46
4. Uji Hipotesis
Pada hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai probabilitas keseluruhan dan sebaran pada perempuan menunjukan bahwa p0,05
sehingga dinyatakan tidak normal. Ketidaknormalan tersebut menunjukan angka yang tidak terlalu parah. Selain itu, Uji t juga termasuk analisis
statistik yang agak kebal dengan kondisi ketidaknormalan sehingga uji t tetap dapat digunakan Santoso, 2010
Perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t-test dengan bantuan program SPSS 16.0 for
windows. Hipotesis dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam kecerdasan emosi.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai t sebesar -0,099 dengan probabilitas 0,922 p0,05 maka dinyatakan tidak ada perbedaan
signifikan antara laki-laki dan perempuan dewasa dini dalam kecerdasan emosi.
Pada tabel group statistic kecerdasan emosi terlihat bahwa mean laki- laki dan perempuan hampir sama. Hal ini berarti bahwa laki-laki dan
perempuan tidak memiliki perbedaan kecerdasan emosi. Oleh sebab itu, hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti.
C. Analisis Tambahan
Uji hipotesis tambahan dilakukan untuk mengetahui perbedaan dari setiap komponen yang ada dalam kecerdasan emosi. Dalam hal ini peneliti menguji
hipotesis berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam kecerdasan
47
emosi yaitu mengenal emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis per komponen dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan pada keempat komponen kecerdasan emosi kecuali komponen
mengelola emosi pada laki-laki dan perempuan. Hasil uji t dari komponen mengenal emosi diri yang ditunjukan oleh kelompok laki-laki dan perempuan
dewasa dini adalah p sebesar 0,413. Karena P 0,05, maka dinyatakan tidak ada perbedaaan yang signifikan. Sama halnya dengan komponen memotivasi
diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan, secara rinci dari komponen memotivasi diri diperoleh untuk nilai p sebesar 0,839. Karena p
0,05 maka dinyatakan tidak ada perbedaan kecerdasan emosi. Berdasarkan komponen mengenali emosi orang lain diperoleh p sebesar 0,525. Hal ini
juga menunjukan hasil yang tidak siginifikan. Begitu pula pada komponen membina hubungan diperoleh p sebesar 0,893 p0,05 juga menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, pada komponen mengelola emosi diperoleh p sebesar 0,021 p0,05 yang menyatakan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dewasa dini.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan, diketahui bahwa secara umum hipotesis yang diajukan peneliti tidak terbukti, yakni tidak ada
perbedaan yang signifikan kecerdasan emosi pada laki-laki dan perempuan dewasa dini. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Khalili 2011 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
48
kecerdasan emosional yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Adapun penelitian lain, Khaterina dan Garliah 2012 menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan secara keseluruhan.
Secara umum, keseluruhan kelompok menunjukan bahwa mereka sama- sama memiliki kecerdasan emosi yang hampir sama. Kemiripan dalam
kecerdasan emosi antara laki-laki dan perempuan dewasa dini ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Goleman 2009 mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi
penting bagi kehidupan karena memungkinkan seseorang untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang sangat baik dan memiliki
dukungan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengasah dan mempelajari
kemampuan kecerdasan emosi yang mereka miliki guna mendukung kehidupan yang lebih harmonis. Secara teoritis, terdapat beberapa yakni
faktor pengalaman diri sendiri dan jenis kelamin yang mendukung seseorang untuk belajar menangani suasana hati dan menangani emosi yang
menyulitkan. Selain itu, kemiripan ini dapat disebabkan oleh pengaruh karakteristik subjek pada penelitian ini. Subjek penelitian ini mayoritas
dancer. Seorang dancer secara tidak langsung akan mendapatkan kecerdasan emosi dan kreativitas karena gerakan dalam tarian dapat menciptakan
semangat dan sensasi emosi. Setiap dancer harus dapat menguasai diri untuk dapat mensinkronkan gerakan yang dilakukan dengan ketukan music yang
didengarkan. Proses itulah yang membentuk kecerdasan emosi seseorang