Coping Stres Pada Mahasiswa Yang Menikah Pasca Seks Pranikah

akibat antara aspek atau faktor yang membentuk suatu fenomena merupakan sesuatu yang penting untuk dijelaskan. Studi kasus juga memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dari kasus atau masalah yang diangkat. Penelitian ini sesuai dengan model studi kasus karena informan penelitian memiliki pengalaman yang unik, yaitu bertanggung jawab dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi sekaligus membina rumah tangga pada saat yang sama pasca seks pranikah. Oleh karena itu, studi kasus sejalan untuk mendeskripsikan coping stres pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah.

3.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini hendak memfokuskan pada penggalian informasi mengenai berbagai masalah yang kemungkinan memicu stres yang disertai dengan coping pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah tiga mahasiswa yang masih aktif kuliah dan menikah pasca seks pranikah. Rentang usia mereka adalah 18-25 tahun. Mengacu pada kriteria ini, tentunya mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah memiliki potensi stres karena belum menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi namun pada saat yang sama harus mengemban tanggung jawab sebagai istri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sekaligus ibu. Pada pelaksanaannya, hanya dua informan yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara. Stewart dan Cash dalam Herdiansyah, 2015 menyatakan bahwa wawancara adalah suatu informasi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau sharing aturan, tanggung jawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara melibatkan komunikasi dua arah antara informan dan peneliti sehingga dapat mencapai tujuan melalui komunikasi tersebut. Ada tiga bentuk wawancara dalam penelitian kualitatif Herdiansyah, 2015, yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi-terstruktur karena sifatnya yang fleksibel bagi peneliti untuk menyesuaikan informasi yang berasal dari cerita informan. Terdapat lima tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan pengambilan atau pengumpulan data. Pertama, peneliti mencari informan yang sesuai dengan kriteria informan penelitian. Kedua, meminta kesediaan informan untuk diwawancarai dan mengatur jadwal pertemuan. Ketiga, peneliti membuat kesepakatan untuk pengambilan data yang jaminan kerahasiannya dituangkan secara tertulis dalam informed consent lalu ditanda tangani kedua belah pihak. Keempat, peneliti membangun rapport dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI informan sekaligus menyampaikan tujuan penelitian. Kelima, peneliti mulai melakukan pengambilan data dengan alat perekam dalam proses wawancara. Pada proses pengumpulan data, peneliti memberikan pertanyaan terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan dari panduan wawancara sehingga dapat dijadikan sebagai patokan wawancara. Penduan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sub-pertanyaan yang berasal dari pertanyaan penelitian. Tabel 1. Panduan Wawancara Pertanyaan Penelitian Panduan Wawancara Bagaimana suka duka pengalaman anda selama berumah tangga ? • Bisakah anda menceritakan aktivitas anda setiap hari ? • Menurut anda, apa saja pengalaman yang berkesan ? • Bagaimana dengan duka atau permasalahan yang pernah terjadi ? Bagaimana usaha atau cara anda untuk mengatasi permasalahan ? • Bagaimana menyelesaikan setiap permasalahan yang menghampiri anda ? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.5 Metode Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Herdiansyah, 2015 mengemukakan tahapan dalam melakukan analisis data kualitatif, antara lain : 1. Tahap pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data berupa hasil wawancara yang sesuai dengan topik penelitian. 2. Tahap reduksi data yang merupakan proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data menjadi satu bentuk tulisan script. Rekaman hasil wawancara diubah menjadi bentuk verbatim wawancara kemudian dianalisis oleh peneliti. 3. Tahap display data, yaitu mengolah data setengah jadi yang seragam ke dalam bentuk tulisan dan memiliki alur tema yang jelas melalui tabel akumulasi data. Peneliti lalu membuat matriks kategorisasi sesuai kategori atau pengelompokan tema-tema. Tema yang ada dipecah dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana, yaitu subtema. Setelah itu, peneliti memberi kode coding dari subtema yang sesuai dengan verbatim wawancara. 4. Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahapan akhir dalam menganalisis data. Ada tiga cara yang perlu dilakukan dalam tahapan ini. Pertama, menguraikan subkategori tema dalam tabel kategorisasi dan pengodean disertai dengan quote verbatim wawancara. Kedua, memberi penjelasan hasil penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian sebelumnya. Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan atau hasil penelitian.