83
1. Tentukan makna imbuhan meng-kan dan meng-i pada
tiap kalimat berikut
a. Adik sedang membukai al-
bum. b. Siapa yang
merusakkan pa- gar ini?
c. Kedua anak itu sedang me-
nandatangani surat per- nyataan.
d. Kami sedang menomori
meja peserta ujian. e. Panitia akan
mendatangkan penyanyi terkenal pada
acara ini.
2. Pakailah kata-kata berim- buhan
meng-kan atau meng-i di bawah ini untuk
menyusun sebuah kalimat, lalu tentukan makna im-
buhan tersebut
a. mengatakan b. mengatai
c. mengambilkan d. mengambili
e. menyamakan f. menyejahterakan
g. menandatangani h. meniduri
i. memetikkan
Rupanya David
membawakan
saya bingkisan khusus.
b. Kausatif
1. Menyebabkan seseorang atau sesuatu tindakan seperti yang
disebutkan pada kata dasarnya. Contoh: Pemerintah
mendatangkan
paha ayam dari Amerika. 2.
Menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi seperti yang disebutkan pada kata dasarnya. Contoh:
Sebaiknya kamu membetulkan
konsep ini sebelum kamu ajukan ke gurumu
3. Menyebabkan jadi atau menganggap sebagai apa yang disebut
kata dasarnya. Contoh: Sebaiknya kita jangan terlalu
mendewakan
uang. 4.
Membawa ke tempat yang disebut pada kata dasarnya. Contoh: Perusahan itu
memejahijaukan
salah satu karyawannya karena memakai sandal bolong.
6.2.3 Makna Imbuhan meng-i
Makna imbuhan meng-i dibedakan menjadi imbuhan bermakna
kuantitatif, berarti memberi, dan berhubungan dengan tempat.
a. Kuantitatif
Melakukan sesuatu atau tindakan yang berulang-ulang seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya. Contoh:
Mereka memukuli
pencopet itu.
b. Memberi
Melakukan tindakan memberi kepada seseorang atau sesuatu seperti yang disebutkan oleh kata dasarnya. Contoh:
Percuma saja, perbuatanmu itu bagaikan
menggarami
laut.
c. Tempat
Melakukan tindakan terhadap orang atau sesuatu yang ber- hubungan dengan tempat seperti yang disebutkan oleh kata
dasarnya. Contoh:
Teguh mendatangi
rumah pacarnya.
d. Kausatif
Contoh: Air matanya telah
membasahi
pipinya yang merah.
Di unduh dari : Bukupaket.com
84
Mitos Kekayaan
Siapa di antara Anda yang tidak ingin menjadi kaya? Kaya di sini tentu saja dalam artian memiliki aset yang lebih dari cukup,
baik itu aset likuid maupun nonlikuid. Tapi, sebagian dari Anda boleh jadi akan menjawab bahwa kekayaan bukan hal penting.
Yang terpenting adalah bagaimana bisa hidup bahagia.
Untuk tidak terjebak pada makna kekayaan, baik dalam pandangan yang menganggap kekayaan adalah segalanya dan
juga sebaliknya, tidak salah jika kita cermati beberapa mitos yang mengemukakan dalam masyarakat berkaitan dengan uang atau
pun kekayaan.
Pertama, uang tidak pernah cukup, maka harus dikejar terus. Mitos ini salah kaprah, karena pada galibnya uang selalu cukup
sepanjang kita tahu bagaimana memanfaatkan dan mengelolanya. Untuk mengelola uang sehingga bisa bertumbuh dan menjadi
cukup, selayaknya setiap orang memililiki perencanaan bagaimana mencari dan menggunakan uang.
Salah satu cara yang paling sederhana adalah menentukan lebih dulu berapa uang yang Anda perlukan untuk memenuhi kebu-
tuhan primer, sekunder, dan tersier. Memang, tingkat kehidupan yang Anda inginkan harus ditetapkan dahulu.
Setelah itu, Anda tentu akan mencari penghasilan. Di sini yang perlu Anda pastikan bukan mencari penghasilan sebesar-besarnya,
melainkan bagaimana Anda memiliki kemampuan menghasilkan uang secara langgeng dan mampu memenuhi kebutuhan hidup
Anda.
Jadi, bukan bagaimana mencari uang sebanyak-banyak- nya,melainkan mengkondisikan keadaan sehingga Anda memiliki
uang yang cukup secara langgeng. Konkretnya, buat apa Anda memiliki uang dalam jumlah besar, kalau beberapa saat kemudian
uang tersebut habis. Jauh lebih baik jika Anda memiliki uang cukup, namun terus berkelanjutan.
Kedua, jika memiliki uang, orang dapat memenuhi semua keinginannya. Ini juga keliru. Tidak semua hal di dunia ini bisa
dibeli dengan uang. Hal-hal yang menyangkut “rasa” di hati, kerap tidak terkait dengan uang. Kalau pun ada yang mencoba mem-
beli, sifatnya artifisial dan hanya sementara. Jadi, kalau pada dasarnya memang tidak bahagia, maka kendati memiliki uang
berkarung-karung tetap saja tidak bahagia.
Oleh karena itu, jangan pernah berpikir uang merupakan satu- satunya cara mencapai tujuan hidup Anda. Atau di sisi lain, jika
Anda masih merasa belum mampu mendapatkan dalam jumlah memadai, bukan berarti kiamat. Berapa pun uang Anda,
sebenarnya, tetap cukup, sepanjang Anda mau melakukan penyesuaian.
Ketiga, uang perlu dicari agar bisa pensiun segera dan tidak perlu bekerja lagi. Ini juga tidak terlalu tepat. Bekerja dan mencari
uang adalah dua hal berbeda. Artinya, jika mencintai pekerjaan
WACANA A
1. Bentuklah kelompok Setiap kelompok 3—4 siswa.
2. Datalah kata-kata yang berim- buhan
meng-kan dan meng-i dari
WACANA A dan tentukan
pula maknanya Tuliskan dalam bentuk tabel seperti
TABEL B
sesudah wacana 3. Buatlah paragraf yang mengan-
dung 5 kata berim-buhan meng-
kan 4. Buatlah paragraf yang mengan-
dung 5 kata berimbuhan meng-i
Gbr. 6.3 Banyaknya uang yang dimiliki,
dapat mengukur kekayaan seseorang
G P
M d
o c.
Di unduh dari : Bukupaket.com
85
dan mendapatkan makna hidup di situ, mengapa mesti pensiun? Dengan kata lain, bekerja tidak
selalu identik demi uang. Akan tetapi, jika peker- jaan Anda hanya memberi beban hidup, kendati
menghasilkan banyak uang, untuk apa Anda lanjut- kan? Pekerjaan dan uang itu mungkin sudah tidak
bisa dinikmati lagi.
Di sisi lain, jika Anda merasa klop dengan pekerjaan, kendati uang yang dihasilkan tidak
terlalu banyak, namun bisa memberi kelang- gengan, sebaiknya Anda berpikir dua kali soal
uang. Hal yang penting, penghasilan Anda mema- dai, dalam arti dapat memenuhi kebutuhan Anda
dalam jangka panjang, bahkan sampai pensiun.
Keempat, untuk menjadi kaya harus berpen- didikan tinggi. Mitos ini ada benarnya, tetapi tidak
seratus persen. Realitasnya, kita melihat banyak orang tidak berpendidikan tinggi, tetapi memiliki
aset sangat besar. Sebaliknya, tidak sedikit ka- langan memiliki latar pendidikan tinggi, tetapi
hidup serba kekurangan. Yang benar adalah bagai- mana memanfaatkan pendidikan tinggi yang
dimiliki untuk bekerja atau memilih pekerjaan sesuai dengan minat dan memberikan penghasilan
memadai.
Kelima, jika berhasil memiliki uang lebih banyak, akan lebih besar kesempatan menabung.
Ini benar-benar pelecehan, sebab menabung bisa dilakukan pada jumlah berapa pun. Menabung
tidak bergantung pada besarnya pendapatan, tetapi lebih pada kemauan. Lebih dari itu, kebia-
saan banyak orang, semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran.
Selain kelima hal tersebut, masih banyak mi- tos lain berkaitan dengan uang dan kekayaan yang
berkembang di masyarakat. Namun, lepas apakah ada yang percaya dan terpengaruh atau tidak,
intinya sebagian mitos tersebut tidak berdasar. Oleh karena itu, ada baiknya Anda mengubah para-
digma dan menjadikan mitos sebagai referensi mencari kekayaan.
Hal yang utama, tentukan kembali tujuan hidup Anda. Kalau Anda tidak punya tujuan hidup,
buat apa hidup? Tentu saja tujuan hidup setiap orang berbeda dan setiap orang berhak menen-
tukan tujuan hidup masing-masing.
Untuk mencapai tujuan hidup tersebut, siapa pun selayaknya memiliki perencanaan. Lazimnya,
salah satu bagian dari tujuan hidup adalah me- miliki tujuan keuangan, sekaligus membuat pe-
rencanaan. Dalam kaitan perencanaan keuangan inilah Anda mesti mampu menghindarkan diri dari
mitos-mitos keuangan.
Elvyn G Masassya, “Praktisi Keuangan”
Sumber: Kompas, 6 Februari 2005
No Kata berimbuhan
meng-kan dan meng-i Kalimat
Makna imbuhan
1. 2.
3. 4.
5.
TABEL B
6.3 Membaca Puisi