Guntur. Juga menurut sumber jika kita melihat awan hitam berkumpul dan terdengar suara bunglon bernyanyi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat yaitu kepala adat didesa Eheng mengatakan bahwa suku dayak
Benuaq
dalam sistem pertanian yaitu dalam membuat ladang masih mempercayai bulan dan bintang
sebagai petunjuk untuk membuat ladang agar tanaman diladang dapat tumbuh dengan baik dan memperoleh hasil yang baik pada saat panen. Seperti halnya
sains bulan dan bintang mempunyai nama begitu juga dengan suku dayak. Dan suku
Benuaq
juga dapat mengetahui fase-fase bulan mulai dari awal bulan datang dan bulan tenggelam.
Begitu juga dengan fase-fase bulan setiap orang mempunyai
pemahaman yang berbeda-beda. Seperti kepala adat Eheng, narasumber
mengatakan 3 fase bulan yaitu: a.
Selingur dawatn siit
yang artinya bulan baru
b. Sulat
c. Liatn
Pengenalan akan fase bulan oleh kepala adat tersebut sebenarnya masih belum lengkap. Data temuan lengkap dari dokumentasi bahwa di budaya
dayak di kenal fase –fase bulan secara lengkap yaitu sebagai berikut:
a. Bulan umur 8 malam disebut
dotuq doyakng b.
Bulan umur 10 malam disebut
utaq biakng
c.
Bokaq bo’oq adalah bulan umur 11 malam yaitu bentuknya setengah bulatan
d.
Bulan umur 12 malam disebut
sulat e.
Bulan umur 13 malam disebut
gantukng
f. Bulan ke 14 atau 15 malam disebut
liatn
yang biasa disebut dengan bulan purnama
g.
Bulan ke 15 atau 16 disebut
sajakng h.
Bulan umur 16 atau 17 disebut
lesoq. i.
Bulan umur 17 atau 18 disebut
sirapm mulutn
Kenampakan alam bulan oleh suku dayak sering dikaitkan dengan kejadian alam dan dapat memberi petunjuk. Contohnya Bulan datang biasanya
ditandai dengan suara jangkrik atau suara burung pungguk. Suara burung dan jangkrik sebagai tanda, menurut sumber yang diwawancara berarti umur
bulan kira-kira sudah 2 – 3 malam sudah datang. Orang dayak
benuaq
percaya bahwa apabila bercocok tanam pada bulan penuh maka tanaman yang
dihasilkan akan tumbuh dengan baik dan tidak dimakan oleh binatang atau hama. Selama proses pertanian bagi orang dayak yang mengiringi dalam
proses tersebut adalah bulan dan bintang.
2. Mengintegrasikan Budaya Dayak Dalam Pembelajaran Pembelajaran
Sains
Dari paparan sebelumnya dapat dilihat bahwa khasanah budaya dengan banyak yang terkait dengan fenomena yang ada. Adanya kenyataan
ini maka khasanah budaya tersebut dapat di integrasikan dalam proses belajar mengajar sains. Dalam konteks proses belajar mengajar maka
penelitian terhadap budayadayak dapat juga melihat siswa atau anak dayak. Dengan demikian peneliti dapat menjadi pemandu dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas sejauh mana budaya anak dayak yang terkait dengan sains.Setelah selesai mendeskripsikan budaya dayak yang
terkait dengan alam peneliti kemudian memilih topik yang sesuai untuk proses pembelajaran dan memungkinkan untuk melakukan pembelajaran
di dalam kelas. Sebelum merancang pembelajaran peneliti bertanya tentang materi
yang akan diajarkan kepada siswa kepada Bapak Kepala Sekolah dan juga guru pengampu mata pelajaran IPA. Karena materi tersebut sebenarnya
ada di kelas IX semester 2. Maka peneliti bertanya kepada Kepala Sekolah dan juga Guru pengampu mata pelajaran IPA kiranya mengijinkan peneliti
mencobakan rancangan pembelajaran di kelas lain yaitu pada kelas VIII. Bapak Kepala Sekolah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian
dan mengatakan peneliti juga harus ijin kepada guru yang mengampu mata pelajaran IPA. Peneliti kemudian bertemu dengan Guru yang mengampu
mata pelajaran IPA juga mengijinkan dan beliau mengatakan kepada peneliti untuk terserah mengajarkan materi kepada siswa karena pada saat
itu juga materi yang diajarkan telah habis. Dan minggu berikutnya siswa akan mengadakan Ujian Akhir Semester.
Peneliti mengintegrasikan pengetahuan lokal kedalam pembelajaran sains dengan topik fase- fase bulan.Berikutadalah penjelasan
keterkaitan antara pembelajaran berdasarkan budaya lokal masyarakat dan pembelajaran sains dari rancangan pembelajaran yang telah dibuat.
a. Keterkaitan antara budaya lokal masyarakat dengan konsepsains
Pembelajaran yang berbasis budaya lokal terhadap pembelajaran sains adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang lain
yaitu dalam
konteks pengetahuan
lokal. Pembelajaran
ini mengintegrasikan budaya lokal ke dalam pembelajaran sains. Pada
proses penelitian ini, peneliti mengambil topik tentang fase – fase
bulan. Berikut adalah penjelasan materi tentang keterkaitan antara pembelajaran sains dan budaya lokal yang didapat oleh peneliti dari
berbagai sumber yaitu : buku pelajaran, internet dan wawancara ke masyarakat.
Menurut literatur yang di temukan, perhitungan fase – fase bulan
berdasarkan pengetahuan ilmiah yaitu sains adalah sebagai berikut : 1.New moon sisi bulan yang menghadap bumi dan tidak menerima
cahaya dari matahari maka bulan tidak terlihat 2.Kuartir pertama 7 38 hari bulan sabit
3.Bulan purnama 14 34 hari bulan penuh
4.Kuartir ketiga 22 18 hari bulan sabit 5.
Kuartir keempat 28 12 hari kembali menjadi bulan baru lagi Data lebih rinci tentang fase
– fase bulan dan keadaan kenampakan bulan dapat di lihat pada tabel 4.1
Tabel : 4. 1 penjelasan fase – fase kenampakan bulan
No Fase – fase kenampakan bulan
Keterangan 1
Bulan baru Bulan tidak terlihat
2 Sabit awal
Bulan berbentuk seperti sabit 3
Perbani awal Bulan terlihat setengah bulatan
4 Gibbus awal
Bulan tampak benjol 5
Bulan purnama Bulan tampak bulat sempurna
6 Gibbus akhir
Bulan kembali terlihat tampak benjol 7
Perbani akhir Bulan kembali terlihat tampak setengah
bulatan 8
Sabit akhir Bulan kembali terlihat berbentuk sabit
Sebagaimana telah di paparkan pada bagian sebelumnya, dalam budaya dayak juga dikenal fase
–fase kenampakan bulan beserta peranannya. Tabel 4.2 menunjukkan fase kenampakan bulan dalam suku dayak beserta keterangannya
Tabel 4.2:penjelasan mengenai fase – fase bulan berdasarkan pengetahuan
suku dayak benuaq
No Fase – fase kenampakan
bulan pengetahuan lokal Keterangan
1
dotuq doyakng
Bulan umur 8 malam sabit 2
utaq biakng
Bulan umur 10 malam setengah bulatan 3
Bokaq bo’oq Bulan umur 11 malam bulan tampak benjol
4
Sulat
Bulan umur 12 malam bulan penuh 5
Gantukng
Bulan umur 13 malam bulan penuh 6
Liatn
Bulan umur ke 14 – 15 malam bulan penuh
7
Sajakng
Bulan ke 15 atau 16 malam bulan tampak benjol
8
Lesoq
Bulan umur ke 16 atau 17 malam bulan berbentuk setengah
9
Sirapm mulutn
Bulan umur ke 17 atau 18 malam bulan sabit
Dari penjelasan diatas ada perbedaan antara penjelasan fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal dan pengetahuan secara sains yaitu bagaimana
perhitungan umur fase bulan dari fase bulan baru sampai ke sabit akhir dimana bulan menjadi bulan baru lagi yaitu bulan tidak tampak. Seperti pada fase
– fase bulan berdasarkan pengetahuan lokal perbedaan dari fase bulan
dotuq doyakng
ke
utaq biakng
selama 3 hari kemudian dari
utaq biakng
ke fase
sulat
selama 1 hari dan seterusnya fase –fase bulan perbedaannya selama 1 hari
menuju ke fase –fase yang lainnnya sampai fase akhir yaitu
sirapm mulut
yaitu bulan baru lagi atau bulan sudah tidak tampak. Fase
Sirapm mulutn
biasanya menandakan akhir bulan dan fase bulan
Liatn
biasanya muncul pada pertengahan bulan.Sementara berdasarkan sains perbedaan fase
–fase bulan dari setiap fase secara berurutan yaitu sekitar 3,6875 hari.
Bila dilakukan sebuah komparasi antara pengetahuan sains dan pengetahuan lokal, maka terdapat kesepadanan di antara kedua pengetahuan
tersebut.Adapun keterkaitan antara pengetahuan sains dan budaya lokal masyarakat dilihat dari nama
–nama fase bulan dan proses kenampakan setiap fasenya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini: