aturan dapat menghilangkan aturan adat istiadatSuku
Dayak Benuaq
Suter, 2009.
2. Pemahaman masyarakat dayak terhadap alam dan budayanya
Selain masih percaya dengan pengobatan tradisional masyarakat dayak yang hidup dipedalaman mempunyai potensi secara tradisional yang
dapat dipakai oleh masyarakat untuk pemberdayaan ekonomi dan juga mendukung konservasi keanekaragaman hayati.Yang pertama adalah Kebun
buah tradisional
simpukng
, keahlian dalam pembuatan alat-alat tradisional, hutan desa, pengetahuan tentangjenis habitat, sifat, kegunaan flora dan fauna.
Kehidupan masyarakat dayak tidak terlepas dari alam karena masyarakat masih memanfaatkannya untuk kebutuhan ekonomi yaitu ladang untuk
bertani, rotatn untuk membuat kerajinan tradisional khas dayak, tumbuh- tumbuhan hutan yang bisa dijadikan obat tradisional dan juga ada beberapa
tumbuhan hutan yang bisa dijadikan makanan. Kehidupan masyarakat dayak
benuaq
tidak terlepas dari alam, karena masyarakat dayak
benuaq
hidupnya masih bergantung dengan alam. Walaupun sekarang sudah jaman modern akan tetapi suku dayak
benuaq
memiliki pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan keterampilan sendiri dalam pengelolaan sumber daya alam.
Selain masih bergantung dengan alam, orang dayak
benuaq
juga terkenal dengan musik dan tarian tradisional. Alat-alat musik yang digunakan
oleh orang dayak seperti
sapeq
alat musik yang dipetik hampir menyerupai gitar,
gong, gendang
dan juga
gamelan
. Tarian tradisional dayak
Benuaq
seperti
tari gantar, tari beliatn dan tari ngelewai
. Tari
gantar
merupakan jenis
tari pergaulan muda – mudi yang berasal dari dayak
Benuaq dan Tunjung
. Gerakan-gerakan tari gantar ini melukiskan orang yang sedang menanam
padi.Tongkat melambangkan kayu penumbuk untuk membuat lubang ditanah.Sementara bambu yang didalamnya berisi biji-bijian melambangkan
benih padi dan wadahnya.Tarianyang diselenggarakan adalah hanya sekedar untuk hiburan bagi masyarakat dayak umumnya dan juga ada yang bermaksud
makna lain seperti tari
belian
yang diselenggarakan tidak sembarangan dan ritualnya yang dilakukan secara bertahap oleh ahlinya
dukun belian.
C. Hasil Penelitian
Menurut peneliti kepercayaan masyarakat disekitar lokasi penelitian tidak hanya dipandang dari segi religi atau kepercayaan saja
melainkan dapat menjadi bagian dalam pengetahuan lokal.Pengaruh sistem kepercayaan itu masih erat kaitannya dengan alam.
Berdasarkan data wawancara dengan beberapa narasumber didaerah sekitar, kepercayaan masyarakat dayak banyak sekali seperti
belian
, upacara adat kematian dan upacara pembersihan desa
gugu tahun.
Upacara
beliatn
bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan sebagainya.Setelah diubah menjadi
tarian, tarian
belian
biasanya disajikan pada acara – acara penerima tamu
atau upacara kesenian yang biasanya diselenggarakan. Kepercayaan masyarakat suku dayak
benuaq
terhadap alam agar alam dapat bersahabat dengan manusia di wujudkan dalam upacara
Gugu tahun
yang bertujuan untukmemelihara hubungan baik dengan Tuhan agar
memberi perlindungan supaya mereka terbebas dari malapetaka, supaya tanah menjadi subur serta curah hujan yang cukup.
Mitos bagi masyarakat dayak
benuaq
bersifat religius dan mereka masih percaya bahwa mitos itu masih berlaku hingga sekarang. Mitos
– mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat dayak
Benuaq
, didasarkan pada
hubungan antara
manusia dengan
alam. Masyarakat
dayak
Benuaq
percaya tentang mitos bahwa pada saat hujan kemudian timbul pelangi dan pelangi itu merupakan jelmaan ikan yang disebut
Juwata
yang menandakan adanya musim panas. Mitos yang lainnya adalah percaya bahwa jika hari telah senja anak-anak tidak boleh keluar dari
rumah alasannya takut diserang penyakit. Juga pada saat ada tetangga atau keluarga yang meninggal biasanya orang dayak
benuaq
tidak akan pergi ke ladang atau bertani karena pada hari tersebut merupakan hari yang tidak
baik untuk bertani. Selain masih percaya dengan mitos suku dayak
benuaq
sangat kental dengan aturan sistem adat yaitu berupa penjagaan tata tertib
masyarakat yang sifatnya memaksa, turun – temurun dari dahulu kala dan
tidak ada sistem hukum yang kuat. Sistem adat atau tata tertib bagi suku dayak
benuaq
akan tetap terjaga walaupun tanpa sistem hukum karena dayak
benuaq
mempunyai ketaatan otomatis terhadap adat yang sudah ada. Adatharus ditaati dan dihargai, jika terjadi pelanggaran maka secara
otomatis timbul reaksi masyarakat untuk menghukum pelanggar dengan berbagai macam denda secara adat.
Dalam sistem religi yang tercampur dengan adat seperti lambang berupa angka, suku dayak
benuaq
menganggap bahwa angka Delapan 8 adalah lambang kebaikan. Delapan jika dikurangi 1 sama dengan 7 itu
artinya bahwa kita sebagai manusia harus memberi waktu 1 hari untuk mengucap syukur kepada Tuhan.
1. Pandangan Masyarakat Terhadap Alam Semesta
Cara pandang masyarakat dayak terhadap alam didasari bagaimana masyarakat dayak
Benuaq
menganggap bahwa alam adalah sahabat. Bagi mereka, alam adalah sumber kehidupan dari dulu hingga sekarang.Maka
dari itu masyarakat percaya jika manusia tidak bersahabat dengan alam maka alam akan marah dan akibatnya akan timbul suatu bencana seperti
kemarau panjang, banjir, kebakaran hutan dan didatangi berbagai penyakit. Pandangan masyarakat terhadap alam biasanya berpatokan dengan
rasi bintang
dan fase-fase
bulan.Pada jaman
dahulu sukudayak
benuaq
mempunyai kalender yang disebut
Papan Ketika
didalam kalender tersebut terdapat nama-nama bulan dan nama-nama hari.
Papan ketika
adalah berbentuk 4 persegi panjang dan diberi tanda baik berupa lubang-lubang dipinggirnya lalu dimasukkan tali
–tali khusus dari benang dan serat kulit kayu kedalam lubang-lubang tadi. Juga terdapat tanda
– tanda tertentu pada semua permukaan papan dengan tujuan dan maksud
tertentu. Dipapan itu juga tertulis nama-nama hari yaitu:
1 Ahad
2 Senen
3 Selasa
4 Rebo
5 Kemis
6 Jemahat
7 Setu
Orang tua-tua dayak
Benuaq
dijaman dulu sangat yakin dengan melihat
papan ketika
ini tahu jika mau bepergian hari apa yang baik, hari apa banyak rejeki, hari apa tak ada rejeki, hari apa tak ada musuh dan hari
apa yang aman. Akan tetapi sekarang sudah tidak ada yang memiliki bentuk kalender tersebut.
Dalam melihat alam, masyarakat dayak berpatokan pada kenampakan alam yaitu
rasi bintang
dan fase-fase bulan digunakan sebagai patokan dalam bertani yaitu menanam padi atau tanaman lainnya agar tidak salah
dalam bercocok tanam dan pada saat panen dapat berhasil dengan baik. Rasi bintang merupakan sistem penanggalan suku dayak dalam sistem
pertanian yaitu dalam membuat ladang. Rasi bintang menurut suku dayak ada 12 yaitu:
1
Pengkuluq
, bulan juli yaitu musim
nebas
bagi suku dayak 2
Piuluq
, bulan agustus yaitu musim
nebang