Motivasi Tokoh Kobari Dalam Novel Sukyandaru karya Shusaku Endo.

(1)

i Oleh

I PUTU GEDE YASA PARTAWAN 0801705021

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

(3)

iii

Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Atas rahmat-Nya penulisan skripsi yang berjudul “Motivasi Tokoh Kobari dalam Novel Sukyandaru Karya Shusaku Endo” ini dapat diselesaikan dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam jenjang strata satu pada Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Silvia Damayanti, S.S., M.Hum., sebagai dosen pembimbing pertama yang sangat sabar membimbing, memberi arahan, dan saran, serta selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dra. Maria Gorethy Nie Nie, M.Hum., sebagai dosen pembimbing kedua yang rela menyisihkan waktu disela-sela kesibukannya guna membimbing, memberi arahan, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih ditujukan pula kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasislitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan strata satu di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas izin yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program sarjana. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si., sebgai ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Imu Budaya Universitas Udayana. Ucapan terima kasih disertai penghargaan kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Jepang yang telah membimbing penulis dengan sabar dan penuh perhatian sejak awal perkuliahan sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh guru-guru mulai dari sekolah dasar yang telah membimbing penulis.


(4)

iv

Putriani dan seluruh keluarga atas kasih sayang, doa dan dukungan baik moral maupun materi kepada penulis selama ini. Penulis juga sampaikan terimakasi kepada yang tercinta Elisabeth Devy Lestari atas kasih sayang, doa dan motivasi saat kebingungan hingga hampir muncul rasa putus asa. Terima kasih kepada sahabat yaitu Gede Feri Kartiana, S.S dan Made Hery Kusumajaya yang sangat banyak membantu, memberi dukungan dan semangat selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya, dan tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini dapat lebih baik lagi untuk kepentingan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, Juli 2016


(5)

v

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Lampiran ... vii

Abstrak ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... . 5

1.5 Ruang Lingkup ... 5

1.6 Sumber Data ... 5

1.7 Metode Penelitian ... 6

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 6

1.7.2 Metode dan Teknik Penganalisisan Data ... 6

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.2 Konsep ... 10

2.2.1 Kepribadian ... . 10

2.2.2 Penokohan ... 11

2.2.3 Motivasi... 12

2.3. Landasan Teori... 12

2.3.1 Teori Struktur Kepribadian... 12

2.3.2 Teori Motivasi ... 14 BAB III SHUSAKU ENDO DAN KARYA-KARYANYA


(6)

vi

3.2 Novel Sukyandaru ... 22

BAB IV KEPRIBADIAN TOKOH KOBARI DALAM NOVEL SUKYANDARU 4.1 Tokoh Kobari ... 37

4.2 Struktur Kepribadian Tokoh Kobari ... 40

4.2.1 Id Tokoh Kobari ... 42

4.2.2 Ego Tokoh Kobari ... 45

4.2.3 Superego Tokoh Kobari ... 47

BAB V MOTIVASI DAN TINDAKAN YANG DILAKUKAN TOKOH KOBARI DALAM MENGUNGKAP SKANDAL TOKOH SUGURO 5.1 Motivasi Tokoh Kobari ... 50

5.1.1 Pekerjaan Kobari Sebagai Reporter ... 50

5.1.2 Perasaan Benci Tokoh Kobari... 52

5.1.3 Perasaan Iri Tokoh Kobari ... 55

5.1.4 Tidak Percaya Terhadap Suguro ... 57

5.2 Tidakan yang Dilakukan Kobari dalam Mengungkap Skandal Suguro 60

5.2.1 Mengumpulkan Bukti Skandal ... 60

5.2.2 Menanyai Orang-Orang yang Berkaitan dengan Skandal Suguro 63

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 80

6.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE


(7)

vii Lampiran 1: Sinopsis Sukyandaru Lampiran 2: Curriculum Vitae


(8)

viii

Penelitian ini berjudul “Motivasi Tokoh Kobari dalam Novel Sukyandaru

Karya Shusaku Endo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui psikologi tokoh Kobari dan mendeskripsikan motivasi serta tindakan yang dilakukan tokoh Kobari untuk mengungkapkan skandal tokoh Suguro.

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud dan teori Motivasi dari Petri. Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode deskriptif analisis.

Hasil dari analisis psikologi tokoh Kobari yaitu id, ego, dan superego

yang membentuk kepribadian Kobari. Id Kobari berisi keinginan untuk dapat menjatuhkan reputasi Suguro, ego mengontrol jalanya id dan superego bertindak sesuai dengan norma-norma yang ada.

Dalam penelitian ini motivasi tokoh Kobari adalah menjatuhkan reputasi Suguro yang merupakan seorang novelis terkenal. Terdapat empat faktor yang mendorong Kobari untuk menjatuhkan reputasi Suguro yaitu, (1) pekerjaan Kobari sebagai reporter membuat Kobari berkewajiban mencari berita serta mengungkapkan skandal orang terkenal (2) perasaan benci Kobari terhadap Suguro yang disebabkan oleh karya-karya Suguro yang penuh dengan unsur religius Kristen, karena Kobari benci dengan Kristen semenjak masa kanak-kanak (3) perasaan iri Kobari terhadap kehidupan Suguro yang sangat dihormati dan memiliki banyak penggemar sebagai novelis (4) perasaan tidak percaya Kobari terhadap Suguro karena Suguro menghasilkan karya-karya novel yang penuh dengan unsur religius, namun Suguro mempunyai skandal di kehidupan pribadinya.


(9)

ix

本研究 題目 スキャン 言う遠藤周作 小説 け 小針 動機 け あ 本研究 目的 小針 心理状況 勝呂 スキャン

を す た 動機 けを知 た あ

本研究 精神分析学 言うSigmund Freud 理論 動機理論 いう

Petri 理論を使用さ た 収集さ た ー 記述的分析を用い 分

析さ た

本研究 解析した結果 小針 人格を形作 エス Id 自我

Ego 超自我 Super Ego 言う概念 バ ンス いく こ

あ 小針 エス 勝呂 評判 落 せ た い あ 小針 自我 エスを制御し 小針 超自我 社会規範 基 い 行為す

本研究 小針 動機付け 有名 小説家 勝呂 評判 落 せ こ あ 励ましを4 要因 理論化した あ 次 通 あ 1. ポー ー い 小針 し 有名 人 スキャン 関す ニュースを探した した す 必要 務 あ

2.遊園地 キ ス 教 い 大嫌い いく小針 キ

ス 教を主題 した作品を多く執筆した勝呂 大嫌い い こ あ 3.小説家 し 勝呂 尊敬さ い 人 しファン 多い

小針 勝呂 大 ましい気持ち あ こ あ 4.宗教的 作

品を執筆したけ 私生活 スキャン を持 い 小針

勝呂 信頼し い気持ちを思 い こ あ


(10)

1

1.1

Latar Belakang

Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu

atau kegiatan agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi dapat

dikarenakan oleh keinginan atau kebutuhan dari dalam diri sendiri, dapat pula karena

tuntutan dari lingkungan, misalnya tuntutan dari pekerjaan yang ditekuninya.

Kegiatan yang dilakukan karena dimotivasi oleh keinginan atau kebutuhan diri

bertujuan untuk mencapai kepuasan perasaan, sedangkan kegiatan yang dilakukan

karena dimotivasi oleh tuntutan pekerjaan memiliki tujuan untuk mendapatkan upah

atau imbalan. Seseorang lebih cenderung termotivasi oleh keinginan atau kebutuhan

diri untuk mencapai kepuasan perasaan.

Motivasi adalah salah satu contoh dari unsur psikologis. Unsur psikologis banyak

terdapat dalam karya sastra modern seperti novel, drama, maupun puisi. Motivasi

yang ditemukan dalam karya sastra modern ini adalah sebagai perwujudan kejiwaan

pengarang dan para tokoh fiksi dalam sebuah cerita. Karya-karya sastra

memungkinkan ditelaah melalui pendekatan psikologi karena karya sastra

menampilkan watak para tokoh, walaupun imajinatif, dapat menampilkan berbagai

problem psikologis (Minderop, 2010:55). Penelitian psikologi sastra memiliki

peranan penting untuk memahami suatu karya sastra karena psikologi sastra mengkaji


(11)

lebih mendalam aspek perwatakan, dan dapat memberi pengetahuan kepada peneliti

tentang masalah perwatakan yang dikembangkan, serta penelitian semacam ini juga

dapat membantu mengkaji karya sastra yang penuh dengan masalah-masalah

psikologis. Oleh sebab itu, penelitian ini mendeskripsikan salah satu unsur psikologi,

yaitu motivasi yang menimbulkan perilaku tokoh dalam sebuah novel.

Novel merupakan contoh karya sastra yang melukiskan perbuatan-perbuatan

tokoh-tokohnya menurut watak dan kejiwaan masing-masing yang dapat diteliti

dengan tinjauan psikologi. Karya sastra yang berbentuk novel ini di Jepang disebut

dengan

shosetsu

, novel merupakan bentuk karya sastra yang mampu memberikan

gambaran tentang kehidupan masyarakat. Sehingga sampai saat ini karya sastra

berupa novel masih sangat diminati untuk dibaca ataupun diteliti unsur-unsur yang

terdapat di dalamnya.

Shusaku Endo merupakan salah satu novelis Jepang yang terkenal,

karya-karyanya sering dibandingkan dengan karya-karya Graham Greene memiliki

kesamaan yang menitikberatkan pada keprihatinan dalam masalah perilaku, moral

dan juga agama Katolik yang merupakan dasar dari karangannya. Bahkan Greene

secara pribadi pernah menyebutkan Shusaku Endo sebagai salah satu penulis terbaik

di abad ke-20. Penelitian ini menggunakan novel

Sukyandaru

karya Shusaku Endo

sebagai objek kajian dilatarbelakangi oleh pertimbangan sebagai berikut, novel

Sukyandaru

karya Shusaku Endo ini memberi gambaran watak dan unsur-unsur

kejiwaan tokoh-tokohnya yang menonjol serta dipaparkan dengan jelas. Novel ini

menggambarkan keinginan seorang wartawan yang bernama Kobari untuk


(12)

mengungkap kehidupan seorang novelis bernama Suguro yang beragama Katolik

serta sangat dihormati dengan karya-karyanya yang dipengaruhi oleh agamanya,

tetapi kehidupan pribadi novelis ini penuh dengan skandal yang tidak diketahui oleh

penggemarnya. Walaupun bukan merupakan tokoh utama, tokoh Kobari dalam novel

ini begitu banyak dimunculkan dengan usaha-usahanya untuk mengungkap

skandal-skandal yang dilakukan oleh tokoh Suguro.

Teori struktur kepribadian dari Sigmund Freud dan teori motivasi sebagai acuan

di dalam penelitian ini, adalah untuk memahami gambaran watak kejiwaan serta

memahami gambaran keinginan seorang wartawan yang bernama Kobari dalam

mengungkapkan kehidupan pribadi seorang novelis bernama Suguro dimana dalam

karya-karyanya dipengaruhi oleh agama Katolik sebagai agama yang dianutnya,

tetapi kehidupan pribadi novelis ini penuh dengan skandal.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,

permasalahan-permasalahan yang menyebabkan ketertarikan dalam analisis terhadap novel

Sukyandaru

ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.

Bagaimanakah struktur kepribadian tokoh Kobari dalam novel

Sukyandaru

karya

Shusaku Endo?

2.

Bagaimana motivasi serta tindakan yang dilakukan oleh tokoh Kobari untuk

mengungkapkan skandal tokoh Suguro yang terdapat dalam novel

Sukyandaru


(13)

1.3

Tujuan

Di dalam mengkaji novel

Sukyandaru

, tujuan yang ingin dicapai dibedakan

menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan apresiasi

masyarakat terhadap karya sastra, dalam kajian bidang psikologi sastra yang dapat

memberikan informasi kepada pembaca yang ingin memahami aspek psikologi sastra

khususnya terhadap novel-novel Jepang. Selain itu, diharapkan dapat memberikan

sumbangan dalam mengembangkan ilmu di bidang studi sastra.

1.3.2

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

memperoleh gambaran mengenai kepribadian tokoh Kobari yang terdapat pada novel

Sukyandaru

, serta mendeskripsikan motivasi dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh

Kobari untuk mengungkapkan skandal tokoh Suguro yang terdapat dalam novel

Sukyandaru

karya Shusaku Endo.

1.4

Manfaat

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1

Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu memperkaya wawasan mengenai karya

sastra Jepang, serta menambah khazanah penelitian di bidang sastra khususnya


(14)

Jurusan Sastra Jepang. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi

suatu bandingan.

1.4.2

Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca khususnya

penikmat novel dalam memahami isi cerita dalam novel

Sukyandaru

terutama dalam

memahami struktur kepribadian, motivasi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh tokoh Kobari untuk mengungkapkan skandal tokoh Suguro.

1.5

Ruang Lingkup

Sebuah penelitian memerlukan suatu ruang lingkup penelitian, agar penelitian

yang dilakukan memiliki arah sehingga permasalahan akan mudah dipahami.

Penelitian ini terfokus pada analisis kepribadian tokoh Kobari dan mendeskripsikan

motivasi serta tindakan tokoh Kobari untuk mengungkapkan skandal tokoh Suguro

yang terdapat dalam novel

Sukyandaru

karya Shusaku Endo.

1.6

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel

Sukyandaru

karya

Shusaku Endo yang berbahasa Jepang yang diterbitkan pada tahun 1986 oleh


(15)

1.7

Metode Penelitian

Metode berarti cara-cara strategis untuk memahami realitas, langkah-langkah

sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat. Metode berfungsi untuk

menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah dipecahkan dan dipahami (Ratna,

2006:34). Metode penelitian yang digunakan meliputi metode dan teknik

pengumpulan data, penganalisisan data, dan penyajian hasil analisis data.

1.7.1

Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah dengan metode

kepustakaan, yaitu penelitian yang secara khusus meneliti teks, baik lama maupun

modern (Ratna, 2006:39), kemudian dilanjutkan dengan teknik catat atau tulis. Dalam

hal ini yang dilakukan adalah dengan membaca data-data yang berkaitan dengan

objek penelitian yaitu novel

Sukyandaru

karya Shusaku Endo, dan mencatat

bagian-bagian yang dianggap penting serta diperlukan dalam penelitian. Hal ini dilakukan

untuk mempermudah proses pengklasifikasian dan penganalisisan data.

1.7.2

Metode dan Teknik Analisis Data

Penganalisisan data dilakukan setelah data terkumpul, diklasifikasi, dan siap

untuk dianalisis. Dalam tahap analisis data, metode yang digunakan adalah deskriptif

analisis, yaitu analisis teks dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang

kemudian disusul dengan analisis. Metode ini tidak semata-mata menguraikan

melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna,


(16)

2006:53). Data yang terkait dengan analisis kepribadian serta motivasi tokoh Kobari

dalam novel

Sukyandaru

yang telah diklasifikasi sebelumnya, akan dipaparkan secara

terperinci dan dijelaskan sesuai dengan teori yang digunakan untuk menganalisis

dalam penelitian ini sehingga mampu menganalisis kepribadian serta motivasi tokoh

Kobari dalam novel

Sukyandaru

ini.

1.7.3

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah data dianalisis, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan hasil

analisis data. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan

metode informal. Penyajian hasil analisis secara informal adalah penyajian hasil

analisis data dengan menggunakan kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka,

bagan, atau statistik (Ratna, 2006:50).


(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI

2.1

Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan data-data yang berhasil dikumpulkan, ditemukan beberapa hasil

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Mashuri (2010) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Psikologi Novel

Chinmoku

Karya Shusaku Endo”. Dalam penelitian ini, menggunakan teori struktural

dari A. Teeuw dan dilanjutkan dengan teori psikologi yaitu teori

disosiasi

, teori

transformasi

, dan teori

defensif

. Dari sisi

disosiasi

para tokoh dihadapkan pada

permasalahan yang sulit dan komplek di antaranya penyiksaan hingga kebungkaman

Tuhan. Dari sisi

transformasi

, Sebastian Rodrigues mengalami perubahan setelah

meninggalkan agama Kristen yang berdampak pada psikologinya, seperti suka

melamun. Dari sisi

defensif

, Gerrpe yang paling menonjol karena dapat

mempertahankan agama Kristen sampai mati sekalipun.

Defensif

juga dialami oleh

Sebastian Rodrigues dan Khijiro yakni dengan masih mempertahankan keyakinan

agama Kristen dalam relung hatinya yang terdalam dengan cara masing-masing.

Penelitian dari Mashuri menganalisis psikologi tokoh dengan teori

disosiasi

, teori

transformasi

, dan teori

defensif

dalam novel

Chinmoku

. Walaupun penelitian Mashuri

sama-sama mengkaji psikologi, teori yang digunakan dalam penelitian ini berbeda.

Penelitian Mashuri ini menggunakan teori struktur kepribadian Sigmund Freud untuk


(18)

menganalisis kepribadian tokoh Kobari. Selain itu, obyek penelitian Mashuri berbeda

dengan penelitian ini, sehingga hasil penilitian akan berbeda.

Utari (2011) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Psikologi Tokoh Ayumu

Dalam Komik

Raifu

Karya Keiko Suenobu”. Dalam penelitian ini, dibahas tentang

bagaimana psikologi tokoh Ayumu dalam komik

Raifu

dengan menggunakan teori

depresif disorder

dan teori semiotik untuk menganalisis gambar dari komik

Raifu

tersebut. Gangguan psikologis tersebut timbul dari perasaan bersalah yang timbul dari

masa lalunya dan penyiksaan atau ijime yang dialaminya. Penelitian dari Utari

mengkaji gangguan psikologis yang dialami tokoh Ayumu dengan menggunakan

teori

depresif disoder

. Walaupun memiliki persamaan dalam mengkaji psikologi

tokoh, penelitian ini lebih terfokus pada psikologi tokoh Kobari serta motivasi dan

tindakannya untuk mengungkapkan skandal tokoh Suguro. Selain itu, obyek

penelitian yang digunakan berbeda, sehingga hasil yang didapat tentu saja akan

berbeda.

Putri (2011) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Psikologi Tokoh Suguro

Novel

Sukyandaru

karya Shusaku Endo”. Dalam penelitian ini, menggunakan teori

dari Freud (1980) yang terdiri dari

id, ego, super ego

untuk menganalisis unsur

psikologi tokoh Suguro. Selain itu, ditunjang dengan teori abnormalitas yang terdiri

dari

disosiatif disoser

(Halgin dan Whitbourne, 2009),

sadomashokis

(Halgin dan

Whitbourne, 2009), dan

anxiety disorder

(King, 2007). Hasil analisis psikologi

menunjukkan tokoh Suguro dipengaruhi oleh

id

, namun

ego

-nya tidak selalu


(19)

mampu mengarahkan keinginan yang berasal dari

id

dan yang telah dikerjakan oleh

ego

agar bisa disesuaikan dengan perintah dan larangan dari orang sekitar. Selain itu

Suguro juga mengalami kejiwaan yang tidak normal. Suguro mempunyai kepribadian

ganda, mempunyai gangguan pada seksualnya dan juga mengalami kecemasan

tingkat tinggi jika mengetahui hal yang buruk tentang dirinya. Penelitian dari Wiwin

menggunakan obyek dan teori yang sama dengan penelitian ini, namun tokoh yang

dianalisis kepribadiannya berbeda, serta dalam penelitian ini akan mendeskripsikan

motivasi dan tindakan dari tokoh Kobari untuk mengungkapkan skandal dari tokoh

Suguro.

Selain menggunakan penelitian sebelumnya, kajian pustaka penelitian ini juga

menggunakan terjemahan novel

Sukyandaru

yang berbahasa Indonesia dengan judul

Skandal yang dialihbahasakan oleh Agus Setiadi dan diterbitkan oleh PT Gramedia

Pustaka Utama dengan tebal 328 halaman.

2.2

Konsep

Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep sebagai berikut :

2.2.1

Kepribadian

Kepribadian adalah suatu integrasi dari semua aspek kepribadian yang unik dari

seseorang menjadi organisasi yang unik, yang menentukan, dan dimodifikasi oleh

upaya seseorang beradaptasi dengan lingkungannya yang selalu berubah (Minderop,

2010:8). Suryabrata (dalam Ghufron dan Risnawati, 2012:132) menjelaskan bahwa

kepribadian merupakan suatu kebulatan dari aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah


(20)

yang bersifat dinamis dalam hubungannya dengan lingkungan. Kepribadian

berkembang dan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dan dari luar

individu, serta bersifat khas sehingga kepribadian masing-masing individu berbeda.

Psikologi kepribadian ialah psikologi yang mempelajari kepribadian manusia dengan

mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

2.2.2

Penokohan

Nurgiyantoro (2009:165) mengemukakan bahwa penokohan dan karakteristik

menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah

cerita.

Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 2009:165), penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Sementara itu, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2009:165) berpendapat bahwa

penokohan adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang ditafsirkan di dalam ucapan dan apa yang dilakukan di dalam

tindakan.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang penokohan yang dikemukakan di atas,

maka disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang

penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak seseorang yang ditampilkan dalam

sebuah cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang ditafsirkan di dalam ucapan dan tindakan.


(21)

2.2.3

Motivasi

Motivasi adalah alasan yang mendasari perbuatan yang dilakukan oleh seorang

individu. Motivasi juga merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang

timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi juga bisa dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang

tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau

mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Jadi, perilaku individu ditimbulkan atau

dimulai dengan adanya motivasi (Ghufron dan Risnawita, 2012:83).

2.3

Landasan Teori

Teori sangat diperlukan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat dan

sekaligus sebagai acuan untuk mengarahkan penelitian untuk mencapai hasil yang

ingin dicapai. Dalam penelitian ini, menggunakan teori utama yaitu teori struktur

kepribadian yang ditunjang dengan teori psikologi sastra dalam mengkaji kepribadian

tokoh Kobari. Penelitian ini juga menggunakan teori motivasi untuk menganalisis

motivasi dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh Kobari dalam menggungkapkan

skandal tokoh Suguro.

2.3.1

Teori Struktur Kepribadian (Sigmund Freud)

Menurut Freud, kepribadian terdiri atas tiga aspek yaitu

id

(aspek biologis),

ego


(22)

mempunyai fungsi, sifat, komponen, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya

berhubungan dengan rapat sehingga tidak mungkin untuk dipisahkan pengaruhnya

terhadap tingkah laku manusia (Suryabrata, 2012:124).

Id

adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original di dalam

kepribadian. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya, oleh

karena

id

merupakan dunia batin manusia.

Id

berisikan hal-hal yang dibawa sejak

lahir, keinginan-keinginan, termasuk insting-insting.

Id

merupakan

reservoir

energi

psikis yang menggerakkan

ego

dan

superego

. Energi psikis di dalam

id

itu dapat

meningkat oleh karena perangsang, baik perangsang dari luar maupun perangsang

dari dalam (Suryabrata, 2012:125).

Ego

merupakan aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena

kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan.

Aktivitas dari

ego

bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Sebagian

ego

bersifat

sadar.

Ego

seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, seperti tampak dalam pemikiran

yang objektif, yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosial.

Ego

dapat pula dipandang

sebagai aspek eksekutif kepribadian, oleh karena

ego

mengontrol jalan-jalan yang

ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara-cara

memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan (Freud

dalam Suryabrata, 2012:126).

Superego

adalah aspek sosiologis kepribadian, yang merupakan wakil dari

nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada

anak-anaknya, yang diajarkan dengan perintah dan larangan.

Superego

adalah


(23)

wewenang moral kepribadian; ia mencerminkan yang ideal bukan yang real; dan

memperjuangkan kesempurnaan bukan kenikmatan (Freud dalam Suryabrata,

2012:127). Selain menggunakan teori di atas, untuk mendeskripsikan motivasi serta

tindakan yang dilakukan tokoh Kobari dalam mengungkapkan skandal tokoh Suguro

akan digunakan teori motivasi.

2.3.2

Teori Motivasi

Motivasi adalah daya penggerak yang berada dalam diri individu untuk

melakukan suatu tindakan guna mencapai sebuah tujuan. Motivasi yang ada pada

individu akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai

sasaran kepuasan. Petri (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012:83) berpendapat bahwa

motivasi adalah keadaan dalam pribadi individu yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi

dapat dibagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Petri (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012:83) berpendapat bahwa motivasi

ekstrinsik merupakan tingkah laku yang digerakkan oleh kekuatan eksternal individu.

Individu dikatakan termotivasi secara ekstrinsik jika individu tersebut bekerja untuk

mendapatkan hadiah, bekerja tergantung bantuan orang lain, lebih percaya kepada

pendapat orang lain, dan menggunakan kriteria eksternal di dalam menentukan

kesuksesan dan kegagalan.

Petri (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012:83) membatasi motivasi intrinsik

sebagai suatu kesenangan dalam mengerjakan aktivitas. Motivasi intrinsik merupakan


(24)

nilai kenikmatan atau kesenangan dalam menjalankan suatu kegiatan untuk suatu

tujuan tertentu. Dalam motivasi intrinsik yang berfungsi sebagai imbalan adalah

kenikmatan atau kesenangan dalam menjalankan aktivitas tersebut, bukan imbalan

luar seperti upah.


(25)

16 BAB III

SHUSAKU ENDO DAN KARYA-KARYANYA

3.1 Shusaku Endo dan Karya-Karyanya

Shusaku Endo merupakan seorang sastrawan Jepang yang lahir 27 Maret 1923 di Sugamo, Tokyo. Ketika berumur tiga tahun, keluarganya pindah ke Manchuria yang waktu itu diduduki oleh Jepang. Shusaku Endo adalah anak kedua dari Tsunehisa Endo, seorang pegawai bank Yasuda, ibunya seorang pemain biola dan kakak laki-lakinya seorang siswa yang memiliki hasrat yang besar. Sejak usia dini, Shusaku Endo tinggal di kota Manchuria dengan percampuran kebiasaan hidup Jepang, Rusia, dan Cina. Endo merasakan dirinya tumbuh dalam budaya yang terbaur dan tak bisa diajadikan satu kesatuan. Endo tidak terlalu menyukai rutinitas di sekolah yang mengakibatkannya menjadi benci terhadap rumah. Pertengkaran antara ibu dan ayahnya kerap kali terjadi dan sering membicarakan masalah perceraian. Hampir setiap malam ia mendengar suara tangisan sang ibu dan petikan biola yang penuh dengan kemarahan sehingga jari-jari ibunya terluka dan mengeluarkan darah serta sang ayah yang pulang kantor dengan keadaan mabuk dan berteriak sesukanya.

Tahun 1933, orang tuanya bercerai ia pun kembali ke Jepang bersama sang ibu dan karena mendapat pengaruh dari bibinya yang memeluk agama Katolik, ibu Endo mulai menghadiri misa, Endo pun dibaptis di tahun 1935 pada usia 12 tahun dengan nama Katolik Paul. Ibunya pun membesarkan Endo dalam ajaran agama Katolik yang akhirnya mempengaruhi pembentukan jiwa keagamaan Endo.


(26)

Ia meninggalkan ayahnya di Manchuria tetapi seorang pendeta menampilkan sesosok ayah yang datang dari surga dalam kehidupan Endo, keterpaksaannya mengikuti kelas agama hanya demi permen yang diperolehnya setelah pelajaran agama usai, membuat dirinya berada dalam keterpaksaan, kebingungan, dan ketegangan.

Endo dibebaskan dari tugas militer selama Perang Dunia II karena kesehatannya yang buruk. Ia belajar di Universitas Keio dan pada tahun 1949 Shusaku Endo memperoleh gelar B.A sebagai seorang lulusan sastra Prancis di Universitas Keio. Endo mendapat beasiswa dari pemerintah Prancis selama dua setengah tahun (1950-1953) di Lyon untuk mempelajari fiksi Prancis dan mulai menulis novel. Suatu pengalaman yang ia tuangkan dalam sebuah novel karyanya yang berjudul Shiroi no Hito (Manusia Putih) yang kemudian mendapatkan penghargaan bergengsi Akutagawa Prize. Pada tahun 1958, Endo menulis “Laut dan Racub”, yang memenangkan Hadiah Sastra Shinchosha dan Mainichi Shuppan Hadiah Sastra. Ini merupakan penghargaan-penghargaan dari sekian penghargaan yang kemudian ia peroleh untuk karya-karyanya dalam dunia sastra. Ia kemudian masuk dalam kelompok beraliran Dai San no Shinjin “Wajah Baru yang Ketiga” bersama Junnosuke Yoshiyuki, Shotaro Yasuoka, Junzo Shono, Hiroyuki Agawa, Ayako Sono, dan Shumon Miura yang memiliki ciri khas tersendiri. Umumnya pengarang yang tergolong pada aliran Dai San no Shijin

mengarang dengan tema hal-hal biasa yang muncul dalam kehidupan sehari-hari setelah masyarakat Jepang stabil dari kehancuran Perang Dunia II.


(27)

Shusaku Endo merupakan salah satu pengarang yang paling popular dan diakui secara internasional. Endo menampilkan kekristenan dalam setiap karyanya. Di tahun 1955, Endo menikahi seorang wanita Jepang bernama Junko Okada dan memiliki seorang putra. Sebagai salah satu penulis fiksi kontemporer terkemuka di Jepang, Endo diangkat menjadi anggota Nihon Geijutsu yang merupakan sebuah Akademi Seni Jepang yang sangat bergengsi. Di tahun 1959 Endo terjangkit penyakit Tuberkulosis yang mengakibatkannya harus menjalanioperasi sebanyak tiga kali dalam dua setengah tahun. Operasi yang dilakukan ini mengakibatkan organ tubuhnya lemah dan mengakibatkan ia kehilangan salah satu paru-parunya. Hal ini mengakibatkan fisik Endo menjadi lemah dan dalam karyanya beliau lebih simpatik terhadap karakter menderita baik kelemahan spiritual dan fisik. Dalam karya-karyanya ia lebih menampilkan sosok penyayang dan penuh kasih kristus. Sebagai seorang pengarang Shusaku Endo adalah salah satu dari sedikit pengarang Jepang yang melukiskan perspektif unik sebagai seorang Jepang dan Katolik.

Endo mencerminkan banyak pengalamannya terutama membahas jalinan moral kehidupan. Iman Katoliknya dapat dilihat dalam kadar tertentu di setiap karyannya yang sering kali merupakan ciri khas dari karya-karya gubahannya. Sejak tahun 1950, Endo menerbitkan 175 buku yaitu 75 novel dan 17 koleksi cerita pendek, serta beberapa cerita perjalanan, esai, kritik, drama, dan lainnya. Karya Endo telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Pada tahun 1963, Endo dan keluarganya pindah ke kota Machida, sekitar 30 kilometer barat daya dari pusat kota Tokyo. Pada tahun 1986, novel “Sukyandaru” (Skandal)


(28)

diterbitkan. Pada tahun 1967, ia melakukan perjalanan ke Lisbon, Paris, dan Roma atas undangan Duta Besar Portugal untuk Jepang. Pada tahun 1969 Endo mengunjungi Israel dan Amerika dan tahun 1971 memperoleh medali dari Vatikan. Pada tahun 1977, ia menjadi anggota komite seleksi untuk Akutagawa Prize

(penghargaan sastra paling bergengsi di Jepang). Endo adalah presiden kesepuluh dari PEN Jepang (1985-1989), dan menerima gelar doktor kehormatan dari Santa Clara University. Di tahun 1991, ia menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Katolik Fu Jen di Taiwan. Beliau meninggal pada tanggal 29 September 1996 diusia 73 tahun karena pendarahan di otak, dan karya terakhirnya adalah Fukai Kawa (Sungai Dalam).

Kritikus Inggris memuji cerpen Endo karena member penjelasan bagi mereka mengenai konflik budaya antara budaya timur dan budaya barat, meraba-raba moral individu mengenai sifat kepercayaan dan identitas paradoksal orang Kristen Jepang. Endo telah menyatakan bahwa ia menggunakan cerita pendek sebagai ajang pengujian untuk ide-ide yang kemudian dapat diperluasnya dalam suatu novel gubahannya. Buku-bukunya mencerminkan banyak pengalaman masa kecilnya, termasuk stigma sebagai orang luar, pengalaman menjadi asing, kehidupan seorang pasien rumah sakit, dan perjuangannya melawan penyakit TBC yang dideritanya selama bertahun-tahun. Namun buku-bukunya lebih cenderung berhubungan dengan kain moral kehidupan. Sebagian besar dari perjuangan tokoh-tokohnya dengan dilema moral yang konpleks dan pilihan mereka sering menghasilkan hasil yang beragam atau tragis. Endo sering disebut sebagai Graham Greenenya Jepang. Shusaku Endo adalah penganut Katolik


(29)

pertama yang mengemukakan hal yang begitu dahsyat dan dengan menarik simpulan tegas, mengenai Kristianitas yang seharusnya beradaptasi secara radikal kalau ingin menumbuhkan akar di rawa-rawa Jepang.

Beberapa karya-karya Shusaku Endo yang terkenal ialah :

1. Shiroi Hito (Orang Putih;1955) menceritakan seorang mahasiswa teologi yang menolong orang lain dengan cara berbuat dosa, yaitu jisatsu “bunuh diri”. 2. Kiroi Hito (Orang Kuning;1955) dikemukakan suatu paradok, yaitu

tokoh-tokoh seperti pastor dan umat Katolik yang dicap sebagai orang yang runtuh moral memahami dan mendekati keberadaan Tuhan secara lebih mendalam daripada orang yang dianggap “benar” menurut pihak gereja.

3. Umi to Dokuyaku (Laut dan Racun;1958) mengambil tempat umumnya di rumah sakit Fukuoka, pada Perang Dunia II. Novel ini berkisah tentang pembedahan yang dilakukan terhadap penerbang-penerbang Amerika yang ditembak jatuh. Dikisahkan dari sudut pandang orang pertama dari salah satu dokter-dokternya dan perspektif orang ketiga dari koleganya yang membedah, bereksperimen, dan membunuh keenam penerbang ini. Kisah ini didasarkan pada kejadian sebenarnya. Novel ini difilmkan pada 1986 dengan judul yang sama dengan novelnya yaitu Umi no Dokuyaku, yang disutradarai oleh Kei Kumai dan dibintangi oleh Eiji Okuda dan Ken Watanabe. Karya ini menampilkan keyakinan bahwa akan terbuka jalan pertolongan walaupun manusia pernah berdosa jika ia tobat.

4. Watashi ga Suteta Onna (1963) sebuah karya sastra yang sempat difilmkan dan disutradarai oleh Kiriro Urayama, novel ini menceritakan seorang pria mapan


(30)

yang bernama Yoshioka akan menikahi seorang gadis dari keluarga kaya, Mariko. Sebelumnya Yoshioka pernah menjalin cintadengan Mitsu, gadis desa yang menurut temannya bukan seorang pasangan yang tepat bagi Yoshioka. Kemudian ada seorang yang kejam ingin merusak nama baik Mitsu dan menggunakan cara licik demi memeras Yoshioka.

5. Chinmoku (Silence;1966) merupakan karya Endo yang paling termasyur dan merupakan sebuah adikaryanya, novel ini pernah dimuat sebagai cerita bersambung dalam Kompas.

6. Shikai no Hotori (Di Tepi Laut Mati;1973) dalam novel ini ditampilkan Tuhan Yesus sebagai pendamping dalam kehidupan manusia dan disamakan dengan figur pastor. Yesus digambarkan sebagai tokoh yang kurang kharismatik. 7. Iesu no Shogai (Hidup Yesus;1973) dalam novel Tuhan ditafsirkan dengan

pandangan orang Jepang sebagai satu-satunya cara menyelesaikan kontradiksi tersebut yakni meyakini Tuhan yang datang dari barat.

8. Samurai (Ksatria;1980) ini merupakan novel sejarah yang mengisahkan misi diplomatik Hasekura Tsunenaga ke Meksiko dan Eropa pada abad ke-17. 9. Sukyandaru (Skandal;1986) novel ini mengambil tempat di Tokyo,

mengisahkan tentang seorang novelis yang terperangkap dalam skandal yang ada dalam dirinya, dan selalu dibayang-bayangi oleh wartawan yang ingin mengungkap skandal tersebut.

10. Fukai Kawa (Sungai Dalam;1993) novel ini mengambil tempat di India mengisahkan perjalanan fisik dan rohani sekelompok turis Jepang yang mengalami berbagai dilema moral dan spiritual dalam hidup mereka


(31)

masing-masing, ini merupakan karya terakhir Endo sebelum meninggal pada tahun 1997.

3.2 Novel Sukyandaru

Novel yang berjudul Sukyandaru karya Shusaku Endo ini menggambarkan tentang kehidupan seorang pengarang novel terkenal beserta skandal yang dilakukannya sebagai seorang pengarang. Tokoh-tokoh dalam novel ini yaitu Suguro, Kobari, Nyonya Naruse, Mitsu, Istri Suguro, Kurimoto, Motoko, Ishiguro Hina, Kano, dan Tono. Tokoh utama dalam novel ini adalah Suguro. Suguro merupakan pengarang novel terkenal yang kehidupannya penuh dengan skandal. Tokoh lain dalam novel ini yang merupakan tokoh antagonis yaitu Kobari yang merupakan seorang reporter sebuah majalah mingguan, yang berkeinginan untuk mengungkapkan skandal kehidupan Suguro karena ia membenci Suguro. Nyonya Naruse, Motoko, dan Ishiguro Hina merupakan tokoh wanita yang berkaitan dengan skandal Suguro. Nyonya Naruse bekerja sebagai tenaga sukarela di sebuah rumah sakit memiliki kepribadian yang sangat berbeda ketika menjadi tenaga sukarela serta pada kehidupan seksnya. Nyonya Naruse yang membantu Suguro menunjukkan skandal yang Suguro lakukan. Motoko dan Ishiguro Hina bekerja melukis sket wajah di daerah Jalan Sakura. Ishiguro Hina adalah wanita yang mempermalukan Suguro saat malam penganugrahan.

Mitsu, Istri Suguro, Kurimoto, Kano, dan Tono merupakan tokoh protagonis dalam novel ini. Mitsu adalah seorang siswi sekolah menengah yang tanpa sengaja bertemu dan berkenalan dengan Suguro di sebuah taman. Mitsu


(32)

kemudian dipekerjakan oleh Suguro di kantornya untuk bersih-bersih karena Mitsu membutuhkan uang untuk uang jajan adik-adiknya. Istri Suguro adalah wanita yang sayang dan mengabdi kepada suami. Kurimoto adalah editor yang bekerjasama dengan Suguro dalam menerbitkan novel-novel karya Suguro. Kurimoto juga membantu Suguro dalam menyelidiki desas-desus yang beredar mengenai skandal Suguro. Kano merupakan teman Suguro sesama pengarang, ia selalu memperingatkan Suguro mengenai desas-desus yang beredar yang bisa merusak reputasi Suguro sebagai pengarang. Tono adalah psikolog yang membantu Suguro dalam memahami tentang kepribadian ganda.

Cerita ini berawal ketika Suguro yang merupakan novelis terkenal dan sangat dihormati berusia enam puluh lima tahun berkeyakinan Katolik, sebuah novelnya yang sudah ditekuni selama tiga tahun menerima hadiah kesusastraan. Suguro adalah orang yang mengutamakan keharmonisan, selalu menjaga kehormatan rumah tangga sesuai dengan ajaran agama Kristen. Agama Kristen yang ia anut tersebut sangat mempengaruhi novel-novel yang ia buat. Upacara penganugrahan dimulai dengan kata sambutan kepala perusahaan penerbit disusul dengan pidato yang diucapkan oleh Kano, salah seorang anggota komite penganugrahan. Sudah lebih dari tiga puluh tahun Suguro berteman dengan Kano. Mereka memulai debut di bidang sastra hampir bersamaan, ketika masih muda mereka pernah mengidap penyakit TBC dan keduanya dioperasi untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Pada saat resepsi malam penganugrahan hadiah sastra, Suguro dipermalukan oleh seorang wanita mabuk yang mengaku mengenalnya dan mengatakan Suguro sering berkunjung ke kawasan mesum di


(33)

Kabuki-cho daerah Shinjuku, Tokyo. Para tamu yang hadir pada acara resepsi melihat kejadian tersebut, termasuk Kobari yang datang tanpa diundang ke acara tersebut dengan maksud mencari berita. Kobari merupakan seorang reporter yang sangat membenci Suguro dan keyakinan yang dianut Suguro, yang mempengaruhi novel yang dihasilkannya. Kobari merasa tidak percaya dengan tulisan Suguro pada novel-novelnya yang penuh dengan unsur religi, namun pada kenyataannya kehidupan Suguro ini penuh dengan skandal. Suguro yang dihormati sebagai seorang pengarang yang berkeyakinan Katolik, ternyata dikenal oleh wanita-wanita pramuria dari kawasan mesum di Kabuki-cho. Hal tersebut merupakan tanda bahwa Suguro pernah mengunjungi tempat mesum itu serta melakukan hal-hal nakal bersama dengan wanita-wanita pramuria disana. Kobari merasa wajib untuk membuktikan kebenaran skandal tersebut untuk dapat menjatuhkan reputasi Suguro serta memuaskan perasaan bencinya terhadap Suguro.

Saat wanita yang mempermalukan Suguro itu dalam perjalanan pulang, Kobari mengikuti wanita tersebut dan menghadang di dekat jalan masuk ke stasiun kereta bawah tanah Tokyo. Kobari menanyakan perihal kebenaran tentang apa yang dikatakan wanita itu mengenai Suguro yang pernah ditemui melakukan hal-hal yang sangat nakal di Jalan Sakura. Dari wanita itu, Kobari mendapati nama toko tempat wanita itu bertemu dengan Suguro, serta mendapatkan alamat galeri tempat terdapatnya sket wajah Suguro. Sebagai mahasiswa, Kobari dulu diilhami materialisme dialektis, dan ia merasa canggung dengan orang-orang seperti Suguro yang mengecoh rakyat banyak melalui kepercayaan mereka pada racun pembius yang berwujud agama.


(34)

Beberapa hari kemudian Kobari mendatangi suatu kawasan dari Kabuki-cho di Shinjuku, mencari toko seperti yang dikatakan wanita mabuk yang mempermalukan Suguro, yakni tempat pertunjukan cabul dan tempat mandi uap berderet-deret. Ia menanyakan intensitas kedatangan Suguro kepada resepsionis, namun resepsionis itu tidak tahu karena orang yang datang kesana sangat banyak. Hal ini membuat Kobari mulai merasa putus asa. Tapi suatu kali ketika malam sudah sangat larut, sewaktu ia sedang membeli karcis di sebuah mesin otomatis di Stasiun Shinjuku, secara kebetulan ia melihat profil seorang pria yang mirip sekali dengan Suguro. Pria itu menuju pangkalan taksi, seiring dengan seorang wanita berkacamata. Kobari langsung mengejar pria tersebut, tapi pasangan itu sudah lebih dulu masuk ke dalam taksi. Kobari kemudian memanggil taksi yang berikutnya dan menyuruh pengemudi mengikuti taksi tadi. Taksi itu menyusuri Jalan Raya Koshu dan menuju ke arah Yoyogi. Sesampai di Yoyogi, taksi yang di depan berhenti di depan sebuah gedung besar dengan gerbang mentereng. Taksi yang ditumpangi Kobari berjalan terus dan baru berhenti delapan puluh meter lebih jauh. Sementara itu pria dan wanita tadi sudah tidak kelihatan lagi. Kobari pergi melihat gedung besar itu, pada sebuah plat nama tertulis Hotel Angsa Yoyogi. Sejak kejadian tersebut, Kobari mulai mengumpulkan bukti-bukti mengenai skandal yang dilakukan Suguro. Kobari selalu berkeliaran di daerah tersebut dengan keyakinan akan menemukan Suguro secara langsung sedang melakukan hal-hal nakal dengan wanita-wanita disana.

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju, dapat dilihat dari berkelanjutannya masalah yang dialami tokoh Suguro saat dipermalukan pada


(35)

malam penganugerahan sastra. Serta dapat dilihat dari usaha-usaha berkelanjutan tokoh Kobari untuk mengungkapkan dan membuktikan skandal kehidupan pribadi tokoh Suguro seperti yang dikatakan wanita yang mempermalukan tokoh Suguro saat malam penganugerahan. Tokoh Kobari sangat membenci tokoh Suguro dan berkeinginan besar untuk menjatuhkan reputasi tokoh Suguro sebagai pengarang.

Suguro memiliki kantor yang disewanya didekat daerah Harajuku. Dua kali seminggu istri Suguro datang untuk membersihkan kantornya. Mereka kadang-kadang pergi makan-makan dan setelah itu berjalan-jalan. Mereka selalu mengambil jalan yang itu-itu saja, menuruni lereng di depan kantornya, melintasi Taman Yoyogi, lalu menyusur Omote Sando sebelum kembali ke kantor. Ketika sore pada suatu akhir pekan saat istrinya tidak bisa datang ke kantornya karena ada musibah yang menimpa salah seorang kerabatnya, Suguro meninggalkan kantornya untuk jalan-jalan seperti biasa yang ia lakukan bersama istrinya. Ia menuju ke Taman Yoyogi. Ketika sedang berjalan-jalan disana, Suguro secara tak sengaja berkenalan dengan gadis remaja bernama Mitsu. Suguro kemudian mepekerjakan Mitsu di kantornya untuk membantu istri Suguro membersihkan kantor Suguro, karena istri Suguro mengidap penyakit arthritis yaitu penyakit nyeri pada persendian yang timbul karena cuaca dingin. Apabila Mitsu sedang bekerja, Suguro selalu memperhatikannya sehingga tanpa disadari ia sampai bermimpi melihat Mitsu berdiri di depan cermin dengan tubuh hanya terbalut celana dalam kembang-kembang. Saat terbangun, Suguro merasa malu karena bermimpi tidak senonoh seperti itu. Tapi disadarinya bahwa mungkin ia akan


(36)

teringat lagi dengan mimpi itu setiap Mitsu datang untuk membersihkan kantornya.

Kurimoto adalah seorang editor yang bekerja sama dengan Suguro untuk menerbitkan novel-novel Suguro. Ia selalu datang mengunjungi Suguro untuk berdiskusi tentang novel yang ditulis Suguro atau hanya sekedar untuk bercakap-cakap dengan Suguro. Kurimoto tidak pernah menyentuh minuman keras atau merokok, pakaian yang dipakainya pun bergaya bankir dengan dasi yang apik. Suatu hari, Kurimoto mengunjungi Suguro untuk mendiskusikan tentang karya Suguro yang berikutnya, namun disela-sela diskusi, Kurimoto memberi tahu Suguro bahwa ia sempat mengunjungi tempat yang dikatakan wanita mabuk yang mempermalukan Suguro. Tempat wanita itu memamerkan sket wajah Suguro dan tempat yang dikatakannya sering dikunjungi Suguro. Kurimoto mendatangi tempat itu dengan niat melindungi nama baik pengarang yang ia ajak bekerja sama. Beberapa hari kemudian, Suguro mendatangi tempat dipamerkan sket wajahnya seperti petunjuk yang diberikan oleh Kurimoto. Suguro menyusuri sebuah jalan sempit bernama Lorong Brams, sampai ke sebuah papan nama dengan tulisan Galeri Seni Rupa Baru. Disana Suguro mencari sebuah lukisan potret yang oleh Kurimoto dikatakan berjudul Wajah Tuan S, dipajang dekat sudut. Kemudian Suguro menanyakan kepada wanita yang duduk di balik meja penerima tamu, tentang keberadaan Ishiguro Hina, wanita yang mempermalukannya pada saat malam penganugrahan, serta menanyakan orang yang melukis potret tersebut. Namun orang yang dicarinya tidak ada.


(37)

Ketika Suguro akan meninggalkan tempat tersebut, dilihatnya seorang wanita bersosok keibuan yang dipanggil Nyonya Naruse oleh wanita penerima tamu tadi memasuki galeri. Suguro menuju ke sebuah kedai kopi yang terletak di seberang galeri. Ia duduk dekat jendela, tetapi ia masih terbayang-bayang dengan potret itu. potret yang menampilkan wajah seorang pria yang kejelekannya tidak memancar ke luar dari parasnya, melainkan dari lubuk jiwanya. Suguro merasa bingung dan ketakutan, pikirannya menerawang. Tanpa disadarinya wanita yang tadi dilihatnya di galeri telah duduk di tempat duduk kosong bersebelahan dengan Suguro. Wanita itu menyapa Suguro terlebih dulu, lalu mereka bercakap-cakap mengenai lukisan potret tersebut sampai mebicarakan tentang seks. Perjumpaannya dengan Nyonya Naruse dirasakan luar biasa oleh Suguro. Ia tidak pernah membayangkan pembicaraan yang begitu terbuka dengan seorang wanita yang baru dikenalnya, bahkan percakapan seperti itu dengan istrinya sendiri pun tidak pernah dilakukannya.

Kobari yang memiliki keinginan untuk membeberkan skandal dari Suguro, berusaha mengumpulkan bukti-bukti tentang skandal tersebut. Ia berkeliaran juga di kawasan itu seperti halnya Suguro. Ia mencari galeri tempat terdapatnya lukisan potret wajah Suguro. Namun belum sempat ia memasuki galeri, ia melihat Suguro memasuki kedai kopi di seberang jalan. Kobari mengawasi Suguro yang berada di dalam kedai kopi tersebut dari balik sebuah tiang kawat telegrap. Tidak lama kemudian, Kobari melihat seorang wanita keluar dari bangunan yang baru saja ditinggalkan oleh Suguro memasuki kedai kopi yang sama. Kobari melihat mereka seperti sudah saling mengenal karena mereka duduk bersebelahan dan


(38)

dengan segera sudah terlibat dalam percakapan yang serius. Kemudian Suguro dan wanita tersebut berdiri dan meninggalkan kedai tersebut. Kobari mengikuti mereka menyusur Jalan Takeshita, namun tiba-tiba mereka berpisah, Suguro menuju ke arah stasiun kereta api, sementara wanita itu menuju ke arah berlawanan. Kobari tidak lagi membuntuti lebih jauh, ia kemudian kembali ke galeri.

Kano yang merupakan teman Suguro sesama pengarang, memperingatkan Suguro mengenai desas-desus aneh tentang dirinya. Desas-desus itu mengenai Suguro yang sering datang ke tempat-tempat pertunjukan cabul di sekitar Kabuki-cho. Malam kemarin dulu, Kano juga pernah melihat sekilas seperti Suguro duduk bersama wanita yang memakai kacamata di peron di Stasiun Shinjuku sekitar pukul setengah dua belas. Tetapi Suguro membantah semua itu karena ia merasa malam kemarin dulu ia berada di rumah sambil membaca cerita-cerita singkat. Namun Kano tidak langsung percaya dengan Suguro, karena Kano sempat ditelpon oleh Kobari sekitar dua minggu lalu menanyakan tentang Suguro. Kobari memberi tahu Kano bahwa ia berjumpa dengan seorang wanita seniman yang menceritakan tentang perbuatan-perbuatan nakal Suguro.

Kobari yang selalu berusaha mencari petunjuk dan mengumpulkan bukti-bukti mengenai skandal Suguro, apabila kebetulan berada di dekat kawasan Shinjuku dalam rangka tugas, dalam perjalanan pulang ia selalu melewati Jalan Sakura, karena ia berkeyakinan akan menemukan Suguro disana sedang melakukan hal-hal nakal bersama wanita. Namun setelah sekian lama ia melakukan pencarian, ia tidak menemukan hasil. Ketika sudah merasa putus asa,


(39)

tanpa sengaja ia berpapasan dengan wanita yang pernah ia lihat menemui Nyonya Naruse. Kobari mencegat wanita tersebut untuk menanyakan kedekatan wanita tersebut dengan Suguro. Kemudian Kobari mengajak wanita itu minum-minum agar bisa mendapatkan lebih banyak lagi informasi mengenai skandal yang dilakukan oleh Suguro. Wanita itu bernama Itoi Motoko, bekerja di kawasan Jalan Sakura dengan cara membuat sket wajah. Itoi Motoko merupakan wanita yang membuat sket dari wajah Suguro. Ia menceritakan kepada Kobari bahwa saat membuat sket tersebut, ia juga bersama Ishiguro Hina melakukan hal-hal nakal bersama Suguro di sebuah hotel.

Setelah mengetahui tentang Suguro dari Itoi Motoko, Kobari menelpon Suguro dan mengajaknya bertemu secara langsung untuk membicarakan mengenai desas-desus yang beredar mengenai Suguro. Suguro akhirnya menemui Kobari di sebuah snack-bar. Kobari menanyakan kepada Suguro mengenai perempuan yang ada di sebuah foto yang ia dapat dari temannya yang seorang fotografer. Foto itu merupakan foto sebuah pesta di hotel Chateau Rouche di Roppongi. Kobari kemudian mengatakan bahwa perempuan yang ada di foto tersebut mengenal Nyonya Naruse, dan perempuan itu juga merupakan teman dari wanita yang mempermalukan Suguro dengan menyebarkan desas-desus tidak enak tentang Suguro pada waktu resepsi malam penganugrahan. Tetapi Suguro tetap mengelak bahwa ia tidak mengenal dan tidak pernah bertemu dengan perempuan yang ada di foto tersebut. Kobari terus berusaha mengumpulkan bukti-bukti untuk dapat membeberkan skandal Suguro kepada penggemarnya.


(40)

Setelah pertemuannya dengan Kobari, pikiran Suguro mulai dilanda kecemasan. Suguro menanyakan kepada Profesor Tono yang merupakan seorang psikolog penganut aliran Freud, mengenai kelainan seks dan halusinasi. Suguro bertemu dengan Tono ketika menjadi narasumber dalam sebuah acara ceramah yang disponsori oleh badan penerbit tempat Kurimoto bekerja. Namun dari penjelasan Profesor Tono, Suguro tampak tidak puas, dan kecemasan masih membayang-bayangi pikirannya mengenai desas-desus yang beredar tersebut.

Kobari yang masih belum mendapat cukup bukti untuk membuktikan desas-desus mengenai skandal Suguro kembali menemui Ishiguro Hina. Kobari menemui Hina untuk lebih memastikan kembali hubungan Motoko dengan Suguro dan hubungan Motoko dengan Nyonya Naruse. Ishiguro Hina tidak memberi kejelasan, tetapi menertawakan Kobari. Hina menanyakan kepada Kobari tentang sebab ia sangat membenci Suguro. Namun Kobari sendiri tidak tahu pasti alasan ia tidak suka kepada Suguro, ia hanya merasa bahwa orang seperti Suguro itu palsu, pernyataan-pernyataan yang diucapkan sangat berbeda dengan kenyataan. Selain itu, Kobari juga merasa iri dengan kehidupan tentram yang dijalani Suguro sebagai seorang pengarang dengan banyak penggemar yang sangat menyukai novel-novel yang dibuat Suguro yang sangat dipengaruhi oleh agamanya. Padahal kehidupan pribadi Suguro penuh dengan skandal, karena itu Kobari yang merupakan seorang reporter merasa berkewajiban untuk membeberkan kenyataan itu.

Kobari menemui Profesor Tono karena merasa kebingungan dengan pernyataan yang ia dapat dari wanita-wanita yang berhubungan dengan skandal


(41)

Suguro dan dari pernyataan Suguro setelah ia temui secara langsung. Wanita-wanita itu menyatakan bahwa mereka memang pernah bertemu dengan Suguro dan melakukan hal-hal nakal bersama Suguro, sampai mereka membuat sket wajah dari Suguro. Namun Suguro tidak pernah ingat pernah bertemu wanita-wanita itu, dan menyatakan kalau Suguro tidak mengenal mereka. Kobari menanyakan kepada Profesor Tono tentang Suguro serta kemungkinan Suguro memiliki kepribadian ganda. Profesor Tono menyatakan ia tidak tahu apa-apa tentang kemungkinan Suguro memiliki kepribadian ganda. Tetapi tentang kepribadian ganda secara umum, semua orang bisa memilikinya. Setiap orang bisa saja memiliki satu wajah yang dipakai dalam kehidupan bermasyarakat, lalu satu lagi yang disimpan untuk diri sendiri. Dari pernyataan Profesor Tono tersebut membuat Kobari semakin berusaha untuk bisa mengungkap skandal Suguro. Pengarang yang dibenci Kobari karena novel-novel yang ditulisnya sangat dipengaruhi oleh agama Katolik yang dianutnya, namun dengan tangan yang sama itu ia melakukan hal-hal nakal dengan wanita-wanita di tempat mesum. Selain itu, pekerjaan Kobari sebagai reporter membuat ia merasa wajib membeberkan kebenaran kehidupan pribadi Suguro yang berbeda dari yang ditulisnya di novel.

Suguro dilanda kecemasan karena disadarinya kalau desas-desus aneh yang beredar tentang dirinya akan mempengaruhi reputasinya sebagai pengarang dan hal lebih buruk yang ia pikirkan, jika istrinya sampai tahu semua masalah tersebut akan mempengaruhi keharmonisan rumah tangganya. Suguro menghubungi Nyonya Naruse untuk bertemu, dan tempat yang mereka sepakati untuk bertemu adalah restoran Shigeyoshi. Suguro menanyakan mengenai


(42)

desas-desus yang beredar tersebut, dan meminta bantuan Nyonya Naruse untuk mempertemukannya dengan orang yang diyakini Suguro mirip dirinya berkeliaran di kawasan Shinjuku sehingga timbul desas-desus aneh. Nyonya Naruse bersedia membantu Suguro, dan mengajak Suguro bertemu kembali pada hari Jumat yang akan datang di alamat yang ditulisnya di atas selembar alas gelas.

Pada hari yang telah dijanjikan, Suguro menaiki taksi menuju alamat tempat ia akan bertemu dengan Nyonya Naruse untuk mengungkap desas-desus yang beredar tentang Suguro yang diyakini Suguro desas-desus tersebut dibuat oleh orang yang mirip dengannya. Sesampainya di depan hotel tempat Suguro akan bertemu dengan Nyonya Naruse, ia merasa sedikit aneh, karena merasa pernah melihat hotel tersebut, dan bahkan merasa pernah berada di dalamnya. Tapi Suguro tidak mengerti kenapa ada ingatan dalam dirinya terhadap hotel itu. Sewaktu sudah masuk, Suguro diberi tahu oleh seorang lelaki yang duduk di belakang meja penerima tamu kalau Suguro sudah ditunggu Nyonya Naruse di kamar suite 308. Saat itu Suguro melihat Nyonya Naruse yang benar-benar beda dan baru saat itu ia melihat Nyonya Naruse merokok. Disana Suguro diperlihatkan oleh Nyonya Naruse mengenai alam bawah sadar. Suguro disuruh oleh Nyonya Naruse mengintip dari sebuah lobang kecil di sebuah lemari. Ternyata lobang tersebut mengarah ke kamar tidur. Di tempat tidur kamar tersebut, Suguro melihat Mitsu sedang tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian. Melihat semua itu, Suguro jadi terbayang kembali dengan mimpinya yang dulu tentang Mitsu, sambil ia terus mengintip dari lobang tersebut, ia melihat sosok seorang lelaki tua yang persis seperti dirinya memandangi tubuh Mitsu, kemudian mulai menggerayangi


(43)

tubuh gadis remaja tersebut. Lelaki itu mulai mengelus-elus payudara, kemudian mulai menjilat-jilat tubuh Mitsu, sampai akhirnya tiba-tiba mencengkeram kerongkongan Mitsu. Mitsu menggeliat-geliat, matanya mengernyitkan kesakitan. Suguro akhirnya tersadar kembali, seperti orang yang baru siuman dari pingsan. Tubuhnya dilanda kelelahan, dan ia menyandarkan kepalanya ke dinding, sedangkan Mitsu masih terkapar di atas tempat tidur. Suguro membuang mata saat sadar melihat semua itu, dan seperti penjahat yang hendak menutupi kejahatannya, ia menutupi tubuh Mitsu dengan selimut.

Setelah Mitsu terbangun, Suguro segera menyuruh Mitsu berpakaian, kemudian mereka pulang. Dalam perjalanan keluar dari hotel, Mitsu mengatakan kalau merasakan mimpi seperti melihat wajah Suguro berulang-ulang kali, tapi Suguro tidak menanggapi yang dikatakan oleh Mitsu. Suguro merangkul Mitsu menuju jalan besar untuk mencari taksi. Ketika mereka keluar lewat gerbang, tiba-tiba ada cahaya terang memancar di depan wajah mereka. Itu adalah cahaya dari kamera foto yang dibawa Kobari. Akhirnya Kobari mendapatkan foto Suguro sedang merangkul Mitsu keluar dari hotel yang akan menjadi bukti skandal dari Suguro. Kobari menanyakan tentang gadis itu, namun Suguro tidak menjawab. Suguro memanggil taksi untuk mengantarkan Mitsu pulang, sedangkan Suguro berjalan ke arah Harajuku. Kobari mengancam Suguro, akan menuliskan tentang Suguro dan skandalnya dari bukti foto yang ia dapat secara langsung tersebut. Anehnya, ancaman tersebut sama sekali tidak membuat Suguro gelisah dan takut, karena Suguro mulai menyadari kalau semua yang terjadi di hotel tadi bukan ilusi,


(44)

bukan mimpi buruk, bukan juga dilakukan oleh orang lain yang mengaku dirinya. Orang itu adalah Suguro sendiri, satu sisi lain dari kepribadiannya.

Dua minggu kemudian, Kurimoto menelpon Suguro, mengatakan bahwa pimpinan badan penerbit yang menerbitkan novel-novel Suguro ingin bertemu. Seperti sudah diperkirakan sebelumnya oleh Suguro, Kobari membawa foto skandal tersebut ke badan penerbit dan mengatakan hendak menulis artikel mengenai foto tersebut. Tetapi, badan penerbit tersebut sudah cukup lama bekerja sama dengan Suguro, menerbitkan novel-novel karya Suguro. Jika foto tersebut beredar luas, akan memberikan dampak negatif terhadap reputasi Suguro dan juga akan berpengaruh negatif ke badan penerbit tersebut, akhirnya foto tersebut beserta negatifnya dibeli oleh badan penerbit kemudian dibakar.

Novel Sukyandaru ini sangat menarik untuk dibaca dan diteliti, karena novel ini menyajikan cerita mengenai kehidupan serta masalah-masalah kehidupan. Novel ini memberikan gambaran mengenai alam bawah sadar, rasa tidak percaya, iri, benci, sampai keinginan besar untuk menjatuhkan nama baik serta reputasi seseorang. Hal tersebut menarik untuk dapat diketahui penyebabnya, karena dalam kehidupan nyata masalah-masalah semacam itu sering terjadi. Deskripsi Shusaku Endo yang begitu rinci dan mendalam pada novel ini, dapat membawa pembaca larut dalam petualangan bersama tokoh-tokohnya. Masalah-masalah kehidupan yang disajikan dalam novel ini mampu membuat pembaca penasaran dan ingin tahu akan kelanjutan cerita. Masalah serta konflik yang kemudian dikuak perlahan-lahan oleh Endo dengan gaya penulisan yang halus dan ringan. Walaupun pada awal cerita sudah terdapat konflik dalam penokohan, alur,


(45)

dan bahkan jalan cerita, namun dalam pengembangan cerita Shusaku Endo mampu membuat semua rasa penasaran pembaca sedikit demi sedikit terjawab.


(1)

Setelah pertemuannya dengan Kobari, pikiran Suguro mulai dilanda kecemasan. Suguro menanyakan kepada Profesor Tono yang merupakan seorang psikolog penganut aliran Freud, mengenai kelainan seks dan halusinasi. Suguro bertemu dengan Tono ketika menjadi narasumber dalam sebuah acara ceramah yang disponsori oleh badan penerbit tempat Kurimoto bekerja. Namun dari penjelasan Profesor Tono, Suguro tampak tidak puas, dan kecemasan masih membayang-bayangi pikirannya mengenai desas-desus yang beredar tersebut.

Kobari yang masih belum mendapat cukup bukti untuk membuktikan desas-desus mengenai skandal Suguro kembali menemui Ishiguro Hina. Kobari menemui Hina untuk lebih memastikan kembali hubungan Motoko dengan Suguro dan hubungan Motoko dengan Nyonya Naruse. Ishiguro Hina tidak memberi kejelasan, tetapi menertawakan Kobari. Hina menanyakan kepada Kobari tentang sebab ia sangat membenci Suguro. Namun Kobari sendiri tidak tahu pasti alasan ia tidak suka kepada Suguro, ia hanya merasa bahwa orang seperti Suguro itu palsu, pernyataan-pernyataan yang diucapkan sangat berbeda dengan kenyataan. Selain itu, Kobari juga merasa iri dengan kehidupan tentram yang dijalani Suguro sebagai seorang pengarang dengan banyak penggemar yang sangat menyukai novel-novel yang dibuat Suguro yang sangat dipengaruhi oleh agamanya. Padahal kehidupan pribadi Suguro penuh dengan skandal, karena itu Kobari yang merupakan seorang reporter merasa berkewajiban untuk membeberkan kenyataan itu.

Kobari menemui Profesor Tono karena merasa kebingungan dengan pernyataan yang ia dapat dari wanita-wanita yang berhubungan dengan skandal


(2)

Suguro dan dari pernyataan Suguro setelah ia temui secara langsung. Wanita-wanita itu menyatakan bahwa mereka memang pernah bertemu dengan Suguro dan melakukan hal-hal nakal bersama Suguro, sampai mereka membuat sket wajah dari Suguro. Namun Suguro tidak pernah ingat pernah bertemu wanita-wanita itu, dan menyatakan kalau Suguro tidak mengenal mereka. Kobari menanyakan kepada Profesor Tono tentang Suguro serta kemungkinan Suguro memiliki kepribadian ganda. Profesor Tono menyatakan ia tidak tahu apa-apa tentang kemungkinan Suguro memiliki kepribadian ganda. Tetapi tentang kepribadian ganda secara umum, semua orang bisa memilikinya. Setiap orang bisa saja memiliki satu wajah yang dipakai dalam kehidupan bermasyarakat, lalu satu lagi yang disimpan untuk diri sendiri. Dari pernyataan Profesor Tono tersebut membuat Kobari semakin berusaha untuk bisa mengungkap skandal Suguro. Pengarang yang dibenci Kobari karena novel-novel yang ditulisnya sangat dipengaruhi oleh agama Katolik yang dianutnya, namun dengan tangan yang sama itu ia melakukan hal-hal nakal dengan wanita-wanita di tempat mesum. Selain itu, pekerjaan Kobari sebagai reporter membuat ia merasa wajib membeberkan kebenaran kehidupan pribadi Suguro yang berbeda dari yang ditulisnya di novel.

Suguro dilanda kecemasan karena disadarinya kalau desas-desus aneh yang beredar tentang dirinya akan mempengaruhi reputasinya sebagai pengarang dan hal lebih buruk yang ia pikirkan, jika istrinya sampai tahu semua masalah tersebut akan mempengaruhi keharmonisan rumah tangganya. Suguro menghubungi Nyonya Naruse untuk bertemu, dan tempat yang mereka sepakati untuk bertemu adalah restoran Shigeyoshi. Suguro menanyakan mengenai


(3)

desas-desus yang beredar tersebut, dan meminta bantuan Nyonya Naruse untuk mempertemukannya dengan orang yang diyakini Suguro mirip dirinya berkeliaran di kawasan Shinjuku sehingga timbul desas-desus aneh. Nyonya Naruse bersedia membantu Suguro, dan mengajak Suguro bertemu kembali pada hari Jumat yang akan datang di alamat yang ditulisnya di atas selembar alas gelas.

Pada hari yang telah dijanjikan, Suguro menaiki taksi menuju alamat tempat ia akan bertemu dengan Nyonya Naruse untuk mengungkap desas-desus yang beredar tentang Suguro yang diyakini Suguro desas-desus tersebut dibuat oleh orang yang mirip dengannya. Sesampainya di depan hotel tempat Suguro akan bertemu dengan Nyonya Naruse, ia merasa sedikit aneh, karena merasa pernah melihat hotel tersebut, dan bahkan merasa pernah berada di dalamnya. Tapi Suguro tidak mengerti kenapa ada ingatan dalam dirinya terhadap hotel itu. Sewaktu sudah masuk, Suguro diberi tahu oleh seorang lelaki yang duduk di belakang meja penerima tamu kalau Suguro sudah ditunggu Nyonya Naruse di kamar suite 308. Saat itu Suguro melihat Nyonya Naruse yang benar-benar beda dan baru saat itu ia melihat Nyonya Naruse merokok. Disana Suguro diperlihatkan oleh Nyonya Naruse mengenai alam bawah sadar. Suguro disuruh oleh Nyonya Naruse mengintip dari sebuah lobang kecil di sebuah lemari. Ternyata lobang tersebut mengarah ke kamar tidur. Di tempat tidur kamar tersebut, Suguro melihat Mitsu sedang tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian. Melihat semua itu, Suguro jadi terbayang kembali dengan mimpinya yang dulu tentang Mitsu, sambil ia terus mengintip dari lobang tersebut, ia melihat sosok seorang lelaki tua yang persis seperti dirinya memandangi tubuh Mitsu, kemudian mulai menggerayangi


(4)

tubuh gadis remaja tersebut. Lelaki itu mulai mengelus-elus payudara, kemudian mulai menjilat-jilat tubuh Mitsu, sampai akhirnya tiba-tiba mencengkeram kerongkongan Mitsu. Mitsu menggeliat-geliat, matanya mengernyitkan kesakitan. Suguro akhirnya tersadar kembali, seperti orang yang baru siuman dari pingsan. Tubuhnya dilanda kelelahan, dan ia menyandarkan kepalanya ke dinding, sedangkan Mitsu masih terkapar di atas tempat tidur. Suguro membuang mata saat sadar melihat semua itu, dan seperti penjahat yang hendak menutupi kejahatannya, ia menutupi tubuh Mitsu dengan selimut.

Setelah Mitsu terbangun, Suguro segera menyuruh Mitsu berpakaian, kemudian mereka pulang. Dalam perjalanan keluar dari hotel, Mitsu mengatakan kalau merasakan mimpi seperti melihat wajah Suguro berulang-ulang kali, tapi Suguro tidak menanggapi yang dikatakan oleh Mitsu. Suguro merangkul Mitsu menuju jalan besar untuk mencari taksi. Ketika mereka keluar lewat gerbang, tiba-tiba ada cahaya terang memancar di depan wajah mereka. Itu adalah cahaya dari kamera foto yang dibawa Kobari. Akhirnya Kobari mendapatkan foto Suguro sedang merangkul Mitsu keluar dari hotel yang akan menjadi bukti skandal dari Suguro. Kobari menanyakan tentang gadis itu, namun Suguro tidak menjawab. Suguro memanggil taksi untuk mengantarkan Mitsu pulang, sedangkan Suguro berjalan ke arah Harajuku. Kobari mengancam Suguro, akan menuliskan tentang Suguro dan skandalnya dari bukti foto yang ia dapat secara langsung tersebut. Anehnya, ancaman tersebut sama sekali tidak membuat Suguro gelisah dan takut, karena Suguro mulai menyadari kalau semua yang terjadi di hotel tadi bukan ilusi,


(5)

bukan mimpi buruk, bukan juga dilakukan oleh orang lain yang mengaku dirinya. Orang itu adalah Suguro sendiri, satu sisi lain dari kepribadiannya.

Dua minggu kemudian, Kurimoto menelpon Suguro, mengatakan bahwa pimpinan badan penerbit yang menerbitkan novel-novel Suguro ingin bertemu. Seperti sudah diperkirakan sebelumnya oleh Suguro, Kobari membawa foto skandal tersebut ke badan penerbit dan mengatakan hendak menulis artikel mengenai foto tersebut. Tetapi, badan penerbit tersebut sudah cukup lama bekerja sama dengan Suguro, menerbitkan novel-novel karya Suguro. Jika foto tersebut beredar luas, akan memberikan dampak negatif terhadap reputasi Suguro dan juga akan berpengaruh negatif ke badan penerbit tersebut, akhirnya foto tersebut beserta negatifnya dibeli oleh badan penerbit kemudian dibakar.

Novel Sukyandaru ini sangat menarik untuk dibaca dan diteliti, karena novel ini menyajikan cerita mengenai kehidupan serta masalah-masalah kehidupan. Novel ini memberikan gambaran mengenai alam bawah sadar, rasa tidak percaya, iri, benci, sampai keinginan besar untuk menjatuhkan nama baik serta reputasi seseorang. Hal tersebut menarik untuk dapat diketahui penyebabnya, karena dalam kehidupan nyata masalah-masalah semacam itu sering terjadi. Deskripsi Shusaku Endo yang begitu rinci dan mendalam pada novel ini, dapat membawa pembaca larut dalam petualangan bersama tokoh-tokohnya. Masalah-masalah kehidupan yang disajikan dalam novel ini mampu membuat pembaca penasaran dan ingin tahu akan kelanjutan cerita. Masalah serta konflik yang kemudian dikuak perlahan-lahan oleh Endo dengan gaya penulisan yang halus dan ringan. Walaupun pada awal cerita sudah terdapat konflik dalam penokohan, alur,


(6)

dan bahkan jalan cerita, namun dalam pengembangan cerita Shusaku Endo mampu membuat semua rasa penasaran pembaca sedikit demi sedikit terjawab.


Dokumen yang terkait

Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

2 79 64

Verba Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

4 116 213

Aktualisasi Diri Tokoh Utama Suguro Dalam Novel “Skandal” Karya Shusaku Endo Shusaku Endo No Sakuhin No “Skandal” No Shousetsu Ni Okeru Suguro No Shujinkou No Jibun No Jitsugen

6 91 79

Analisis Struktur Novel dan Perilaku Tokoh Suguro dalam Novel Sukyandaru Menggunakan Teori Struktural Naratif Propp.

0 3 20

SKIZOFRENIA PARANOID TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA ENDO SHUSAKU ; TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 0 9

PANDANGAN DUNIA DALAM NOVEL CHINMOKU KARYA ENDO SHUSAKU TINJAUAN STRUKTURALISME GENETIK.

0 1 6

KONFLIK BATIN TOKOH PENDETA SEBASTIAN RODRIGUES DALAM NOVEL CHINMOKU KARYA SHUSAKU ENDO (Melalui Konsep Self dan Imago).

0 0 2

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SKANDAL, PSIKOANALISA SIGMUN FREUD DAN BIOGRAFI PENGARANG 2.1 Definisi Novel - Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

0 0 14

Makna Hubungan Antartokoh dalam Proses Pembentukan Kepribadian Ganda Tokoh Suguro pada Novel Sukyandaru Karya Endo Shusaku

0 0 12