21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni karena dilakukan dengan adanya perlakuan dan tanpa ada penelitian sebelumnya dengan
rancangan acak pola searah. Rancangan acak pola searah digunakan karena faktor yang diuji dalam penelitian ini hanya ada satu, yaitu pengaruh dosis pemberian
infusa bunga telang Clitoria ternatea L. terhadap udema pada kaki mencit yang diinduksi karagenin 1 dengan pengukuran jangka sorong.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel utama
a. Variabel bebas: dosis infusa bunga telang. b. Variabel tergantung: penurunan udema dilihat dari perbandingan kaki mencit
yang normal dengan kaki yang terinduksi karagenin 1.
2. Variabel pengacau
a. Variabel yang dikendalikan : hewan uji adalah mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram, cara pemberian bahan uji secara per
oral. b. Variabel yang tidak dikendalikan : kondisi patologis mencit.
3. Definisi operasional
1. Infusa bunga telang adalah sejumlah gram bahan yang dipanaskan dengan air dalam panci selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90
o
C sambil sekali-sekali diaduk. Kemudian diserkai selagi panas, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki Depkes RI, 1995.
2. Dosis infusa bunga telang adalah sejumlah berat infusa bunga telang tiap satuan berat badan hewan uji dengan satuan mgkg BB.
3. Udema adalah tebal telapak kaki yang diinduksi oleh larutan karagenin 1 yang diinjeksikan secara subplantar dan diukur dengan jangka sorong dalam
satuan millimeter. 4. AUC Area Under Curve ditentukan menggunakan rumus trapezoid di mana
selisih udema antara kaki kiri dan kanan mencit dikali dengan selisih waktu pengukuran mm.menit.
C. Bahan Penelitian 1. Hewan uji
Mencit dengan jenis kelamin betina usia 2-3 bulan, berat 20-30 g, dan bergalur Swiss yang diperoleh dari Laboratorium Imono Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah bunga telang Clitoria ternatea L. yang diperoleh dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Bahan uji farmakologi
Bahan-bahan uji farmakologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Karagenin sebagai agen inflamasi yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Tablet Cataflam
®
D-50 Novartis Indonesia yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek Condong
Catur, Sleman, Yogyakarta. c. NaCl fisiologis 0,9 sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek Kimia
Farma, Seturan, Sleman, Yogyakarta. d. Aquadest
sebagai kontrol
negatif yang diperoleh
dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Neraca analitik
2. Syringe dan spuit injeksi per oral 3. Stopwatch
4. Jangka sorong Digital Caliper “Wipro” 5. Alat-alat gelas beaker glass, pengaduk, gelas ukur dan labu ukur merk Pyrex
6. Alat-alat pembuat infusa heater, panci lapis alumunium, pengaduk, termometer, corong, kain flanel
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman telang Clitoria ternatea L. menggunakan bunga, daun, batang yang dilakukan secara benar sesuai dengan buku acuan, “Flora untuk
Sekolah di Indonesia” di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan
Bunga telang diperoleh dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Bunga yang diambil adalah bunga yang
segar bewarna biru keunguan dan tidak berlubang. Waktu panen bunga telang dilakukan pagi hari pada bulan Maret 2013.
3. Pembuatan larutan karagenin 1
Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat peradang dibuat dengan cara 1 gram karagenin dilarutkan dalam larutan NaCl fisiologis 0,9 hingga
volume 100 mL, akan diperoleh konsentrasi karagenin 1 bv yang setara dengan dosis 25 mgkgBB.
4. Pembuatan infusa bunga telang
Bunga yang dipilih adalah bunga yang masih segar, tidak rusak dan tidak layu. Bunga ditimbang sesuai dengan banyaknya penggunaannya di masyarakat,
kemudian bunga ditambah dengan 100 mL air dalam panci dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 90
o
C sambil sesekali diaduk. Lalu ditambahkan air panas hingga diperoleh volume infusa 100 mL.
5. Pembuatan larutan diklofenak
Tablet Cataflam
®
D-50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebanyak 20 tablet diuji keseragaman bobotnya. Diambil 1 tablet Cataflam
®
D-50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg yang telah diuji keseragaman
bobotnya tersebut, ditimbang 204 mg dan digerus dalam mortar, lalu dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100 mL sehingga diperoleh konsentrasi 2,04
mgmL. Perhitungan dosis kalium diklofenak dapat dilihat pada lampiran 8.
6. Penentuan waktu pemberian kalium diklofenak
Kalium diklofenak Cataflam
®
D-50 9,1 mgKg BB sebagai kontrol positif diberikan 15 menit sebelum induksi udema dengan injeksi karagenin 1
secara subplantar berdasarkan penelitian Gunawan 2010.
7. Pembuatan inflamasi
Kaki mencit sebelah kiri diinduksi dengan karagenin 1 secara subplantar di bawah kulit telapak kaki mencit, sedangkan kaki mencit sebelah kanan hanya
disuntik secara subplantar tanpa karagenin.
8. Dosis bunga telang
Uji antiinflamasi
ini dilakukan
karena tidak
ada literatur
yang menyebutkan dosis terapi yang biasa digunakan di masyarakat, maka takaran yang
dipakai dalam penelitian ini adalah 5 gram ± 14 kuntum bunga. Perhitungan dosis bunga telang dapat dilihat pada lampiran 8.
Dalam penelitian ini, infusa bunga telang dibuat dalam tiga peringkat dosis yaitu 328; 655; 1310 mgkg BB mencit.
9. Penentuan kontrol negatif
Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada penelitian
digunakan aquadest sebagai kontrol negatif yang merupakan pelarut dalam pembuatan infusa bunga telang. Perhitungan dosis aquadest dapat dilihat pada
lampiran 8.
10. Perlakuan pada hewan uji
Dua puluh lima ekor mencit diukur ketebalan kaki kirinya menggunakan jangka sorong. Mencit dibagi acak dalam 5 kelompok masing-masing terdiri dari
5 ekor mencit, yaitu kelompok kontrol negatif aquadest 25 gkg BB mencit, kelompok kontrol positif kalium diklofenak 9,1 mgkg BB mencit, kelompok
infusa bunga telang dosis I 328 mgKg BB mencit, kelompok infusa bunga telang dosis II 655 mgKg BB mencit dan kelompok infusa bunga telang dosis
III 1310 mgKg BB mencit. Skema jalannya penelitian dapat dilihat pada gambar 4.
15 menit kemudian
Gambar 4. Skema jalannya penelitian
Keterangan: Kel. I : Kelompok kontrol negatif aquadest 25 gKg BB mencit
Kel. II : Kelompok kontrol positif kalium diklofenak 9,1 mgKg BB mencit Kel. III: Kelompok infusa bunga telang dosis I 328 mgKg BB mencit
Kel. IV: Kelompok infusa bunga telang dosis II 655 mgKg BB mencit Kel. V : Kelompok infusa bunga telang dosis III 1310 mgKg BB mencit
25 ekor mencit diberi senyawa secara per oral sesuai kelompok
berikut
Kel. V Kel. IV
Kel. III Kel. II
Kel. I
Masing-masing kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 1 secara
subplantar dan kaki kanan disuntik dengan spuit tanpa larutan karagenin
Udema diukur menggunakan jangka sorong selama 6 jam dan diukur pada
menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330 dan
360
Dihitung selisih udema kaki kiri yang terinduksi karagenin dengan kaki
kanan yang tidak terinduksi karagenin
11. Penentuan persen penghambatan inflamasi
Metode penentuan persen penghambatan inflamasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung luas area di bawah kurva AUC-Area
Under Curve untuk setiap mencit pada setiap rentang waktu pengukuran
sehingga dapat dihitung penghambatan inflamasinya dengan rumus: Penghambatan inflamasi =
େ
ష౮
୭ିେ
ష౮
୬ େ
ష౮
୭
x 100
Keterangan: AUC
o-x o
= AUC
o-x
rata-rata kelompok kontrol negatif mm.menit AUC
o-x n
= AUC
o-x
rata-rata masing-masing hewan uji yang diberi senyawa uji dengan dosis sebesar n mm.menit Ikawati, Suparjan
, dan
Asmara, 2007. Hasil
yang diperoleh
kemudian dianalisis
secara statistik
untuk menemukan dosis infusa bunga telang yang dapat menurunkan udema kaki mencit
secara signifikan.
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro Wilk untuk melihat distribusi data. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisis
ANOVA satu arah taraf kepercayaan 95 dan jika data tidak terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisis Kruskal Wallis. Analisis ini dilakukan untuk
melihat apakah ada perbedaan pada kelompok perlakuan. Analisis dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk data dengan distribusi yang normal dan uji Mann
Whitney untuk data dengan distribusi yang tidak normal. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. Jika
diperoleh nilai p 0,05 maka diartikan perbedaan bermakna secara statistik, jika
diperoleh p 0,05 maka diartikan perbedaan tersebut tidak bermakna. Data kuantitatif persen penghambatan inflamasi disajikan dalam nilai rata-rata ± SE
Mean ± Standard Error.
30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah infusa bunga telang Clitoria ternatea L.. Sebelum bunga Clitoria ternatea L. ini digunakan dalam
pengujian efek antiinflamasi maka diperlukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar tanaman Clitoria
ternatea L. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian
batang, daun, bunga dan biji. Determinasi dilakukan sesuai dengan buku acuan “Flora untuk Sekolah di
Indonesia” hingga kategori jenis species untuk membuktikan bahwa batang,
daun, bunga dan biji yang dideterminasi adalah benar Clitoria ternatea L. Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka terbukti bahwa tanaman yang
diuji ini benar merupakan tanaman Clitoria ternatea L. Lampiran 1.
B. Infusa Bunga Telang
Sebanyak 5 gram bunga telang ditambah 100 mL air. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam panci infusa dan dipanaskan di atas heater pada suhu 90
C selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Waktu 15 menit dapat dihitung setelah
campuran mencapai suhu 90 C. Selama pemanasan, panci dalam keadaan
tertutup, agar suhu saat pemanasan tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan atau suhu kamar. Campuran diserkai menggunakan kain flannel selagi panas hingga