Motivasi Tokoh Takako Otomichi Sebagai Seorang Polisi Wanita Unggulan dalam Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami.

(1)

SKRIPSI

MOTIVASI TOKOH TAKAKO OTOMICHI SEBAGAI

SEORANG POLISI WANITA UNGGULAN DALAM

NOVEL

KOGOERU KIBA

KARYA ASA NONAMI

Oleh

GEDE FERI KARTIANA 1201705033

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Atas rahmat-Nya penulisan skripsi yang berjudul “Motivasi Tokoh Takako Otomichi Sebagai Seorang Polisi Wanita Unggulan dalam Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami” ini dapat diselesaikan

dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam jenjang strata satu pada Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada I Gede Oeinada, S.S., M.Hum., sebagai dosen pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Silvia Darmayanti, S.S., M.Hum., sebagai dosen pembimbing kedua yang rela menyisihkan waktu disela-sela kesibukannya serta dengan sangat sabar membimbing, memberi arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih ditujukan pula kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suatika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasislitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas izin yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program sarjana. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ni Luh Putu Ari


(4)

Sulatri, S.S., M.Si., sebgai ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Imu Budaya Universitas Udayana. Ucapan terima kasih disertai penghargaan kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Jepang yang telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh perhatian sejak awal perkuliahan sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada Ni Made Dian Aryani, S.S.,M.Hum., yang senantiasa selalu mendukung dan menjadi teman sharing selama menjadi mahasiswa.

Orang tua tercinta, Nyoman Subrata dan Made Arsiki, adik Kadek Devi Widiastina dan seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan baik moral maupun materi kepada penulis selama ini. Penulis juga sampaikan terimakasi kepada yang tercinta Ariska Ratnadila Dewantari atas kasih sayang, doa dan motivasi saat kebingungan muncul. Terima kasih kepada sahabat The Cholo yaitu Dewa Gede Anggri Pindandhika, S.S dan Made Hery Kusumajaya yang memberi dukungan dan semangat sejak awal perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya. Serta para sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan di organisasi Senat Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya pada masa bakti 2010-2014 yang selalu memberi pengalaman berharga selama menjadi mahasiswa. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Tiari Christin Medah yang telah memberi novel

Kogoeru Kiba dan tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat


(5)

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini dapat lebih baik lagi untuk kepentingan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, April 2015


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Motivasi Tokoh Takako Otomichi Sebagai Seorang Polisi Wanita Unggulan dalam Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan psikologi tokoh Takako Otomichi dan mengetahui motivasi dari tokoh Takako Otomichi untuk menjadi seorang polisi wanita unggulan pada Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud, dan teori Motivasi kebutuhan dari Abraham Maslow. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode deskriptif analisis.

Hasil dari analisis psikologi tokoh Takako Otomichi yaitu id, ego dan

superego berjalan seimbang. Id Takako Otomichi berisi keinginanya untuk menjadi polisi wanita ungula, ego mengontrol jalanya id dan superego bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada.

Dalam penelitian ini motivasi tokoh Takako Otomichi didorang oleh lima tingkat kebutuhan yaitu pertama (1) Kebutuhan fisiologis membuat Takako Otomichi bekerja sebagai polisi wanita untuk mendapatkan penghasilan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Kedua (2) Kebutuhan rasa aman, mendorongnya bergabung pada dinas kepolisian, sehingga Takako Otomichi mendapat berbagai fasilitas seprti asuransi kesehatan dan tunjangan hari tua. Ketiga (3) Kebutuhan hubungan sosial, mendorong Takako Otomichi untuk menikah dengan pria pilihannya. Keempat (4) Kebutuhan pengakuan, membuat Takako Otomichi termotivasi untuk mengejar pelaku kejahatan, sehingga keberhasilanya diakui oleh rekan kerjanya. Kelima (5) Kebutuhan aktualisasi diri, mendorong Takako Otomichi bekerja giat dan tekun, sehingga mampu berkarir menjadi seorang ditektif polisi wanita dan mengabdikan kemampuannya untuk keamanan masyarakat

Kata Kunci : Psikologi Sastra, Motivasi, Polisi Jepang


(7)

本研究 題目 凍え 牙 言う乃南アサ 小説 注目 婦警

し 音道貴子 機 あ 本研究 目的 東京都 警視庁

注目 婦警 た 音道貴子 心理状況 機 を知 た

本研究 精神分析学 言うSigmund Freud 理論 自己実現理論 言

う Abraham Maslow 理論を使用さ た 収集さ たデータ 記述的分

析を用い 分析さ た

本研究 解析した結果 音道貴子 エス Id 自我 Ego 超自

Super Ego 言う概念 バ ンス っ いく あ 音

道貴子 エス 注目 婦警 う 願い あ 音道貴子 自我

エスを制御し 音道貴子 超自我 社会規範 基 い 行為す

本研究 音道貴子 機 欲求を 段階 階層 理論化した

あ 次 通 あ . 生理的欲求 音道貴子 給料

基本的 欲求 満たせ う 婦警 った した あ

. 安全 欲求 健康保険や退職金等 いう施設を貰うた 警

視庁 参加す 音道貴子を励 した あ . 社会的

欲求 好 男性 結婚 す 音道貴子を励 した

あ . 承認 欲求 同僚 正常 認識さ う 犯人

逮捕を 機付 た 音道貴子を励 した あ . 自

己実現 欲求 婦警探偵 し キャ ア出来 又公共 安全 た

能力を捧 う 一所懸命 仕事す た 音道貴子を励 した


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAK ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Ruang Lingkup ... 5

1.6 Sumber Data ... 5

1.7 Metode Penelitian ... 6

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 6

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 6


(9)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.2 Konsep ... 11

2.2.1 Tokoh ... 12

2.2.2 Penokohan ... 12

2.2.3 Kepolisian Jepang ... 13

2.2.4 Polisi Unggulan ... 14

2.2.5 Motivasi ... 15

2.3 Kerangka Teori ... 16

2.3.1 Teori Psikologi Sastra ... 16

2.3.2 Teori Motivasi ... 18

BAB III ASA NONAMI DAN KARYA-KARYANYA 3.1 Asa Nonami dan Karya – Karyanya ... 21

3.2 Novel Kogoeru Kiba ... 24

3.3 Sipnosis Novel Kogoeru Kiba ... 27

BAB IV PSIKOLOGI TOKOH TAKAKO OTOMICHI DALAM NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI 4.1 Penokohan ... 31

4.1.1 Dimensi Fisiologis Takako Otomichi ... 35

4.1.1.1Jenis Kelamin ... 35

4.1.1.2Usia ... 37


(10)

4.1.2 Dimensi Psikologis Takako Otomichi ... 41

4.1.2.1Watak ... 41

4.1.2.2Keadaan Emosi ... 53

4.1.2.3Ambisi ... 56

4.1.3 Dimensi Sosiologis Takako Otomichi ... 60

4.1.3.1Keluarga ... 61

4.1.3.2Pekerjaan ... 63

BAB V MOTIVASI TOKOH TAKAKO OTOMICHI SEBAGAI SEORANG POLISI WANITA UNGGULAN PADA NOVEL KOGOERU KIBA KARYA ASA NONAMI 5.1 Kebutuhan Fisiologis ... 66

5.2 Kebutuhan Rasa Aman ... 69

5.3 Kebutuhan Hubungan Sosial ... 72

5.4 Kebutuhan Pengakuan ... 75

5.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri ... 78

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 84

6.2 Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR UNDUHAN DAFTAR KAMUS CURRICULUM VITAE


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepolisian Jepang pada tahun 1874 mendirikan sebuah unit Departemen Kepolisian terbesar dengan sebutan Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo. Departmen ini didirikan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sebagai inspektur sanitasi dan mendeteksi serta menindak orang yang bermaksud menentang peraturan negara. Saat ini Departmen Kepolisian Metropolitan Tokyo telah memiliki jumlah polisi sebanyak 43.273 orang polisi, dari total jumlah tersebut sudah termasuk polisi wanita sebanyak 13.500 orang polisi (Wijaya, 2014). Dalam melakukan tugas di masyarakat, polisi wanita lebih banyak bertugas di dalam ruangan dan hanya sedikit dari polisi wanita yang bertugas dilapangan untuk terjun langsung ke masyarakat. Hal ini telah membuat sebuah perbedaan kerja antara polisi pria dan wanita. Ketertarikan minat wanita untuk bertugas dan terjun langsung di masyrakat sangatlah minim peminat, hal ini dikarenakan tanggung jawab serta resiko tugas yang lebih tinggi. Perjalanan hidup dari polisi wanita yang memiliki niat untuk mendapat pengalaman bertugas dan terjun langsung di masyarakat telah menginspirasi Asa Nonami yang dituangkan dalam karya novelnya yang berjul Kogoeru Kiba.

Seorang penulis asal Jepang yang bernama Asa Nonami yang dikenal di Jepang sebagai sorang novelis produktif yang sudah banyak menerbitkan karya fiksi pertamanya yang berjudul happy breakfast, pada tahun 1988 dan mendapat


(12)

Japanese Mystery and Suspense Award. Salah satu novel yang terkenal dari Asa Nonami adalah novel yang berjudul Kogoeru Kiba dalam terjemahannya berjudul

The Hunter. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1996 dan pada tahun yang sama Asa Nonami juga memenangkan Naoki Prize ke-115. Pada tahun 2001 novel yang berjudul Kogoeru Kiba dijadikan film dan disiarkan secara resmi oleh perusahaan televisi jepang yaitu NHK TV. Kemudian pada tahun 2010 disiarkan oleh Asahi TV dengan judul Onna Keiji Otomichi Takako – Kogoeru Kiba. Dan juga pada tahun 2012 novel ini diadaptasi ke dalam film layar lebar produksi dari korea selatan dengan judul Howling (Jodi, 2013).

Novel Kagoeru Kiba mengisahkan tentang kehidupan detektif polisi wanita yang bernama Takako Otomichi yang bekerja di Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo pada bagian daisankidososatai (unit investigasi ketiga). Kisah Takako Otomichi menceritakan perjalanan hidup tentang keinginannya menjadi polisi wanita. Keinginan Takako Otomichi tidak mendapat dukungan dari ibunya, namun Ayah Takako menghendaki lain dan mengizinkan Takako untuk menjadi seorang polisi. Meskipun tidak mendapat dukungan penuh dari keluarganya, hal tersebut telah membuat Takako Otomichi termotivasi untuk berjuang dalam mewujudkan keinginannya menjadi seorang polisi wanita.

Motivasi merupakan suatu kekuatan dasar yang terdapat dalam diri organisme yang menyababkan organisme itu berbuat atau bertindak (Sunaryo, 2002:136). Motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam diri untuk mencapai tujuan hidupnya. Seperti yang di ceritakan dalam novel Kogoeru Kiba


(13)

impiannya menjadi seorang polisi wanita. Dorongan motivasi yang muncul dalam dirinya serta dukungan dari luar dirinya telah membuat Takako Otomichi menjadi kuat sehingga mampu melewati semua rintangan dalam mewujudkan impiannya menjadi seorang polisi wanita.

Untuk dapat mewujudkan keinginannya menjadi seorang polisi wanita unggulan Takako Otomichi terus belajar dan meningkatkan kemampuanya dalam menjalankan tugas pada Departemen Kepolisian. sehingga menjadikan dirinya sebagai seorang polisi wanita yang sangat disegani oleh rekan kerjanya, kemampuan kerja serta disiplin dalam kepolisian membuat Takako Otomichi dapat bergabung serta berkarir pada Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo

Alasan pemilihan novel Kogoeru Kiba sebagai objek penelitian, karena isi dari novel ini sangat menarik. Asa Nonami dalam karyanya memberikan gambaran psikologi pada tokoh Takako Otomichi dan memberi gambaran motivasi yang kuat pada tokoh Takako Otomichi untuk menjadi seorang polisi wanita unggulan. Motivasi yang muncul dari dalam diri Takako Otomichi memberi dorongan yang kuat sehingga dia mampu meraih impiannya. Kemampuannya dalam bekerja mengantarkannya untuk bergabung pada Depertemen Kepolisian Metropolitan Tokyo yang memiliki disiplin kerja serta kredibilitas dalam mengungkap kasus. Selain itu, novel ini juga menjadi sorotan di Jepang karena sudah pernah memenangkan Naoki prize, yaitu sebuah penghargaan yang setaran dengan The National Book Award. Serta novel ini telah dijadikan film yang ditayangkan pada televisi sebanyak dua kali dan juga diadaptasi ke dalam film layar lebar yang di produksi di Korea Selatan yang


(14)

berjudul Howling. Berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah dipaparkan di atas maka novel Kogoeru kiba karya Asa Nonami dipilih menjadi objek penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah psikologi tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami?

2. Bagaimanakah motivasi tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai karya sastra yang dihasilkan oleh penulis–penulis asal Jepang. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra sehingga karya sastra Jepang semakin dikenal dan diminati oleh masyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan psikologi dari tokoh Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa


(15)

Nonami dan untuk mengetahui motivasi tokoh Takako Otomichi menjadi seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memperkaya wawasan mengenai karya sastra Jepang, menambah khazanah penelitian di bidang sastra, serta diharapkan dapat menjadi suatu bandingan bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami isi cerita, terutama untuk memahami keadaan psikologi dari tokoh Takako Otomichi dan untuk dapat memahami motivasi tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada sebuah penelitian, diperlukan adanya ruang lingkup penelitian untuk membatasi pembahasan agar jangkauan penelitian tersebut tidak terlalu luas dan tidak melenceng dari pokok permasalahan. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk menjelaskan keadaan psikologi tokoh utama Takako Otomichi dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami dan untuk menjelaskan motivasi tokoh Takoko Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel


(16)

1.6 Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami, diterbitkan pada tahun 1996 oleh

shinchousa dengan tebal 520 halaman. Selain data primer terdapat juga data sekunder berupa dokumentasi data-data pustaka yang memiliki kaitan dengan masalah penelitian.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Adapun metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga:

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu penelitian yang secara khusus meneliti teks baik lama maupun modern (Ratna, 2009:39). Metode studi kepustakaan dengan teknik lanjutan yaitu teknik catat, hal ini dilakukan untuk mempermudah pengklarifikasian dan penganalisisan data. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut;

Membaca berulang-ulang untuk memahami teks novel Kogoeru Kiba

karya Asa Nonami sehingga mendapat kutipan-kutipan sebagai sumber data dan mencatat hal-hal yang akan dianalisis yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti.

Membaca dan mempelajari literatur, referensi atau bahan pustaka yang mempunyai hubungan dan menunjang terhadap permasalahan dalam penelitian


(17)

ini. Mencatat hal-hal penting, yang diharapkan dapat menemukan kajian-kajian yang relevan.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data adalah dengan metode formal dan metode deskriptif analisis. Metode analisis deskriptif yaitu analisis teks dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta– fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis (Ratna, 2009:53). Sedangkan, metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek–aspek formal dan aspek–aspek bentuk yaitu unsur–unsur karya sastra (Ratna, 2009: 49). Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data dengan metode analisis deskriptif adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pengumpulan data yang relevan, selanjutnya data tersebut dikumpulkan berdasarkan rumusan masalah.

b) Data yang sudah dikelompokkan selanjutnya akan dianalisis untuk menjawab semua masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. c) Data yang telah di analisis kemudian di simpulkan sehingga penelitian ini

memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan rumusan masalah. 1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data dilakukan setelah data selesai dianalisis. Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal, yaitu penyajian hasil analisis dengan kata – kata, bukan dalam bentuk angka – angka, bagan, atau statistik (Ratna, 2009:50)


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1Kajian Pustaka

Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi, jurnal, maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian yang dapat dijadikan pembanding untuk penelitian kali ini. Beberapa penelitian itu dipaparkan sebagai berikut:

Medah (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “ Diskriminasi Gender Yang Dialami Tokoh Takako Otomichi dalam Novel Kogoeru Kiba Karya Asa Nonami “ hasil penelitian ini memperlihatkan ketidaksetaraan gender yang dialami oleh tokoh Takako Otomichi yang dialami dalam pekerjaan sebagai polisi wanita. Tokoh Takako Otomichi mengalami diskriminasi gender dalam bentuk stereotif antara lain 1) menganggap seorang wanita hanya sebagai perempuan yang memiliki kodrat untuk melakukan pekerjaan domestik, 2) perempuan mahluk emosional, 3) perempuan tidak dapat dipercaya, 4) perempuan memiliki fisik yang lemah, 5) perempuan dianggap sebagai beban, 6) perempuan dianggap bodoh dan 7) perempuan godaan bagi laki laki. Selain diskriminasi stereotif diskriminasi gender yang diterima Takako Otomichi dalam bentuk lain yaitu subordinasi (penomorduaan). Bentuk tersebut antara lain 1) Tidak di anggap sebagai mitra kerja, 2) ditempatkan pada posisi yang tidak srategis dalam lingkungan kerja dan 3) dihalang–halangi dalam pencapaian kerja. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Medah terletak pada novel yang sama yaitu


(19)

Kogoeru Kiba yang menceritakan tentang Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita. Penelitian yang dilakukan Medah lebih memfokuskan pada diskriminasi gender yang dialami oleh tokoh Takako sebagai polisi wanita yang mengalami diskriminasi gender dan dianggap Takako tidak mampu menjalankan tugas sebagai seorang polisi dan teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori kritik sastra feminis ideologis. Selain teori yang berbeda, perbedaan lain dari penelitian Medah juga terletak pada tinjauan yang dilakukan. Medah meninjau dari segi feminis dari tokoh utama, sedangkan pada penelitian ini akan meninjau dari segi keadaan psikologi tokoh Takako Otomichi serta motivasi tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba

Karya Asa Nonami. Penelitian Medah telah memberikan kontribusi berupa data tambahan terkait tokoh utama yang bernama Takako Otomichi sehingga dapat menunjang terwujudnya penelitian ini.

Andika (2014) dalam penelitian yang berjudul “Motivasi Tokoh Ogino

Ginko Untuk Meraih Gelar Dokter Dalam Novel Hanauzumi Karya Jun’ichi Watanabe”, membahas tentang motivasi intrinsik yang dialami Ogino Ginko untuk menjadi dokter yang berawal dari munculnya rasa malu akibat hasil pemeriksaan penyakit yang dialaminya. Hasil pemeriksaaan tersebut tidak mengurungkan niatnya, adanya sebuah dorongan yang kuat dari dalam diri adalah sebuah faktor yang mempengaruhi motivasi Ogino Ginko untuk menjadi seorang dokter dan rasa solidaritasnya terhadap kaum perempuan yang memiliki penyakit sama dengannya membuat Ogino Ginko semakin terdorong untuk menjadi dokter. Selain motivasi intrinsik, ia juga mendapat motivasi ekstrinsik dari teman


(20)

dekatnya yaitu, Ogie. Ogie yang merupakan sahabat baiknya berusaha memberikan dorongan semangat untuk dapat mengembangkan potensinya dalam ilmu pengetahuan. Hasil yang diperoleh selama menempuh pendidikan untuk meraih gelar dokternya, Ogino Ginko menerima reward dengan mendapat predikat siswi terpandai di kelasnya. Setelah lulus dari sekolah guru perempuan Tokyo, ia masuk ke Universitas Kojuin untuk meraih cita-citanya sebagai dokter dan mengikuti ujian lisensi kedokteran untuk meraih gelar dokter. Persamaan penelitian ini adalah isi kajian yang meneliti tentang motivasi terhadap tokoh utama dan perbedaaannya terdapat pada analisis keadaan dari psikologi tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman bagi peneliti untuk memahami teori motivasi mengkaji secara lebih mendalam motivasi dari tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel Kogoeru Kiba karya Asa Nonami.

Adi Putri (2011) menganalisis tentang aspek psikologi dan abnormalitas tokoh dengan judul “Analisis Psikologi Tokoh Suguro Novel Sukyandaru karya Shusaku Endo”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teori yang digunakan ialah teori psikoanalisis dari Sigmund Freud (1980) serta ditunjang dengan teori abnormalitas yang terdiri dari disosiatif disosder (Halgin dan Whitbourne, 2009), sadomashokis (Halgin dan Whitbourne, 2009) dan anxiety disosder (King, 2007). Penelitian ini membahas tentang aspek psikologi dan abnormalitas tokoh Suguro yang terdapat dalam novel Sukyandaru karya Shusaku Endo. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Adi


(21)

Putri dengan penelitian kali ini adalah dalam penggunaan salah satu teori yang digunakan yakni teori psikoanalisis dari Sigmund Freud (1980), namun dengan bahan kajian yang berbeda.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa objek penelitian ini dengan objek penelitian–penelitian sebelumnya berbeda dan telah dilakukan penelitian sebelumnya yang merujuk pada teori psikologi sastra. Meskipun ada kesamaan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian akan berbeda mengingat objek penelitian yang digunakan juga berbeda. Kelebihan penelitian ini, selain mengungkapkan keadaan psikologis tokoh Takako Otomichi dalam novel

Kogoeru Kiba karya Asa Nanomi. Penelitian ini juga memaparkan motivasi dari Tokoh Takako Otomichi sebagai seorang polisi wanita unggulan dalam novel

Kogoeru Kiba karya Asa Nanomi. 2.2Konsep

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang perlu dijelaskan lebih lanjut yaitu sebagai berikut:

2.2.1 Tokoh

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:165) menyatakan bahwa tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang lakukan dalam tindakan.

Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, terdapat tokoh yang mendominasi sebagian besar cerita dan sebaliknya,


(22)

terdapat tokoh-tokoh yang muncul hanya sekali atau beberapa kali sehingga intensitas kemunculannya dalam sebuah cerita relatif sedikit. Dalam hal ini tokoh pertama disebut dengan tokoh utama cerita sedangkan tokoh kedua disebut dengan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sehingga ia sangat mempengaruhi perkembangan plot secara keseluruhan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2010:176-177).

2.2.2 Penokohan

Penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah karya sastra. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2010:165) penokohan adalah pelukisan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan sendiri memiliki pengertian yang lebih luas dari tokoh dan perwatakan, sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2007:166). 2.2.3 Kepolisian Jepang

Kepolisian Jepang meniru sistem kepolisian Eropa, struktur kepolisian dibentuk secara terpusat dan dengan kekuatan yang besar. Sehingga tugas polisi difokuskan untuk mengayomi segenap kegiatan yang berorientasi pada masyarakat. Sistem kepolisian di Jepang menggunakan paradigma Integrated System of Policing yaitu suatu sistem kepolisian yang terpadu atau sering disebut juga sistem desentralisasi moderat. Sistem ini dipilih Jepang karena dianggap mampu memberikan jawaban atas kebutuhan sistem Negara tersebut, sehingga


(23)

dalam sistem kepolisian yang demikian terdapat sistem kontrol atau pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dengan tujuan agar dapat dihindari berbagai penyalahgunaan organisasi polisi nasional serta guna mencapai efektivitas, efisiensi dan keseragaman dalam hal pelaksanaan pelayanan kepada publik (Hidayat,2010)

Kepolisian Jepang memiliki struktur Organisasi Kepolisian Nasional atau

National Police Organization (NPO) yang terdiri dari dua bagian bersekala besar yaitu National Public Safety Commission (NPSC) dan National Police Agency (NPA) (Irwan, 2014).National Public Safety Commission (NPSC) merupakan lembaga yang memiliki tugas untuk supervisi administratif terhadap NPA. Komisi ini bertanggung jawab terhadap semua operasional dan kegiatan kepolisian berkenaan dengan keselamatan publik, latihan komunikasi, identifikasi penjahat, statistik kriminal dan peralatan serta berbagai hal yang berkaitan dengan administrasi kepolisian. National Police Agency ( NPA) memiliki tugas dalam bertanggung jawab terhadap perencanaan perundang undangan kepolisian, standar kegiatan Polisi dan sistem kepolisian. Organisasi NPA ditingkat regional adalah

Regional Police Bureau (RPB). RPB ini berada di bawah NPA yang bertugas melaksanakan fungsi kepolisian di masing-masing regional (Irmawan, 2014). Pada tahun 1874 mulai didirikan departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo serta diberlakukan pembatasan daerah kekuasaan gubernur yang merupakan yuridiksi satuan polisi. Selain itu, pemerintah juga membuat kembali peraturan baru bagi sistem kepolisisan Jepang (Parker, 2002: 32-33)


(24)

2.2.4 Polisi Unggulan

Unggul dalam kamus besar Indonesia memiliki arti lebih baik, utama atau lebih tinggi. menurut Sutrisno (2009:16-17) mengatakan bahwa sumber daya manusia yang unggul merupakan pribadi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras dengan penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang secara maksimal, sehingga pribadi tersebut mampu lebih baik dan berprestasi. Oleh karena itu polisi unggulan merupakan pribadi polisi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga pribadi tersebut menjadi lebih baik dan memiliki karirir yang lebih tinggi. pada dinas kepolisian Jepang, setiap anggota polisi diberikan kesempatan untuk berkarir dan mengmbangkan dirinya, Dinas Kepolisian Jepang membuka kesempatan kepada seluruh anggota jika ingin berkarir akan melalui tahap seleksi. Namun jika seorang polisi berprestai maka pimpinan kepolisian berhak untuk menunjuk dan menugaskannya (Parker, 2002: 221-222)

2.2.5 Motivasi

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong prilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Hal yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan aktivitas tertentu pada umumnya karena kebutuhan atau keinginan (Sutrisno, 2009:109). Motif sering kali disamakan dengan dorongan . Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force


(25)

yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. (Hasibuan, 2005:101)

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, atau dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. (Hamzah, 2006:01) 2.3 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini menggunakan dua teori yang berkaitan dengan pembahasan dari permasalahan penelitian, untuk itu digunakan teori psikologi sastra dan teori motivasi. Adapun penjelasannya akan dibahas sebagai berikut: 2.3.1 Teori Psikologi Sastra

Psikologi sastra digunakan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra melalui pemahaman terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Karya sastra ini juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kejiwaan. Cara yang akan dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra adalah memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra, pengarang memasukkan berbagai aspek kehidupan kedalamnya, khususnya aspek kejiwaan yang dimasukkan ke dalam tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra


(26)

melalui tokoh-tokoh tersebut akan dikaji berbagai aspek kejiwaan yang mungkin terdapat dalam tokoh.

Psikologi sastra merupakan cara-cara penelitian yang dilakukan dengan menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Dengan kata lain berarti karya sastra yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Aspek psikologis erat kaitannya dengan unsur tokoh dan penokohan, maka karya sastra yang relevan untuk dianalisis secara psikologis adalah karya-karya yang memberikan intensitas pada aspek kejiwaan (Ratna, 2009:340-350).

Menurut Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 1988:145-149) kejiwaan manusia terdiri dari tiga sistem atau aspek, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis), dan super ego (aspek sosilogis). Tingkah laku manusia merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek tersebut.

a) Id

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam kepribadian. Dari aspek inilah aspek ego dan super ego tumbuh. Id merupakan merupakan dunia batin atau subyektif manusia dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Aspek id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, namun energi psikis di dalam id dapat meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam. Yang menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan. Pedoman tersebut disebut Freud dengan prinsip kenikmatan atau prinsip keenakan.


(27)

b) Ego

Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Perbedaan pokok antara id dan ego yaitu kalau id hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin), maka ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia obyektif, dunia realitas). Fungsi

ego berpegang pada prinsip kenyataan, yang bertujuan untuk mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme dengan berfikir secara realistis dan merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan.

c) Super Ego

Aspek ini adalah aspek sosiologi kepribadian, namun lebih kepada kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu, super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral yang ada di masyarakat. Dengan fungsi pokok tersebut, supper ego mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang bersifat moralitas daripada realistis. Jadi super ego cenderung menentang id

maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.

Jadi dapat disimpulkan struktur menurut Freud, terdiri dari tiga aspek. Aspek-aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai proses psikologi yang berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lainnya. Dalam keadaan biasa ketiga aspek tersebut bekerja sama dan diatur oleh ego, kepribadian yang dirumuskan dalam konsep ini berfungsi menjadi satu kesatuan.


(28)

2.3.2 Teori Motivasi

Menurut Abraham Maslow (dalam Sutrisno, 2009:122-124) mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan kedalam lima hierarkhi kebutuhan, sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup disebut juga dengan kebutuhan fisikologis (physiological needs), yaitu kebutuhan ini merupakan kebutuhan mendasar dalam mempertahankan hidup berupa sandang dan pangan. Hal ini berupa makan, minum serta pakaian dan tempat tinggal. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, karena dengan bekerja ia akan mendapat imbalan (uang atau materi) yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Kebutuhan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan rasa aman dan keselamatan, termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan serta merasa terjamin. Hal ini dapat berupa kepemilikan polis asuransi dan ikut terdaftar masuk dalam perserikatan pekerja.

c. Kebutuhan Hubungan Sosial

Ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan hubungan sosial. Hal ini merupakan kebutuhan untuk hidup dengan orang lain atau berada dalam lingkungan masyarakat, hal ini karena orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri


(29)

sendiri. Dalam setiap diri seseorang, ia menginginkan kasih sayang, dicintai, dihormati, serta diakui keberadaanya oleh orang lain.

d. Kebutuhan Pengakuan

Setiap orang membutuhkan adanya penghargaan diri dari lingkungannya berada. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui sebagai bermanfaat, dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, serta pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini berada pada tingkatan paling tinggi. Untuk bisa mencapai posisi ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, melainkan karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihakan kemampuan dirinya secara optimal. Kebutuhan aktualisasi diri mempunyai ciri yang berbeda dari kebutuhan yang lain, pertama hal ini tidak dapat dipenuhi dari luar , karena harus dipenuhi dengan usaha pribadi itu sendiri. Kedua, dalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini biasanya seiring dengan jenjang karir seseorang, tidak semua orang mempunyai tingkat kebutuhan seperti ini.


(1)

2.2.4 Polisi Unggulan

Unggul dalam kamus besar Indonesia memiliki arti lebih baik, utama atau lebih tinggi. menurut Sutrisno (2009:16-17) mengatakan bahwa sumber daya manusia yang unggul merupakan pribadi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras dengan penuh semangat, sehingga potensi insaninya berkembang secara maksimal, sehingga pribadi tersebut mampu lebih baik dan berprestasi. Oleh karena itu polisi unggulan merupakan pribadi polisi yang memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras untuk meningkatkan kemampuannya, sehingga pribadi tersebut menjadi lebih baik dan memiliki karirir yang lebih tinggi. pada dinas kepolisian Jepang, setiap anggota polisi diberikan kesempatan untuk berkarir dan mengmbangkan dirinya, Dinas Kepolisian Jepang membuka kesempatan kepada seluruh anggota jika ingin berkarir akan melalui tahap seleksi. Namun jika seorang polisi berprestai maka pimpinan kepolisian berhak untuk menunjuk dan menugaskannya (Parker, 2002: 221-222)

2.2.5 Motivasi

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong prilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Hal yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan aktivitas tertentu pada umumnya karena kebutuhan atau keinginan (Sutrisno, 2009:109). Motif sering kali disamakan dengan dorongan . Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force


(2)

yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. (Hasibuan, 2005:101)

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, atau dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. (Hamzah, 2006:01) 2.3 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini menggunakan dua teori yang berkaitan dengan pembahasan dari permasalahan penelitian, untuk itu digunakan teori psikologi sastra dan teori motivasi. Adapun penjelasannya akan dibahas sebagai berikut: 2.3.1 Teori Psikologi Sastra

Psikologi sastra digunakan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya sastra melalui pemahaman terhadap tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Karya sastra ini juga dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai perubahan, kontradiksi, dan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kejiwaan. Cara yang akan dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra adalah memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra, pengarang memasukkan berbagai aspek kehidupan kedalamnya, khususnya aspek kejiwaan yang dimasukkan ke dalam tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra


(3)

melalui tokoh-tokoh tersebut akan dikaji berbagai aspek kejiwaan yang mungkin terdapat dalam tokoh.

Psikologi sastra merupakan cara-cara penelitian yang dilakukan dengan menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Dengan kata lain berarti karya sastra yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Aspek psikologis erat kaitannya dengan unsur tokoh dan penokohan, maka karya sastra yang relevan untuk dianalisis secara psikologis adalah karya-karya yang memberikan intensitas pada aspek kejiwaan (Ratna, 2009:340-350).

Menurut Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 1988:145-149) kejiwaan manusia terdiri dari tiga sistem atau aspek, yaitu id (aspek biologis), ego (aspek psikologis), dan super ego (aspek sosilogis). Tingkah laku manusia merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek tersebut.

a) Id

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam kepribadian. Dari aspek inilah aspek ego dan super ego tumbuh. Id merupakan merupakan dunia batin atau subyektif manusia dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Aspek id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir, namun energi psikis di dalam id dapat meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang dari dalam. Yang menjadi pedoman dalam berfungsinya id ialah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan. Pedoman tersebut disebut Freud dengan prinsip kenikmatan atau prinsip keenakan.


(4)

b) Ego

Aspek ini adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata. Perbedaan pokok antara id dan ego yaitu kalau id hanya mengenal dunia subyektif (dunia batin), maka ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar (dunia obyektif, dunia realitas). Fungsi ego berpegang pada prinsip kenyataan, yang bertujuan untuk mencari obyek yang tepat untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme dengan berfikir secara realistis dan merumuskan sesuatu rencana untuk pemuasan kebutuhan.

c) Super Ego

Aspek ini adalah aspek sosiologi kepribadian, namun lebih kepada kesempurnaan daripada kesenangan. Karena itu, super ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral yang ada di masyarakat. Dengan fungsi pokok tersebut, supper ego mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang bersifat moralitas daripada realistis. Jadi super ego cenderung menentang id maupun ego dan membuat dunia menurut konsepsi yang ideal.

Jadi dapat disimpulkan struktur menurut Freud, terdiri dari tiga aspek. Aspek-aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai proses psikologi yang berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lainnya. Dalam keadaan biasa ketiga aspek tersebut bekerja sama dan diatur oleh ego, kepribadian yang dirumuskan dalam konsep ini berfungsi menjadi satu kesatuan.


(5)

2.3.2 Teori Motivasi

Menurut Abraham Maslow (dalam Sutrisno, 2009:122-124) mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan kedalam lima hierarkhi kebutuhan, sebagai berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan untuk mempertahankan hidup disebut juga dengan kebutuhan fisikologis (physiological needs), yaitu kebutuhan ini merupakan kebutuhan mendasar dalam mempertahankan hidup berupa sandang dan pangan. Hal ini berupa makan, minum serta pakaian dan tempat tinggal. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang mendorong seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan, karena dengan bekerja ia akan mendapat imbalan (uang atau materi) yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Kebutuhan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan rasa aman dan keselamatan, termasuk merasa aman dari setiap jenis ancaman fisik atau kehilangan serta merasa terjamin. Hal ini dapat berupa kepemilikan polis asuransi dan ikut terdaftar masuk dalam perserikatan pekerja.

c. Kebutuhan Hubungan Sosial

Ketika seseorang telah memuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Kebutuhan selanjutnya adalah kebutuhan hubungan sosial. Hal ini merupakan kebutuhan untuk hidup dengan orang lain atau berada dalam lingkungan masyarakat, hal ini karena orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri


(6)

sendiri. Dalam setiap diri seseorang, ia menginginkan kasih sayang, dicintai, dihormati, serta diakui keberadaanya oleh orang lain.

d. Kebutuhan Pengakuan

Setiap orang membutuhkan adanya penghargaan diri dari lingkungannya berada. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, hal itu berarti memiliki pekerjaan yang dapat diakui sebagai bermanfaat, dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, serta pengakuan umum dan kehormatan di dunia luar.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini berada pada tingkatan paling tinggi. Untuk bisa mencapai posisi ini biasanya seseorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, melainkan karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihakan kemampuan dirinya secara optimal. Kebutuhan aktualisasi diri mempunyai ciri yang berbeda dari kebutuhan yang lain, pertama hal ini tidak dapat dipenuhi dari luar , karena harus dipenuhi dengan usaha pribadi itu sendiri. Kedua, dalam pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini biasanya seiring dengan jenjang karir seseorang, tidak semua orang mempunyai tingkat kebutuhan seperti ini.