Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 Berdasarkan beberapa literatur diatas menyatakan bahwa perempuan memiliki kecerdasan emosi lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Sebaliknya, Summiya, Hayat, dan Sheraz 2009, mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki tingkat kecerdasan emosi lebih tinggi daripada perempuan. Goleman 1999 juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan emosi secara keseluruhan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji perbedaan kecerdasan emosi antara laki- laki dan perempuan dewasa dini.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan usia dewasa dini?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan usia dewasa dini.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang psikologi khususnya psikologi perkembangan. Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan dewasa dini. 6 2. Secara praktis a. Bagi peneliti, agar dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan usia dewasa dini pada masyarakat indonesia b. Bagi orang dewasa dini, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan saran agar orang dewasa dini dapat lebih memahami bahwa pentingnya memiliki kecerdasan emosi dalam hidupnya di masa-masa yang akan datang. Sehingga setiap individu dapat dapat hidup bahagia dengan memiliki interaksi sosial yang baik. Laki-laki dan perempuan dewasa dini diharapkan dapat memahami macam-macam emosi yang dimiliki pada setiap individu sehingga mereka dapat meningkatkan kecerdasan emosinya. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Dewasa Dini

1. Pengertian Masa Dewasa Dini

Hurlock 1997 mengatakan bahwa orang dewasa dini adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Sebagai orang dewasa dini mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri secara mandiri. Orang dewasa dini umumnya berkisar antara usia 18 tahun hingga usia 40 tahun. Menurut Santrock 2002 masa dewasa dini adalah masa transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi. Masa dewasa dini ditandai ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap. Masa dewasa dini berkisar antara awal usia 20 tahun hingga 30an tahun. Menurut Papalia,dkk 2009, masa dewasa dini diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang biasanya memiliki rentang waktu antara remaja akhir hingga usia pertengahan dua puluhan. Hal ini seing disebut dengan emerging adulthood. Masa dewasa dini dimulai pada usia 20 tahun sampai usia 40 tahun. Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan bahwa masa dewasa dini adalah masa transisi dari remaja akhir. Hal ini didasarkan pada beberapa 8 batasan umur yang dikemukakan para ahli tersebut, sehingga peneliti menggunakan batasan usia dewasa dini menurut Papalia 2009 yaitu dimulai dari usia 20 tahun hingga 40 tahun. Peneliti memilih ini disebabkan batasan usia yang tidak terlalu besar sehingga lebih spesifik.

2. Ciri-ciri Masa Dewasa Dini

Hurlock 1997 mengemukakan ciri-ciri yang menonjol dalam tahun-tahun masa dewasa dini, yaitu : 1. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa pengaturan” Masa pengaturan ini adalah masa ketika seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dalam kehidupannya. Pria muda mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditanganinya sebagai kariernya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. 2. Masa Dewasa Dini sebagai “ Masa Reproduktif” Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga. Masa reproduktif dapat ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa dini yang belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan pendidikannya dan memulai karirnya. 3. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah” Masa dewasa dini banyak dipenuhi dengan masalah. Masalah yang biasanya muncul adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri. Masalah yang dihadapi seperti masalah pekerjaan atau 9 jabatan, masalah teman hidup maupun masalah keuangan yang semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya. 4. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Ketegangan Emosional” Ketegangan emosi seringkali muncul dalam kekhawatiran- kekhawatiran seperti kekhawatiran pada pekerjaan mereka, masalah perkawinan dan peran sebagai orangtua. Seseorang dalam masa dewasa dini atau pertengahan tiga puluhan dianggap telah mampu memecahkan masalah dengan cukup baik dan dapat mengontrol ketegangan emosi, sehingga seseorang dapat mencapai emosi yang stabil. 5. Dewasa Dini sebagai “Masa Keterasingan Sosial” Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya pada masa remaja menjadi renggang, dan bersamaan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya, seseorang dewasa dini akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut Erikson sebagai “krisis keterasingan”. 6. Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Komitmen” Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa yang mandiri. Hal ini membuat mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru.