Penokohan Kepolisian Jepang Konsep

dalam sistem kepolisian yang demikian terdapat sistem kontrol atau pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan tujuan agar dapat dihindari berbagai penyalahgunaan organisasi polisi nasional serta guna mencapai efektivitas, efisiensi dan keseragaman dalam hal pelaksanaan pelayanan kepada publik Hidayat,2010 Kepolisian Jepang memiliki struktur Organisasi Kepolisian Nasional atau National Police Organization NPO yang terdiri dari dua bagian bersekala besar yaitu National Public Safety Commission NPSC dan National Police Agency NPA Irwan, 2014.National Public Safety Commission NPSC merupakan lembaga yang memiliki tugas untuk supervisi administratif terhadap NPA. Komisi ini bertanggung jawab terhadap semua operasional dan kegiatan kepolisian berkenaan dengan keselamatan publik, latihan komunikasi, identifikasi penjahat, statistik kriminal dan peralatan serta berbagai hal yang berkaitan dengan administrasi kepolisian. National Police Agency NPA memiliki tugas dalam bertanggung jawab terhadap perencanaan perundang undangan kepolisian, standar kegiatan Polisi dan sistem kepolisian. Organisasi NPA ditingkat regional adalah Regional Police Bureau RPB. RPB ini berada di bawah NPA yang bertugas melaksanakan fungsi kepolisian di masing-masing regional Irmawan, 2014. Pada tahun 1874 mulai didirikan departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo serta diberlakukan pembatasan daerah kekuasaan gubernur yang merupakan yuridiksi satuan polisi. Selain itu, pemerintah juga membuat kembali peraturan baru bagi sistem kepolisisan Jepang Parker, 2002: 32-33

2.2.4 Polisi Unggulan

Unggul dalam kamus besar Indonesia memiliki arti lebih baik, utama atau lebih tinggi. menurut Sutrisno 2009:16-17 mengatakan bahwa sumber daya manusia yang unggul merupakan pribadi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras dengan penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang secara maksimal, sehingga pribadi tersebut mampu lebih baik dan berprestasi. Oleh karena itu polisi unggulan merupakan pribadi polisi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga pribadi tersebut menjadi lebih baik dan memiliki karirir yang lebih tinggi. pada dinas kepolisian Jepang, setiap anggota polisi diberikan kesempatan untuk berkarir dan mengmbangkan dirinya, Dinas Kepolisian Jepang membuka kesempatan kepada seluruh anggota jika ingin berkarir akan melalui tahap seleksi. Namun jika seorang polisi berprestai maka pimpinan kepolisian berhak untuk menunjuk dan menugaskannya Parker, 2002: 221-222

2.2.5 Motivasi

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong prilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Hal yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan aktivitas tertentu pada umumnya karena kebutuhan atau keinginan Sutrisno, 2009:109. Motif sering kali disamakan dengan dorongan . Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. Hasibuan, 2005:101 Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, atau dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Hamzah, 2006:01

2.3 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini menggunakan dua teori yang berkaitan dengan pembahasan dari permasalahan penelitian, untuk itu digunakan teori psikologi sastra dan teori motivasi. Adapun penjelasannya akan dibahas sebagai berikut:

2.3.1 Teori Psikologi Sastra

Psikologi sastra digunakan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra melalui pemahaman terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Karya sastra ini juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kejiwaan. Cara yang akan dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra adalah memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh- tokoh fiksional dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra, pengarang memasukkan berbagai aspek kehidupan kedalamnya, khususnya aspek kejiwaan yang dimasukkan ke dalam tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra