Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

sakit kepala, jantung berdebar, kelelahan, dan sulit tidur. Sementara itu, dampak psikologis yang terjadi pada mereka, yaitu ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas serta keadaan emosi yang tidak terkendali. Usaha untuk beradaptasi pada stresor disebut coping. Lazarus dan Folkman dalam Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 2000 mendefinisikan coping stres sebagai usaha secara kognitif dan perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal maupun internal yang dinilai melebihi kemampuan individu. Passer dan Smith 2007 membagi coping stres menjadi tiga jenis, yaitu problem focused coping, emotional focused coping, dan seeking social support. Problem focused coping adalah strategi individu yang mencoba untuk menghadapi dan menangani tuntutan akan situasi atau usaha untuk mengubah situasi bermasalah sehingga tidak menimbulkan stres. Emotional focused coping adalah usaha individu dengan mencoba untuk mengelola respon emosional dari situasi yang menyebabkan terjadinya stres. Sedangkan Seeking social support yaitu strategi individu dengan cara beralih ke orang lain untuk mencari bantuan dan dukungan emosional pada saat stres. Bantuan dan dukungan dari orang lain bisa dapat berupa materi atau non materi. Bart Smet 1994 menjelaskan bahwa coping stres yang efektif adalah coping yang disesuaikan dengan jenis stres dan situasi. Apabila coping stres tidak efektif maka stresor tidak berubah atau kemungkinan mengalami peningkatan yang berdampak pada kestabilan hidup sehari-hari. Hal ini turut menjelaskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahwa apabila mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah tidak menanggulangi permasalahannya stresor maka timbul dampak negatif yang mempengaruhi stabilitas kehidupan mereka. Oleh karena itu, penelitian mengenai coping stres sangatlah penting untuk dilakukan. Siswanto 2007 menambahkan bahwa coping stres penting dilakukan karena coping tersebut membantu seseorang beradaptasi dan bertahan atau keluar dari permasalahan yang mempengaruhi kehidupannya. Di samping dampak yang mempengaruhi kestabilan hidup setelah menikah, penelitian ini penting dilakukan karena secara statistik seks pranikah pada mahasiswa mengalami peningkatan sesuai dengan pemaparan peneliti di awal. Penelitian ini juga menyajikan kekhususan pada informan yang menjalani peran gandanya sebagai mahasiswa, istri, sekaligus sebagai seorang ibu yang belum pernah diteliti. Kebanyakan penelitian sebelumnya memilih informan yang tidak menikah secara sah lalu melanjutkan pendidikan atau sebaliknya memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi dan menikah untuk membina rumah tangga seperti penelitian oleh Hutama 2014. Padahal Papalia 2008 mengungkapkan bahwa pendidikan dan pernikahan itu sendiri berpengaruh positif pada kehidupan di masa yang akan datang terkait skill, pekerjaan dan karier, serta kehidupan dalam menjalani rumah tangga dengan suami dan anak. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai coping stres pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah dengan metode kualitatif. Sejalan dengan pendapat Creswell dalam Herdiansyah, 2015 bahwa penelitian kualitatif dengan model studi kasus menekankan eksplorasi yang saling terkait satu sama lain, yaitu eksplorasi atas stresor pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah yang disertai penggalian informasi secara mendalam untuk mendeskripsikan coping stres yang digunakan oleh mereka. Penelitian ini sesuai dengan model studi kasus karena informan penelitian memiliki pengalaman yang unik, yaitu bertanggung jawab dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi sekaligus membina rumah tangga pada saat yang sama.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana coping stres pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan coping stres yang digunakan pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memberi sumbangan dalam kajian ilmu psikologi perkembangan dan ilmu psikologi pada umumnya mengenai coping stres pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai coping stres pada mahasiswa lainnya yang memiliki permasalahan serupa sehingga mereka bisa mengurangi dampak negatif yang mempengaruhi stabilitas kehidupannya. Selanjutnya hasil penelitian ini juga diharapkan agar memberi gambaran bagi keluarga atau kerabat dekat dari mahasiswa lainnya untuk lebih memahami keadaan mereka. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Definisi Stres

Looker dan Gregson 2004 mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan yang dialami ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima dengan kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah yang berasal dari berbagai bidang kehidupan Ardani, 2007. Priyoto 2014 menyatakan bahwa stres berkaitan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau situasi yang menekan. Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu situasi ketika individu mengalami tekanan internal maupun eksternal serta situasi bermasalah lainnya yang tidak sesuai kemampuan individu sehingga menimbulkan reaksi fisik, psikologis, dan reaksi sosial yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Penyebab Stres

Menurut Priyoto 2014, sumber stres atau suatu hal yang menyebabkan stres disebut sebagai stresor. Atkinson 2010 mengungkapkan bahwa banyak peristiwa yang dapat menyebabkan stres. Sebagian darinya adalah perubahan besar yang mempengaruhi banyak orang sekaligus atau peristiwa traumatik, misalnya perang, kecelakaan nuklir, gempa bumi, dan kecelakaan yang mengerikan tabrakan mobil atau pesawat. Peristiwa lainnya adalah perubahan dalam kehidupan seseorang, seperti pindah ke tempat yang baru, pindah kerja, menikah, kehilangan teman, menderita penyakit serius. Percekcokan sehari-hari juga dirasakan sebagai stresor, misalnya perbedaan pendapat dengan orang lain. Stresor juga berasal dari individu yang merupakan proses internal, yaitu konflik antara tujuan atau tindakan yang tidak sejalan atau bertentangan. Konflik juga dapat timbul jika dua kebutuhan internal atau motif berlawanan di dalam masyarakat. Sarafino dalam Smet, 1994 membedakan penyebab atau sumber stres itu dapat berasal dari dalam diri individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Stres dari individu akan muncul melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, saat individu mengalami konflik. Penyebab stres dari keluarga biasanya muncul karena interaksi antara anggota keluarga. Di komunitas dan lingkungan masyarakat, penyebab stres yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI muncul juga akibat interaksi individu dengan lingkungannya, misalnya dalam dunia pekerjaan, pendidikan, komunitas tertentu, atau keadaan lingkungan fisik seperti suhu, cuaca, kecelakaan, dan bencana alam. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa stresor dapat berasal dari berbagai konflik dalam kehidupan individu baik secara internal maupun eksternal.

2.1.3 Gejala Stres

Secara umum, ada dua gejala stres yang sering muncul, yaitu gejala fisik dan psikologis Priyoto, 2014. Gejala fisik yang muncul ketika stres adalah sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, keringat dingin, lelah, sukar tidur, merasa gerah, alergi, tekanan darah tinggi. Gejala psikologis yang muncul secara kognitif, yaitu cenderung memiliki ingatan yang lemah atau pelupa, sulit berkonsentrasi, merasa tidak berguna, dan tidak mampu mengatasi permasalahan. Individu juga cenderung mengalami ketidakstabilan emosional seperti mudah marah atau sedih, merasa cemas, dan frustasi. Perilaku yang cenderung muncul saat stres adalah peningkatan atau pengurangan perilaku tertentu.