periksa akan membantu membuktikan opini kita itu apakah
benar atau salah. Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam
langkah utama, sebagai berikut: a.
Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. Adakah baik untuk memulai mengumpulkan data apakah dengan menggunakan
lembar periksa atau bukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
Apa yang menjadi masalah utama?
Mengapa data harus dikumpulkan?
Siapa yang akan menggunakan informasi yang sedang
dikumpulkan dan informasi apa yang benar-benar dibutuhkan. Apakah informasi itu perlu diperinci berdasarkan departemen,
hari, bulan, shift, mesin, dan lain-lain?
Siapa yang akan mengumpulkan data? b.
Identifikasi apa variabel atau atribut karakteristik kualitas yang sedang diukur? Berkaitan dengan hal ini kita dapat mengikuti
langkah-langkah spesifik, sebagai berikut:
Memulai memberikan judul dari lembar periksa itu. Pemberian
judul harus tegas dan memberitahukan kepada orang tentang apa yang sedang dikaji.
Menuliskan hal - hal spesifik yang akan diukur pada lembar
periksa itu. Sebagai missal, apabila kita sedang mengukur keluhan pelanggan, maka kategori yang mungkin
dipertimbangkan adalah penyerahan terlambat, karyawan tidak sopan, tagihan tidak benar, penyerahan tidak sesuai pesanan,
dan lain-lain. c.
Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini kita perlu memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi
berdasarkan waktu per menit, per jam, per hari, per minggu, per bulan dan lain-lain, berdasarkan tempat atau berdasarkan tempat
dan waktu banyaknya kejadian per departemen per hari, banyaknya produk cacat per shift per minggu, dan lain-lain.
d. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam
kaitan ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada lenbar periksa. Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap
kegiatan pengumpulan data. e.
Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori
yang sedang diukur.
Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan
peningkatan harus diambil bedasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini. Apabila ada hal-hal yang masih meragukan berkaitan dengan fakta
yang ditemukan dalam pengumpulan data maka perlu dilakukan verifikasi atas data yang telah dikumpulkan.
5 10
15 20
25 30
Gumpil Pecah Retak
Jenis Cacat Jum
lah C acat
Kait Rusak
2. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart
yang penyusunanya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan
urutan apapun. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Histogram 3.
Diagram Pareto Diagram pareto dalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada
sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendan serta ditempatkan pada sisi paling kanan.
Pada dasarnya diagram pareto dapat dipergunakan sebagai alat interpretasi untuk :
a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah –
masalah atau penyebab dari masalah yang ada. b.
Memfokuskan perhatian pada isu – isu kritis dan penting melalui membuat rangking terhadap masalah – masalah atau penyebab –
penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan. Penggunaan diagram pareto biasanya dikombinasikan dengan penggunaan
lembar periksa check sheet. Karena itu, sebelum membangun atau membuat diagram pareto perlu diketahui terlebih dahulu tentang
penggunaan lembar periksa. Gambar 2.2 berikut merupakan contoh penggunaan diagram pareto.
ju m
la h
c a
c a
t P
e r
c e
n t
j enis cacat Count
5.8 Cum
39.1 69.6
94.2 100.0
27 21
17 4
Percent 39.1
30.4 24.6
Kait Rusak Pecah
Retak Gum pil
70 60
50 40
30 20
10 100
80 60
40 20
Gambar 2.2 Pareto Diagram Adapun rumus yang digunakan dalam diagram pareto ini adalah :
Presentasi Cacat =
100 x
t lJenisCaca
JumlahTota JenisCacat
JumlahTiap
PresentasiCacat Kumulatif = F
1
+F
2
+..........+F
x
4. Diagram Sebab Akibat Diagram Tulang Ikan fishbone Diagram sebab akibat adalah diagram yang menunjukkan hubungan
antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor – faktor
penyebab sebab dan karakteristik kualitas akibat yang disebabkan oleh faktor – faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini juga sering disebut
sebagai diagram tulang ikan fishbone diagram karena bentuknya seperti kerangka tulang ikan.
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan – kebutuhan sebagai berikut :
a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
b. Membantu membangkitkan ide – ide untuk solusi suatu masalah.
c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan – pertanyaan berikut:
Apa penyebab itu ?
Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi ?
Bertanya “mengapa” beberapa kali konsep five whys
sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk
diambil tindakan peningkatan. Penyebab – penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram
sebab-akibat seperti pada gambar 2.3
Material Manusia
Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang Ikan sebab – akibat
Sumber: Goetsch dan Davis 1995
2.2.Fault Tree Analysis FTA Analysis, fault tree : analisis pohon kegagalan : merupakan teknik
analisis deduktif yang diawali dengan hipotesis adanya peristiwa kegagalan yang selanjutnya secara sistematik menimbulkan peristiwa atau kombinasi peristiwa
yang bisa menyebabkan terjadinya kegagalan. A-Z Indexs, www.batan.go.id Fault Tree Analysis adalah suatu teknik analisa desain keandalan
reliability suatu desain sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan
jenis cacat
Lingkungan kerja Mesin
Metode kerja
system, yang disebut juga ‘Top Event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana Fault Tree Analysis FTA lebih menekankan pada “top – down approach” yaitu
karena analisa ini barawal dari sistem top level dan meneruskannya ke bawah. Titik awal analisa ini adalah pengidentifikasian mode kegagalan pada top level
suatu sistem Connor, 1993. Selain menunjukkan hubungan logika antar peristiwa sehingga
menyebabkan top event terjadi, FTA ini juga digunakan untuk mengkuantifikasi probabilitas top event. Probabilitas gagal diperoleh dari prediksi nilai reliability
terhadap peristiwa kegagalan. Perlu diperhatikan disini bahwa FTA yang berbeda harus dibangun untuk setiap Top Event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau
hubungan logika antar peristiwa kegagalan yang berbeda. Deddy Crismianto Jurnal : 2006, menyebutkan bahwa Fault Tree
Analysis merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat produk yang saling memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau kesalahan
Fault Tree karena peralatan analisis disusun menjadi sebuah diagram yang memperlihatkan cacat produk itu secara praktis. Pohon cacat atau kegagalan mutu
lebih lanjut akan merekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki atau mengatasi cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk.
Dengan sifatnya yang demikian, maka fault tree dimaksud sekaligus memperlihatkan pola anlisis sebab-akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai
pada diagram tulang ikan fishbone diagram. Karena fault tree memperlihatkan pula sebab-akibat dari ketunamutuan produk, maka fault tree disebut sebagai
Failure Mode and Effects Analysis FMEA. Berhubung karena analisis
menyajikan pula dampak dari cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi jalan keluar alternatif untuk mengatasi cacat yang bersangkutan, maka fault tree
analysis dapat pula dipakai sebagai alat kendali proses untuk menghindari ketunamutuan produk product failure.
Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai sebagai alat pengendali proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya. Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua
hal, yaitu : 1.
Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen. 2.
Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan. Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang
akan dievaluasi dan dikendalikan. 2.2.1 Konsep Dasar Fault Tree Analysis
Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan Fault Tree Analysis,
konsep tersebut menurut Allan Villemeur, 1992: 1.
Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan Top Event Pusat fault Tree Analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan. Peristiwa
ini mendatangakan peristiwa puncak dari pohon dan analisa ditunjukkan pada pendapatan semua penyebab–penyebabnya. Sering peristiwa ini adalah suatu
bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan pabrik aspek ekonomi.
Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak diinginkaan harus didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu umum
maka analisa akan berhenti untuk dijalankan, sebaliknya jika kejadian terlalu spesifik analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar sistem,
oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan kejadian yang tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah dikarakteristikkan sesuai
macam misi–misi sistem. 2.
Presentasi Gerbang Logika Peristiwa–peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi
penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Contoh AND Gate Sumber : P.L. Clemens :2002
3. Pengkelasan Kegagalan penyebab kegagalan
Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya P.L.Clemens ; 2002 yaitu :
a. Kegagalan Atau Penyebab Primer
Kegagalan elemen penyebab terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan atau Top Event.
b. Kegagalan Atau Penyebab Sekunder
Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak
diinginkan. P.L.Clemens ; 2002
4. Peristiwa Dasar
Analisa penyebab kejadian atau peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar ditemukan. Oleh karena itu, kejadian–kejadian harus hati–hati ditemukan
sejak mencapai batas analisis. Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut :
a. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan. Kejadian ini
cukup baik untuk menggambarkan dan mengetahui sejauh mana ketidakgunaan batas asal kejadian.
b. Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal
tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari mencangkup ketika teridentifikasi.
c. Kejadian tidak dapat digambarkan atau dipandang sebagai dasar dan
penyebab kejadian itu belum dikembangkan tetapi akan segera dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian ia secara temporer
menjangkau batas dalam mempelajari dan bahwa sebagaimana data kurang memadai untuk contoh penyebab kejadian ini akan diketahui kemudian.
2.2.2 Prinsip Fault Tree
Prinsip Fault Tree dapat menuntun dalam melakukan analisa, yaitu: 1.
Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kejadian kombinasi mengarahkan pada kegiatan yang tidak diinginkan.
2. Menghadirkan grafik kombinasi seperti struktur.
Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis.
Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi berbagai penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal diapliksi deduktif
berdasarkan urutan prinsip dan aturan yang telah digambarkan. Kemudian dalam pelaksanaan dengan objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh
sebuah pohon. Pohon kesalahan berisi urutan tingkat kejadian yang dihubungkan dalam
beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian pada tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika gate atau gerbang,
kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan
lain–lain seperti kejadian yang tidak diinginkan.
Proses deduktif dilanjutkan peristiwa sampai dasar diidentifikasi. Peristiwa itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya
diketahui. Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model
dari semua kegagalan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataan, itu adalah suatu model logika interaksi antara peristiwa–peristiwa penuntun menuju pada
kejadian yang tidak diinginkan. Alain Villemeur,1992 : 149 – 196
2.2.3 Kontruksi Pohon
Kesalahan
Analisa fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem. Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya digambar
untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap komponen sistem. Batasan sistem secara fisik disusun comedian untuk memfokuskan
perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting. Kesalahan yang lazim adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis, yang menimbulkan
penyimpangan analisa. Informasi harus tersedia untuk tiap komponen system yang mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu dari kerusakan komponen.
Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau dari spesifikasi teknik komponen.
Pada beberapa analisa batasan system menjadi sangat berarti, dimana kondisi batas dari sistem harus ditentukan. Kondisi–kondisi batas ini seharusnya
tidak dibingungkan dengan batasan fisik dari sistem. Kondisi–kondisi batas sistem mendefinisikan situasi yang digambarkan oleh Fault Tree.
Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada.
Banyak kemungkinan bagi kejadian puncak tetap ada sehingga pilihan tepat dari kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang sulit. Pada umumnya,
kejadian puncak harus dipilih berdasarkan criteria sebagai berikut: 1.
Sebagai suatu kejadian yang terjadinya harus mempunyai sebuah definisi tertentu dan kemungkinan dari keterjadiannya dapat dikuantitaskan dan
2. Sebagai suatu kejadian yang dapat lebih jauh dipilah untuk menemukan
penyebabnya. Connor, 1993
2.2.4 Tahapan Fault Tree Analysis
Menurut Thomas Pyzdex 2002, Fault Tree mempunyai beberapa tahap umum untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke akar-aakar
penyebabnya, yaitu : 1.
Tentukan kejadian paling atas, kadang–kadang disebut kejadian utama. Ini adalah kondisi kegagalan dibawah studi.
2. Tetapkan batasan Fault Tree Analysis.
3. Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubung
pada satu dengan lainnya dan untuk kejadian paling atas. 4.
Buat pohon kesalahan, mulai pada kejadian paling atas dan bekerja ke arah bawah.
5. Analisis pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam
menghilangkan kejadian yang mengarah kepada kegagalan.
6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan
rencana kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat mereka terjadi. Fault tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang
menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada kegagalan. Beberapa simbol digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan
ditunjukkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Simbol-Simbol Logika Gerbang Dalam FTA
Simbol Gerbang Nama Gerbang
Hubungan Kasual Gerbang
AND Kejadian keluaran terjadi jika semua
kejadian masukan terjadi serentak
Gerbang menghalangi
Masukan menghasilkan keluaran saat kejadian bersyarat terjadi.
Gerbang AND
prioritas Kejadian keluaran terjadi jika semua
kejadian masukan terjadi dengan urutan dari kiri kekanan.
Gerbang OR
ekslusif Kejadian keluaran terjadi jika satu, tetapi
tidak keduanya, dari kejadian masukan terjadi
n inputs Gerbang m-diluar-n
gerbang voting atau sampel
Kejadian keluaran terjadi jika m-diluar-n kejadian masukan terjadi.
m
m
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 513
Tabel diatas menunjukkan simbol gerbang dalam Fault Tree. Selain itu juga terdapat simbol kejadian seperti tabel 2.2
Tabel 2.2 Simbol – simbol logika kejadian dalam FTA
Simbol Kejadian Arti
Persegi Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang
Lingkaran Kejadian dasar dengan data yang cukup
Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang
Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi
Oval Kejadian bersyarat yang digunakan
dengan gerbang menghalangi
Segitiga Simbol perpindahan
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 514 2.2.5 Cut Set Method
Cut Set menurut P.L. Clemens, 2002 adalah kombinasi pembentuk pohon kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak
terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk
menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem gagal. Sebagai contoh bisa dilihat dari gambar 2.5.
T
C E
A B
Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set P.L. Clemens : 2002
Peristiwa A, B, dan C membentuk menjadi peristiwa T. peristiwa A,B dan C disebut sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang
menyebabkan peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set Alain Villemeur : 1992. Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang
paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari peristiwa–peristiwa daalam minimal cut set tidak terjaadi, maka peristiwa puncak
atau peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal cut set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial
menyebabkan kecacatan peristiwa puncak. Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu :
1. Pertama, minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi
peristiwa yang tidak diinginkan top event.
2. Kedua, minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika
kejadian terjadi secara simultan atau bersamaan dan menyebabkan peristiwa tidak diinginkan.
2.2.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set
Beberapa langkah membentuk cut set menurut P.L. Clemens, 2002, yaitu : 1.
Mengabaikan semua unsur–unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar. 2.
Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan masing– masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.
3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah
membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal. Sebagai kontruksi
maju : a.
Menggantikan nomor untuk masing–masing gerbang AND dengan nomor untuk semua gerbang yang disebut masukan. Secara horizontal dalam
matrik baris. b.
Memindahkan nomor–nomor untuk masing–masing gerbang OR dengan semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam matrik
kolom. Masing–masing gerbang OR dibentuk baris bergantian harus pada berisi semua masukan lain dibaris induk asli.
4. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka–angka mewakili pembentuk.
Masing–masing bariss dari matrik ini adalah cut set Boolean. Dengan pemeriksaan, menghaapuskan baris manapun yang berisi semua unsur–unsur
yang ditemukan dalam baris lebih sedikit. Juga menghapuskan unsur–unsur berlebihaan didalam baris dan baris yang menyalin baris lain. Baris yang sisa
adalah minimal cut set. Pembentukan cut set dapat dilihat dengan jelas pada gambar 2.6.
TOP
A
D B
4 2
1
C
2 3
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set 2.2.6 Cut Set Quantitative
Perhitungan dalam Fault Tree Analisis digunakan untuk mengetahui nilai probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas
hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini ditunjukkan dalam rumus berikut ini P.L Clemens : 2002 :
Keterangan : S
= Sukses produkproses P = Probabilitas A
A
F = Kegagalan failure
P = Probabilitas B
B
P
F
= Probabilitas Kegagalan Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing–masing gerbang,
yaitu : 1.
Untuk gerbang OR, probabilitas masing–masing peristiwa atau masukannya mengalami penjumlahan dan pengurangan.
a. Untuk
2 masukan
P
F
= 1 – [1 – P
A
1 – P
B
] P
F
= P
A
+ P
B
- P
A
P
B
b. Untuk lebih dari 2 masukan
P
F
= P
A
+ P
B
+ P
C
2. Untuk gerbang AND probabilitas masing–masing masukannya dikalikan. Dalam gerbang AND ini, untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara
perhitungannya sama yaitu dikalikan. Berikut ini merupakan diagram pohon kesalahan beserta matrik dari salah
satu top event yang terjadi dalam proses produksi baterai jenis R20 di PT. International Chemical Industry Plant II yaitu PE Seal miring pada proses
pemasangan PE Seal dengan menggunakan mesin Seal Fitting .
Gambar 2.7 Contoh Perhitungan Fault Tree Analysis Keterangan :
A : Kemampuan mesin PE Seal inserting kurang optimal.
Ao : Proses produksi baru berjalan.
A
1
: Mesin
trouble. 1
: Operator kurang teliti 2
: Operator kurang tanggap pada pelumasan oli 3
: Pusher pendorong PE Seal kurang maju. 4
: Peer stopper penahan PE Seal kurang menekan. 1 2
3 4
Gambar 2.8 Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set
Matrik cut set tersebut selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
2 1
1
xP P
P
K
5 4
2
P x
P P
K
2 1
K K
F
P P
P
2.3. ALCOHOL SWABS