Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pada Tujuh Kantor Akuntan Publik Di Bandung

(1)

1

Di Indonesia bidang akuntansi baru dikenal tahun 1950an sejalan dengan mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis maka perekonomian mendorong berdirinya organisasi profesi akuntansi yang dikenal dengan sebutan “Ikatan Akuntansi Indonesia” (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957. (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010 : 17)

Semakin berkembangnya perusahaan di Indonesia, permintaan jasa audit meningkat. Faktor-faktor yang menjadi pendorong tingginya permintaan jasa audit dan pesatnya pertumbuhan profesi akuntan publik di Indonesia adalah karena perkembangan pasar modal, pertumbuhan ukuran dan kompleksitas bisnis, serta regulasi (perundang-undangan, peraturan-peraturan).

Kantor Akuntan Publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan, dan audit laporan keuangan.

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya.Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan


(2)

oleh anggota profesinya. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Auditor eksternal dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Disamping itu dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang auditor eksternal telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.

Dengan melihat kenyataan yang ada tentang arti penting seorang auditor sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan suatu perusahaan/instansi itu bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, maka sudah sepantasnya hal tersebut di atas diberi perhatian lebih karena adanya suatu harapan yang tinggi terhadap kinerja profesional seorang auditor dalam melaksanakan penugasan auditnya.

Auditor eksternal dalam melaksanakan audit, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai lainnya.


(3)

Profesi Auditor eksternal (akuntan publik) saat ini sedang mendapatkan sorotan tajam bahkan sinis dari masyarakat umum akibat terjadinya skandal-skandal besar di negara maju seperti AS dan di Indonesia.

Yang pertama Kasus Enron dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. Dalam kasus ini, Kantor Akuntan Publik (KAP) yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangakan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Yang lebih mengejutkan dunia akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh David Duncan, ketua partner dari Andersen untuk Enron. Panik karena menerima undangan untuk diminta kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika (Congress), Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja (workpapers) dan e-mail yang berhubungan dengan Enron. Kertas kerja adalah dukumen penting dalam dunia profesi akuntan


(4)

yang berhubungan dengan laporan keuangan dari klien. Secara umum, setiap kertas kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus didokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Baru setelah 6 tahun, dokumen tersebut bisa dihancurkan. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada publik dan

Congress bahwa Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk dari Enron, tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka takut kehilangan Enron sebagai klien. (sumber : http://iramustika.wordpress.com)

Selain fenomena di atas, terdapat fenomena khusus yang pernah terjadi pada salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung. Kantor Akuntan Publik (KAP) RR pernah mengaudit klien yang sama dalam waktu 7 tahun. Klien yang sama tersebut adalah PT. P. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik, membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Dan Kantor Akuntan Publik (KAP) RR itu jelas telah melanggar independensi karena mengaudit klien yang sama dalam waktu 7 tahun, selain itu juga kinerja Kantor Akuntan Publik (KAP) RR patut dipertanyakan, apakah kinerjanya berkualitas atau tidak berkualitas. Berikut adalah tabel klien yang di audit dalam waktu 7 tahun :

Tabel 1.1

Daftar Klien yang Sama

NO KLIEN TAHUN

1 PT. P 2008

2 PT. P

PT. P 2007


(5)

4 PT. P 2005

5 PT. P 2004

6 PT. P 2003

7 PT. P 1996-1997

(Sumber : Supervisor KAP RR, 2010)

Kedua kasus tersebut merupakan kasus yang berhubungan dengan independensi seorang auditor eksternal yang juga berpengaruh terhadap kinerja seorang auditor eksternal.

Selain kasus yang berhubungan dengan independensi, juga terdapat kasus yang berhubungan langsung dengan kinerja seorang auditor eksternal yaitu kasus Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustofa.

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di Audit oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustofa atau disingkat KAP “HTM”. Akan tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Masalah yang terjadi kerena kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari


(6)

2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajeman melakukan kecuranagn tersebut. Sebagai akibat dari kejadiannya, ini maka PT Kimia Farma dikenakan denda sebesar Rp 500 juta, direksi lama PT Kimia Farma terkena denda Rp 1 miliar,serta partner HTM yang mengaudit Kimia Farma didenda sebesar 100 juta rupiah. Kesalahan yang dilakukan oleh partner KAP “HTM” tersebut adalah bahwa ia tidak berhasil mengatasi risiko audit dalam mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT Kimia Farma, walaupun ia telah menjalankan audit sesuai dengan SPAP. Salah satu dampak kasus PT Kimia Farma adalah pemerintah melalui menteri keuangan menerbitkan KMK No 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik. (sumber : http://www.infoanda.com)

Dalam konteks skandal kecurangan diatas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Jika yang terjadi adalah auditor


(7)

tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahan adalahKinerja KAP HTM tidak berkualitas karena KAP HTM tidak mampu mendeteksi kecurangan dari laporan keuangan yang dilakukan PT. Kimia Farma. Seperti pernyataan diatas pihak KAP dikenakan sanksi yaitu denda 100 juta rupiah, denda ini diperlukan dan ditujukan agar tidak ada KAP yang melakukan (material misstatement) atau salah saji material yang bisa membuat para pengguna informasi keuangan mengalami kerugian atas informasi yang salah secara material. Dan diharapkan kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dan diharapkan para auditor independen dapat lebih hati-hati dan lebih teliti lagi dalam mengadakan pemeriksaan terhadap perusahaan yang diauditnya dan tetap menjaga prinsip-prinsip dan kode etik profesi akuntan independen.

Selain fenomena di atas, terdapat juga fenomena pada Kantor Akuntan Publik AHR. Kantor Akuntan Publik AHR ini bias dinilai kinerjanya masih belum optimal karena kemampuan auditor junior pada Kantor Akuntan Publik AHR masih kurang. Auditor juniornya harus lebih diberi pelatihan untuk mengaudit laporan keuangan klien. (sumber: auditor senior KAP AHR)

Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor eksternal harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri.

Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap mental independen yang dimiliki seorang auditor merupakan


(8)

ciri yang sangat penting karena pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan terhadap independensi tersebut.

Dalam mengukur kinerja auditor, terdapat empat dimensi personalitas, yaitu kemampuan, komitmen profesional, motivasi, dan kepuasan kerja. Seorang auditor yang memiliki kemampuan dalam hal auditing maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaan. Auditor yang komitmen terhadap profesinya maka akan loyal terhadap profesinya seperti yang dipersepsikan oleh auditor tersebut. Kinerja Kantor Akuntan Publik yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja auditor secara ideal di dalam menjalankan profesinya. ( Larkin, 1990 dalam Trisnaningsih, 2007 )

Adapun jurnal pembanding yang pertama dipaparkan oleh Ahmad Alwani dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang”. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa secara simultan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. (Sumber: http://jurnalskripsi.com)

Yang membedakan penelitian penulis dengan Ahmad Alwani adalah variabel independent. Variabel independent Saudara Ahmad Alwani adalah Kecerdasan Emosional, sedangkan variabel independent penulis adalah Independensi Auditor Eksternal. Saudara Ahmad Alwani mengindikasikan bahwa ada pengaruh Kecerdasan Emosional dalam menunjang Kinerja Auditor. Sedangkan penulis meneliti bahwa ada pengaruh independensi terhadap Kinerja Auditor.


(9)

Sedangkan jurnal pembanding kedua yang dipaparkan oleh Teguh Harhinto dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit” (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Keahlian dan Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. (Sumber: http://jurnalskripsi.com)

Yang membedakan penelitian penulis dengan Teguh Harhinto adalah variabel independent 1 dan variabel dependent. variabel independent 1 Saudara Teguh Harhinto adalah Keahlian, sedangkan dalam penelitian ini hanya ada 1 variabel independent. Dan varibel dependent Saudara Teguh Harhinto adalah Kualitas Audit, sedangkan varibel dependent penelitian ini adalah Kinerja Auditor Eksternal. Saudara Teguh Harhinto mengindikasikan bahwa ada pengaruh Keahlian dan Independensi dalam menunjang Kualitas Audit. Sedangkan penulis meniliti bahwa ada pengaruh independensi terhadap Kinerja Auditor.

.Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul : “Pengaruh Independensi terhadap Kinerja Auditor Eksternal pada Tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung”.


(10)

1.2 Identifikasi Dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Dilihat dari uraian latar belakang penelitian, diidentifikasikan permasalahan pada Kantor Akuntan Publik di Bandung adalah sebagai berikut :

1. Belum semua auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik memiliki sikap yang independen.

2. Kinerja auditor eksternal pada Kantor Akuntan Publik masih belum optimal.

3. Kurangnya sikap independen yang dimiliki seorang auditor eksternal belum bisa menentukan kinerja auditor eksternal yang berkualitas pada Kantor Akuntan Publik.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahan dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana independensi auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

2. Bagaimana kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.


(11)

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Independensi auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

2. Kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. 3. Pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor

eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini hendaknya dapat mengetahui pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal.


(12)

2. Bagi pengembangan Ilmu Akuntansi khususnya auditing, hasil penelitian ini hendaknya memberikan pengetahuan dan teori yang berkaitan tentang pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal.

3. Bagi Peneliti lain, sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji bidang yang sama sehingga menjadikan hasil penelitian ini sebagai pembanding.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Auditor Eksternal pada Kantor Akuntan Publik, hasil penelitian ini memberikan informasi tentang sejauh mana sikap independen seorang auditor eksternal dalam meningkatkan kinerjanya.

2. Bagi Kantor Akuntan Publik, hasil penelitian ini memberikan informasi tentang pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi auditor eksternal dalam meningkatkan kinerjanya.

3. Bagi masyarakat umum, memberikan gambaran tentang pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal, sehingga memberikan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat .


(13)

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. Dalam penelitian ini dilakukan survei terhadap auditor eksternal Kantor Akuntan Publik yang dilihat berdasarkan tingkat jabatan, pendidikan dan pengalaman.

Tabel 1.2

Daftar Kantor Akuntan Publik

No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat

1 KAP. ROEBIANDINI & REKAN Jl. Raden Patah No. 7, Bandung -40132

2 KAP. DR. LA MIDJAN & REKAN

Jl. IR. H. Juanda No. 207, Bandung - 40135

3 KAP. DJOEMARMA,

WAHYUDIN & REKAN

Jl. Abdul Rivai No. 2C, Bandung - 40171

4 KAP. DRS. GUNAWAN SUDRAJAT

Komplek Taman Golf Arcamanik Endah Jl. Golf Timur III No. 1, Bandung - 40293

5 KAP. SANUSI, SUPARDI & SOEGIHARTO

Jl. Cikawao No. 40, Bandung - 40261

6 KAP. PROF. DR. H. TB. HASANUDDIN & REKAN

Metro Trade Center Blok F No. 29, Jl. Soekarno-Hatta, Bandung-40286

7 KAP. ARIFIN, HALID & REKAN

Jl. Buah Batu No.87 Bandung - 40264

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian, yakni dari mulai tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan tanggal 31 Juli 2010


(14)

Tabel 1.3

Uraian Kegiatan Penelitian

N o

Kegiatan Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Proses Usulan Penelitian :

Survey Kantor Akuntan Publik untuk pembagian kuesioner sebagai bahan Usulan Penelitian.

Melakukan Bimbingan pertama. Mencari sumber data dari internet dan beberapa perpustakaan serta toko buku.

Melakukan perbaikan Usulan Penelitian.

Melakukan bimbingan kedua. Melakukan perbaikan Usulan Penelitian.

Melakukan bimbingan ketiga. Melakukan perbaikan Usulan Penelitian.

Melakukan bimbingan keempat Mendaftarkan diri untuk mengikuti seminar Usulan Penelitian

Mengikuti seminar Usulan Penelitian.

Merevisi Usulan Penelitian. 2 Proses Skripsi :

Penyebaran kuesioner Pengambilan hasil kuesioner Pengolahan data & analisis data Bimbingan skripsi pertama. Melakukan perbaikan skripsi. Bimbingan skripsi kedua. Melakukan perbaikan skripsi. Bimbingan skripsi ketiga & keempat

Melakukan perbaikan skripsi. Pendaftaran sidang skripsi. Melakukan sidang skripsi.


(15)

15 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Auditing dan Profesi Akuntan Publik 2.1.1.1 Pengertian Auditing

Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 4) yaitu:

“Auditing is the accumulation and evaluation efidence about information to determine and report on the degree of correspondence between information and established criteria.

Auditing should be done by a competent independent person”. Pengertian auditing menurut American Accounting Association (AAA) dalam Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010 : 1), yaitu :

“Auditing is a systematic process of objectively obtaining and

evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the

results to interested users”.

Berdasarkan pengertian di atas auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.


(16)

Kemudian bisa disimpulkan beberapa unsur penting dari pengertian auditing :

1. Proses sistematik

Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi.

2. Audit dilakukan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

Proses sistematik tersebut ditunjukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh seorang individu, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.

3. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen Seorang auditor harus cukup qualified untuk memahami kriteria yang digunakan dan cukup kompeten untuk mengetahui berapa jumlah dan jenis bukti yang dibutuhkan untuk mengambil kesimpulan. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang independen.

4. Kriteria yang ditetapkan

Standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa :

 Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif

 Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen


(17)

 Prinsip akuntansi yang lazim diterapkan (Generally accepted accounting principles)

5. Pelaporan

Pelaporan merupakan alat untuk mengkomunikasikan penemuan pada pihak yang berkepentingan. Laporan yang dilakukan dalam bentuk tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat keuangan atas pernyataan yang dibuat oleh pihak yang menjadi auditee

2.1.1.2 Perbedaan Akuntansi dan Auditing

Tabel 2.1

Perbedaan Akuntansi dan Auditing

Klasifikasi Perbedaan Akuntansi Auditing Metode Mengidentifikasi,

mengukur, mencatat, mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan peristiwa dan transaksi ekonomi.

Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti mengenai informasi dalam laporan keuangan serta verifikasi kewajaran penyajian.

Tujuan Mengkomunikasikan

informasi keuangan yang relevan dan reliable untuk pengambilan keputusan.

Meningkatkan

kredibilitas laporan keuangan yang dibuat manajemen.

Kriteria Standar Akuntansi

Keuangan.

Standar Auditing. Hasil Laporan Keuangan. Laporan Auditor (opini). Tanggungjawab Manajemen

bertanggungjawab atas laporan keuangan yang dibuat.

Auditor

bertanggungjawab atas pernyataan pendapat yang diberikan.


(18)

2.1.1.3 Jenis Audit

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010 : 4) jenis audit terditi dari 3 macam, yaitu :

1. Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. 2. Audit Operasional

Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan operasi perusahaannya sehari-hari, sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen yang profesional untuk membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan.

3. Audit Kepatuhan

Audit Kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee (yang diperiksa) telah mengikuti kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otoritasnya lebih tinggi.

2.1.1.4 Jenis Auditor

Jenis-jenis auditor ada empat, yaitu :

1. Auditor Eksternal / Akuntan Publik / Auditor Independen

Auditor yang melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik.

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada instans-instansi pemerintah.


(19)

3. Auditor Internal

Auditor yng bekerja pada suatu perusahaan dan berstatus sebagai pegawai perusahaan tersebut bertugas membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.

4. Auditor Pendidik

Auditor yang bekerja sebagai pendidik.

2.1.1.5 Pengertian Akuntan Publik

Akuntan publik (auditor eksternal) adalah profesi yang mempunyai posisi unik. Pada satu sisi mendapat honor dari klien, tetapi dalam menjalankan praktik publik ia harus bersifat independen, yaitu tidak memihak pada salah satu pihak, baik klien maupun pihak lainnya.

Akuntan publik menurut Kode Etik Akuntan Indonesia dalam pembukaannya, yaitu :

“Akuntan publik adalah profesi yang terdiri dari landasan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian dalam melaksanakan tugasnya akuntan publik harus mengutamakan kepentingan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.”

Akuntan publik menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 423/KMK 06/2002, yaitu :

“Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh ijin Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan.”


(20)

Auditor independen menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010 : 13), yaitu:

“Auditor independen berasal dari Kantor Akuntan Publik, bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis auditee-nya.”

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntan yang memperoleh ijin dari Menteri Keuangan dan merupakan profesi yang berdiri atas landasan kepercayaan masyarakat yang dibayar oleh klien, tetapi dalam melaksanakan praktiknya harus profesional dan bertanggung jawab serta harus mengutamakan kepentingan masyarakat, pemerintah dan dunia usaha.

2.1.1.6 Jasa Akuntan Publik

Profesi Akuntan Publik (Auditor Eksternal) menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat yang digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Jasa Assurance

Jasa Assurance adalah pelayanan atau jasa profesional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pembuat keputusan.

Individu yang bertanggung jawab atas pembuatan keputusan bisnis akan mencari jasa assurance untuk membantu meningkatkan kepercayaan dan kesesuaian informasi yang digunakan sebagai dasar


(21)

keputusan mereka. Jasa Assurance bernilai karena penyedia assurance

merupakan seorang yang independen dan bertindak secara objektif terhadap informasi yang diujinya.

Salah satu kategori jasa yang disediakan oleh kantor akuntan publik adalah jasa atestasi. Atestasi merupakan salah satu jenis jasa

assurance yang disediakan oleh kantor akuntan publik, dimana akuntan publik akan menerbitkan laporan tertulis yang isinya antara lain berupa suatu kesimpulan tentang kepercayaan atas asersi (pernyataan yang menyebutkan sesuatu itu benar).

Terdapat 3 jenis atestasi yaitu : a. Audit atas laporan keuangan historis

Audit atas laporan keuangan historis merupakan bentuk jasa atestasi yang mana auditor menerbitkan laporan tertulis berisi pendapat atau opininya mengenai apakah laporan keuangan historis tersebut telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Audit mendominasi bentuk jasa atestasi yang sering dilakukan oleh kantor akuntan publik.

b. Tinjauan atas Laporan Keuangan Historis

Suatu tinjauan atas laporan keuangan historis merupakan jenis jasa atestasi lainnya yang dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik. Sebagian besar perusahaan non publik ingin menyediakan


(22)

informasi yang dapat diandalkan dalam laporan keuangan mereka, tanpa menyebabkan timbulnya biaya untuk melakukan proses audit. c. Jasa-Jasa Atestasi Lainnya

Kantor Akuntan Publik menyediakan beraneka ragam jasa-jasa atestasi lainnya. Sebagian besar dari jenis jasa ini merupakan suatu pengembangan alami dari audit atas laporan keuangan historis, akibat dari keinginan para pengguna informasi untuk mencari rasa keandalan dari pihak independen tentang berbagai jenis informasi. 2. Jasa Assurance lainnya

Sebagian besar jasa-jasa assurance lainnya yang disediakan oleh kantor akuntan publik tidak memenuhi definisi formal dari jasa-jasa atestasi. Jasa-jasa ini agak berbeda dengan jasa atestasi, karena dalam prosesnya, seorang auditor tidak perlu membuat suatu laporan tertulis, serta keandalan yang dapat diberikan tidak selalu atas kepercayaan pada asersi tertulis pihak lainnya tentang kepatuhannya akan kriteria-kriteria tertentu.

3. Jasa non Assurance

Kantor Akuntan Publik menyediakan sejumlah jasa lainnya, yang pada umumnya berada di luar lingkup jasa assurance. Tiga contoh spesifik dari jasa non-assurance yang sering disediakan oleh akuntan publik adalah jasa akuntansi dan pembukuan, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi manajemen.


(23)

2.1.1.7 Organisasi dalam Kantor Akuntan Publik

Umumnya auditor dalam penugasan di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi beberapa, yaitu :

1. Partner

Menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan audit, bertanggungjawab atas hubungan dengan klien, bertanggungjawab secara menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter dan bertanggungjawab atas penagihan audit fee dari klien. Pengalaman kerja lebih dari 10 tahun. 2. Manajer/Supervisor

Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit, mereviev kertas kerja, laporan audit dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan klien tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior. Pengalaman kerja 5-10 tahun.

3. Auditor senior

Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggungjawab dan mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk mengarahkan dan mereviev pekerjaan auditor


(24)

junior. Auditor senior biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Pengalaman kerja 2-5 tahun. 4. Auditor junior

Auditor junior melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di sekolah. Dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai auditor junior, seorang auditor harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan audit. Biasanya ia melaksanakan audit di berbagai jenis perusahaan. Ia harus banyak melakukan audit di lapangan dan di berbagai kota, sehingga ia dapat memperoleh pengalaman banyak dalam menangani berbagai masalah audit. Pengalaman kerja 0-2 tahun.

2.1.2 Independensi Auditor Eksternal

Pengertian independensi menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh herman wibowo (2008 : 111), yaitu :

“Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit”.


(25)

Sedangkan pengertian independensi menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010 : 51) yaitu :

“Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit”.

Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo (2008 : 111), sikap mental independen tersebut meliputi :

1. Independen dalam fakta (in fact)

Independen dalam fakta adalah independen dalam diri auditor, yaitu kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit.

Contohnya auditor harus memiliki kejujuran yang tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya dan dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai dasar pemberian pendapat.

2. Independen dalam penampilan (in appearance)

Independen dalam penampilan adalah independen yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang di audit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya. Contohnya auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan) dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor tersebut akan memihak kliennya atau tidak independen.

Menurut Mulyadi dalam Agustin (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi adalah :

1. Lama Hubungan dengan klien

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik, membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Pembatasan ini dimaksudkan


(26)

agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencegah terjadinya skandal akuntansi.

2. Besar audit fee yang dibayar klien

Besar audit fee dapat berbeda-beda tergantung pada resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. 3. Hubungan keluarga akuntan berupa suami/istri, saudara sedarah

dengan klien

Hubungan keluarga akuntan ini akan membuat seorang auditor diragukan keindependensiannya. Hubungan keluarga yang pasti akan mengancam independensi seperti auditor eksternal yang bersangkutan, staf yang terlibat dalam penugasan itu merupakan suami/istri ataupun saudara sedarah. Pengertian klien disini adalah pemilik perusahaan, pemegang saham utama, direksi dan eksekutif lainnya.

Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA No. 04) dalam Standar Auditing (SA Seksi 220) tentang independensi auditor eksternal :

01 Standar umum kedua berbunyi:

"Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. "

02 Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Namun, independensi dalam hal ini tidak berarti seperti sikap seorang penuntut dalam perkara pengadilan, namun lebih dapat disamakan dengan sikap tidak memihaknya seorang hakim. Auditor mengakui kewajiban untuk jujur

tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan (paling t idak sebagian) atas laporan auditor independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.

03 Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara


(27)

intelektual jujur. Untuk diakui pihak lain sebagai orang yang independen, ia harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepent ingan dengan kliennya, apakah itu manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Sebagai contoh, seorang auditor yang mengaudit suatu perusahaan dan ia juga menjabat sebagai direktur perusahaan tersebut, meskipun ia telah menggunakan keahliannya dengan jujur, namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai seorang yang independen. Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh auditor independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya sebagai anggota direksi. Demikian juga halnya, seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang diauditnya; mungkin ia benar-benar tidak memihak dalam menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut, namun, bagaimana pun juga masyarakat tidak akan percaya, bahwa ia bersikap jujur dan tidak memihak. Auditor independen tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independensinya.

2.1.3 Kinerja Auditor Eksternal

Pengertian Kinerja Menurut Larkin dalam Trisnaningsih (2007), yaitu : “Kinerja merupakan hasil kerja secara kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Terkait dengan kinerja auditor, terdapat empat dimensi personalitas dalam mengukur kinerja auditor yaitu kemampuan, komitmen profesional, motivasi dan kepuasan kerja”.

Pengertian Kinerja Menurut Mahsun, Firma dan Heribertus (2006 :145), yaitu :

“Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan / program / kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu”.


(28)

Ada 6 kriteria primer untuk mengukur kinerja menurut Bernardin dan Russel dalam Herwan Abdul (2005), yaitu :

1. Kualitas (quality), merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati tujuan yang diharapkan.

2. Kuantitas (quantity), merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan. 3. Ketepatan waktu (timelines) adalah sejauh mana suatu kegiatan

diselesaikan pada waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain. 4. Pencapaian hasil tinggi (cost-affectiveness) adalah tingkat sejauh

mana penggunaan sumber daya organisasi (manusia, keuangan, teknologi, material) dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi pengurangan kerugian dari setiap unit penggunaan sumber daya. 5. Pengawasan (need for supervision), merupakan tingkat sejauh mana

seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

Menurut Larkin dalam Trisnaningsih (2007) dalam mengukur kinerja auditor, terdapat empat dimensi personalitas, yaitu :

1. Kemampuan

Seorang auditor yang memiliki kemampuan dalam mengaudit maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaannya. Seorang auditor berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun.

2. Komitmen profesional

Auditor dengan komitmen profesional yang kuat berdampak pada perilaku yang lebih mengarah kepada ketaatan aturan, dibandingkan dengan auditor yang komitmen profesionalnya rendah. Komitmen juga dapat berkaitan dengan loyalitas dengan profesinya.

3. Motivasi

Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan individu auditor tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

4. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja auditor dapat diartikan sebagai tingkatan kepuasan individu.


(29)

2.1.4 Hubungan Independensi dengan Kinerja Auditor Eksternal

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor eksternal untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan kinerja yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Penilaian terhadap kinerja auditor eksternal dimulai dari kemampuannya memenuhi standar yang ditetapkan oleh badan – badan pengatur seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), dan Departemen Keuangan RI. Selain itu auditor eksternal juga dinilai berdasarkan independensi dan objektivitasnya di dalam pelaksanaan audit eksternal. Oleh karena itu auditor eksternal harus memastikan kemampuan dan independensinya terhadap cakupan audit dan objek audit sebelum menerima penugasan. (sumber : “Audit Eksternal dan Hubungannya dengan Komite Audit” oleh IKAI)


(30)

Tabel 2.2 Jurnal Penelitian

No Penulis & Sumber Judul Hasil Persamaan Perbedaan 1 Ahmad Alwani

(2007) (Sumber: http://jurnalskripsi .com) “Pengaruh Kecerdasan Emosional

Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota

Semarang”

Secara simultan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.

variabel Y Kinerja Auditor

variabel X

Peneliti sebelumnya : Kecerdasan

Emosional

Penelitian ini : Independensi auditor eksternal

2 Teguh Harhinto (2004) (Sumber: http://jurnalskripsi .com)

“Pengaruh Keahlian

dan Independensi Terhadap Kualitas

Audit” (Studi

Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur)

Keahlian dan Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

variabel X2 Independensi

variabel X1 dan variabel Y

Peneliti sebelumnya : Keahlian (X1), Kualitas Audit(Y) Penelitian ini : Hanya ada 1 variabel X, Kinerja Auditor Eksternal (Y)

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran

Seorang auditor eksternal dalam melakukan audit atas laporan keuangan yang diterbitkan suatu perusahaan, harus memiliki sikap yang independen dan kompeten.

Dengan sikap independensinya maka auditor eksternal dapat memberikan laporan audit jika terjadi pelanggaran di dalam laporan keuangan kliennya. Jika auditor kehilangan independensinya, maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.


(31)

Selain sikap independensi, yang dibutuhkan seorang auditor eksternal yaitu pengetahuan dan pengalaman (kompetensi) yang baik karena kedua hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya. Sehingga berdasarkan logika di atas maka independensi dan kompetensi memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor eksternal yang berkualitas.

Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki oleh profesi akuntan publik (auditor eksternal), karena banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang dibuat oleh akuntan publik (auditor eksternal). Sekalipun akuntan publik (auditor eksternal) ahli, apabila tidak mempunyai sikap independensi dalam mengumpulkan informasi akan tidak berguna. Jadi sikap independensi yang dimiliki seorang auditor eksternal sangat penting dalam menentukan kinerja auditor eksternal yang berkualitas. Secara umum independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif.

Pengertian independensi juga dikemukakan oleh Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh herman wibowo (2008 : 111), yaitu :

“Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit”.


(32)

Dengan sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan dalam laporan auditan jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya dengan sejujur-jujurnya.

Jika auditor tersebut bersikap independen dan kompeten maka kinerja seorang auditor akan berkualitas. Tanpa adanya kedua sikap tersebut laporan audit yang dihasilkan tidak bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan dan kinerja auditorpun menjadi tidak berkualitas.

Adapun indikator-indikator dari independensi menurut Mulyadi dalam Agustin (2007) yaitu :

Indikator-indikator independensi, meliputi : 1. Lama Hubungan dengan klien

a. Masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama.

b. Masa kerja Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5 tahun untuk klien yang sama.

2. Besar audit fee yang dibayar klien a. Resiko penugasan.

b. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.

c. Tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut. 3. Hubungan keluarga akuntan berupa suami/istri, saudara sedarah dengan

klien

a. Hubungan keluarga seperti ayah/ibu, adik/kakak (saudara sedarah) antara klien dan akuntan publik.


(33)

Secara umum kinerja adalah pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan suatu organisasi atau hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi.

Pengertian Kinerja juga dikemukakan oleh Larkin dalam Trisnaningsih, (2007) yaitu :

“Kinerja merupakan hasil kerja secara kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Terkait dengan kinerja auditor, terdapat empat dimensi personalitas dalam mengukur kinerja auditor yaitu kemampuan, komitmen profesional, motivasi dan kepuasan kerja”.

Adapun indikator-indikator dari kinerja menurut Larkin dalam Trisnaningsih (2007) yaitu :

Indikator-indikator kinerja, meliputi : 1. Kemampuan

Seorang auditor yang memiliki kemampuan dalam mengaudit maka akan cakap dalam menyelesaikan pekerjaannya.

2. Komitmen profesional

a. Hadir di setiap acara dalam pekerjaan. b. Taat terhadap peraturan yang diterapkan. c. Pekerjaan sesuai dengan aturan yang berlaku. 3. Motivasi


(34)

b. Inisiatif c. Optimisme 4. Kepuasan kerja

a. Bekerja dengan hati.

b. Senang dengan pekerjaan yang dilakukan. c. Mendapatkan penghargaan.

Berdasarkan uraian di atas bahwa independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki oleh profesi akuntan publik, karena sikap yang independen ini akan mempengaruhi kinerja seorang auditor. Banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan audit yang dibuat oleh seorang auditor. Apabila seorang auditor tidak memiliki sikap independensi dalam mengumpulkan informasi maka informasi tersebut tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan harus yang sebenar-benarnya.

Di dalam Kantor Akuntan Publik terdapat beberapa Auditor eksternal atau yang sering disebut Akuntan Publik. Disini tidak ada auditor internal karena auditor internal berada di suatu perusahaan dan statusnya sebagai pegawai perusahaan tersebut. Kantor Akuntan Publik memiliki tanggung jawab yang besar, sehingga merupakan hal penting bagi auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik memiliki independensi dan kompetensi yang tinggi.


(35)

Auditor eksternal merupakan orang yang memiliki predikat profesional. Sebagai profesional, auditor eksternal harus bertingkah laku terhormat, karena dibutuhkannya kepercayaan publik yang tinggi atas kualitas jasa yang diberikan.

Kantor Akuntan Publik ditugaskan dan dibayar perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan, untuk memberikan pendapatnya. Laporan hasil audit akan dimanfaatkan bagi para pemakai laporan keuangan. Auditor tidak berhubungan dengan pemakai laporan keuangan tetapi lebih sering berhubungan dengan klien.

Para pemakai laporan keuangan penting untuk memandang Kantor Akuntan Publik sebagai pihak yang independen, tidak memihak dan memiliki kompetensi tinggi. Jika pemakai beranggapan bahwa Kantor Akuntan Publik tidak memberikan jasa yang dapat mengurangi resiko informasi, maka nilai audit akan berkurang. Oleh sebab itu Kantor Akuntan Publik akan lebih termotivasi untuk selalu bertindak dengan profesionalisme yang tinggi.

Salah satu cara profesi auditor eksternal (akuntan publik) mewujudkan perilaku profesional adalah pengaruh dari pelaksanaan etika profei yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yaitu Kode Etik Akuntan Indonesia.

Kode etik ini meliputi seperangkat prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang mengatur perilaku profesional akuntan publik.


(36)

Prinsip etika terdiri dari tanggung jawab profesi, kepentingan umum, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku professional, dan standar teknis.

Sedangkan aturan etika meliputi : 1. Independensi, integritas, objektivitas 2. Standar umum prinsip akuntansi 3. Tanggungjawab kepada klien 4. Tanggungjawab kepada rekan 5. Tanggungjawab dan praktek lain

Penilaian terhadap kinerja auditor eksternal dimulai dari kemampuannya memenuhi standar yang ditetapkan oleh badan – badan pengatur seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), dan Departemen Keuangan RI. Selain itu auditor eksternal juga dinilai berdasarkan independensi dan objektivitasnya di dalam pelaksanaan audit eksternal. Oleh karena itu auditor eksternal harus memastikan kemampuan dan independensinya terhadap cakupan audit dan objek audit sebelum menerima penugasan. (sumber : “Audit Eksternal dan Hubungannya dengan Komite Audit” oleh IKAI)

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa independensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor. Berdasarkan hal tersebut maka dikembangkan kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut :


(37)

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penulis menarik hipotesis sebagai berikut. “Independensi auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja auditor eksternal pada enam Kantor Akuntan Publik di Bandung”.

Ho : Independensi auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. Ha : Independensi auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja

auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. KAP

Auditor Eksternal

Kode Etik Akuntan Indonesia

Prinsip Etika

Aturan Etika Kompetensi

Independensi

Penugasan Audit

Kinerja

Hipotesis : Independensi auditor eksternal berpengaruh

terhadap kinerja auditor eksternal

Menurut teori yang dikemukakan oleh Ikatan Komite Audit Indonesia


(38)

38 3.1 Objek Penelitian

Pengertian objek penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:29) menyatakan bahwa :

“Objek penelitian (variabel penelitian) adalah suatu yang merupakan inti

dari problema penelitian.”

Objek penelitian dalam penyusunan laporan usulan penelitian ini adalah independensi auditor eksternal dan kinerja auditor eksternal. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak lepas dari ilmu tentang penelitian yang sudah dicoba dan diatur menurut aturan serta urutan secara menyeluruh dan sistematis.

Menurut I Made Wiratha (2006: 76) pengertian Penelitian yaitu :

“Penelitian sebagai kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.”


(39)

Untuk menerapkan suatu teori terhadap suatu permasalahan, diperlukan metode yang dianggap relevan dan membantu memecahkan permasalahan.

Menurut I Made Wiratha (2006: 77) pengertian Metode yaitu :

“Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.”

Sedangkan pengertian metode penelitian menurut I Made Wiratha (2006: 77) yaitu :

“Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.”

Berdasakan dari pengertian diatas, maka metode peneltian adalah teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah yang kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atau data yang diinginkan.

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif analisis dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.


(40)

Menurut Sugiyono (2010: 147) Pengertian Metode Deskriptif yaitu :

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”

Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Mashuri (2008: 45) pengertian Metode Verifikatif yaitu :

“Metode Verifikatif memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.


(41)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat. Proses penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2010: 30) dapat disimpulkan proses penelitian kuantitatif meliputi:

1.Sumber masalah 2.Rumusan masalah

3.Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4.Pengajuan hipotesis

5.Metode penelitian

6.Menyusun instrumen penelitian 7.Kesimpulan.

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat, seperti independensi auditor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja auditor eksternal yang berkualitas.


(42)

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Berikut rumusan masalah:

1. Bagaimana independensi auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

2. Bagaimana kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah pada variabel Independensi Auditor Eksternal dan Kinerja Audior Eksternal. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.


(43)

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual). Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah independensi auditor eksternal berpengaruh terhadap kinerja auditor eksternal.

5. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu:

1. Bagaimana independensi auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

2. Bagaimana kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu seberapa besar pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung.

6. Menyusun instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data berbentuk kuesioner. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur


(44)

kemampuan sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan independensi auditor eksternal (variabel X) dengan kinerja auditor eksternal (variabel Y) digunakan korelasi pearson product moment, sedangkan untuk menguji adanya pengaruh independensi auditor ekstrnal (variabel X) terhadap kinerja auditor eksternal (variabel Y) digunakan koefisien determinasi.

7. Kesimpulan.

Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.


(45)

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3. 1 Desain Penelitian Tujuan

Penelitian

Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang

digunakan Unit Analisis Time Horizon

T – 1 Descriptive Descriptive dan

Survey

Individu dan divisi

Cross Sectional

T – 2 Descriptive Descriptive dan

Survey

Individu dan divisi

Cross Sectional

T – 3 Descriptive dan

Verificative

Descriptive and Explanatory

Survey

Individu Cross

Sectional

sumber: Umi Narimawati (2007:85)

Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana independensi auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung, digunakan metode dekriptif dan survei dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan.

2. Untuk mengetahui bagaimana kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung, digunakan metode dekriptif dan survei dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan


(46)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi auditor eksternal terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung, digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganilisis secara kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sesuai dengan judul penelitian tersebut diatas, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang harus diteliti, yaitu variabel X sebagai variabel independen (independensi) dan variable Y sebagai variabel dependen (kinerja auditor). Adapun penjelasan untuk setiap variabel dapat penulis jelaskan seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini :

1. Variabel Independen (Variabel X)

Variable Independent atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabledependent (terikat). Data yang menjadi variabel bebas (Variabel X) adalah Independensi.

2. Variabel Dependen (Variabel Y)

Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel terikat (Variabel Y) adalah Kinerja Auditor.


(47)

Variabel, indikator, skala pengukuran yang digunakan baik untuk variabel X maupun variabel Y dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No Kuesioner X Independensi Auditor Eksternal (Independen) Independensi adalah cara pandang yang tidak memihak di dalam

pelaksanaan pengujian,

evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati : 2010)

1.Lama hubungan dengan klien

a. Masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama. b. Masa kerja

Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5 tahun untuk klien yang sama.

Ordinal 1-3

2.Besar audit fee

yang dibayar klien

a. Resiko penugasan. b. Struktur biaya

Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan. c. Tingkat

keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan jasa tersebut.


(48)

3.Hubungan keluarga akuntan berupa suami/istri , saudara sedarah dengan klien a. Hubungan keluarga seperti ayah/ibu, adik/kakak (saudara sedarah) antara klien dan akuntan publik.

b. staf yang terlibat dalam penugasan audit merupakan suami/istri.

Ordinal 7-9

Y Kinerja Auditor Eksternal (Dependen) Kinerja

merupakan hasil kerja secara kuantitas maupun kualitas yang dicapai oleh seseorang dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. (Larkin dalam Trisnaningsih : 2007) 1. Kemampu an auditor a. Pengalaman. b. Keahlian. c. Pengetahuan.

Ordinal 10-12

2. Komitmen profesion al

d. Hadir di setiap acara dalam pekerjaan. e. Taat terhadap

peraturan yang diterapkan. f. Pekerjaan

sesuai dengan aturan yang berlaku.

Ordinal 13-14

3. Motivasi dalam diri auditor

a. Dorongan prestasi. b.Inisiatif c. Optimisme

Ordinal 15-18

4. Kepuasan kerja auditor

a. Bekerja dengan hati. b. Senang dengan

pekerjaan


(49)

yang dilakukan. c. Mendapatkan

penghargaan.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel menggunakan skala ordinal.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang (2002: 98) skala ordinal yaitu :

“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori , tetapi juga menyatakan peringkat construct diukur.”

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyatan-pernyataan tipe skala likert.

Menurut Sugiyono (2010: 93) skala likert yaitu :

“Skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif).


(50)

Tabel 3.3

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner

Sumber: Sugiyono (2010:94)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh auditor eksternal pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung yang kemudian di olah menjadi suatu informasi dan menjadi data yang dibutuhkan. 1. Data Primer

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan cara observasi langsung ke tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung serta dengan menyebarkan kuesioner atau angket yang berkaitan dengan pengaruh independensi auditor eksternal dan kinerja auditor eksternal.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini, data sekunder didapat dari membaca rumusan-rumusan atau teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, serta

Jawaban Responden Skor

Sangat Positif 5

Positif 4

Ragu-ragu 3

Negatif 2


(51)

dengan membaca karya-karya ilmiah dan artikel-artikel yang ditulis oleh pakar-pakar yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer berupa kuesioner yang diberikan kepada responden yang kemudian di

ranking menggunakan skala ukur ordinal. Dalam penentuan data yang akan diolah, akan dibahas mengenai populasi dan sampel serta metode penarikan sampel tentunya.

1. Populasi

Pengertian populasi menurut Uma Sekaran (2006:121), yaitu :

“Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang,

kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.”

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Direktory KAP & AP 2009, dapat diketahui bahwa Kantor Akuntan Publik yang ada di Bandung adalah 23 Kantor Akuntan Publik. Akan tetapi Kantor Akuntan Publik yang bersedia menerima kuesioner hanya 7 Kantor Akuntan Publik dengan jumlah auditor sebanyak 90 auditor. Jadi Populasinya adalah 90 auditor eksternal pada 7 Kantor Akuntan Publik.


(52)

Tabel 3.4 Data Populasi

No Nama Kantor Akuntan Publik Jumlah

1 KAP. ROEBIANDINI & REKAN 30 auditor 2 KAP. DR. LA MIDJAN & REKAN 6 auditor 3 KAP. DJOEMARMA, WAHYUDIN & REKAN 5 auditor 4 KAP. DRS. GUNAWAN SUDRAJAT 6 auditor 5 KAP. SANUSI, SUPARDI & SOEGIHARTO 5 auditor 6 KAP. PROF. DR. H. TB. HASANUDDIN & REKAN 20 auditor 7 KAP. ARIFIN, HALID & REKAN 18 auditor

JUMLAH 90 auditor

2. Sampel

Sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2010 : 62), yaitu:

”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik probabilitas sampling.

Menurut Sugiyono (2010:63) pengertian Probabilitas Sampling yaitu : “Probabilitas Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi


(53)

Adapun cara pengambilan sampel ini disajikan dengan cara simple random sampling.

Menurut Sugiyono (2010:64) simple random sampling adalah :

”Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.”

Untuk menarik sampel dari probabilitas tersebut digunakan rumus Taro Yamane (2007 : 78) sebagai berikut :

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = presisi yang ditetapkan

Presisi menunjukan tingkat ketepatan hasil penelitian berdasarkan sampel dan menggambarkan karakteristik populasi. Presisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%, sehingga ukuran sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n = 90 (90.0,1²)+1 = 47


(54)

Penelitian ini mengambil sampel 47 auditor eksternal pada 7 Kantor Akuntan Publik.

Data sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3.5

Data Sampel No Nama Kantor Akuntan Publik Populasi

auditor

Proporsi Sampel auditor 1 KAP. ROEBIANDINI & REKAN 30 30/90 x 47 16 2 KAP. DR. LA MIDJAN & REKAN 6 6/90 x 47 3

3 KAP. DJOEMARMA,

WAHYUDIN & REKAN

5 5/90 x 47 3

4 KAP. DRS. GUNAWAN

SUDRAJAT

6 6/90 x 47 3

5 KAP. SANUSI, SUPARDI & SOEGIHARTO

5 5/90 x 47 3

6 KAP. PROF. DR. H. TB. HASANUDDIN & REKAN

20 20/90 x 47 10 7 KAP. ARIFIN, HALID & REKAN 18 18/90 x 47 9

JUMLAH 90 47

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan secara langsung pada tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian.

Selanjutnya untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan cara sebagai berikut:


(55)

a. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti.

b. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tetutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah konsultan pajak, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan - pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

Mengingat data yang dilakukan dengan kuesioner, maka kualitas kuesioner dan kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan serta faktor-faktor situasional merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan dalam penelitian ini sangat ditentukan oleh alat ukur variabel yang akan diteliti. Apabila alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data tidak valid, maka hasil pengumpulan yang diperoleh


(56)

tidak mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya, oleh karena itu dalam suatu penelitian akan dilakukan dua bentuk pengujian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.

3.2.4.1 Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya jika instrumen yang kurang valid mempunyai validitas yang rendah.

Penelitian ini dalam uji validitas menggunakan Korelasi Rank Spearman.

Pengertian dari korelasi rank spearman menurut Jonathan Sarwono (2006:43), yaitu:

”Korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung yang berskala ordinal (non parametrik)”.

Sedangkan pengertian korelasi rank spearman menurut Sugiyono (2010:245) yaitu:

”Korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel

tidak harus sama.”


(57)

Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka uji validitas menggunakan korelasi rank spearman karena kedua variabel dalam penelitian ini berskala ordinal dan bertujuan untuk menguji signifikansi hipotesis. Uji validitas perlu dilakukan guna mengetahui sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total.

Menurut Sugiyono (2010 : 127) biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r 0,3 jadi jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut tidak valid adapun rumus korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total, korelasi yang digunakan adalah:

n n

d

rs i

 

3

2

6 1

Dimana :

s

r = Koefisien Korelasi Rank Spearman di = Selisih Ranking Data Variabel X dan Y


(58)

Pengujian validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 14.0, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.6

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas

Variabel Pertanyaan Koef Validitas Titik Kritis Kesimpulan

X

p1 0,722 0.3 valid

p2 0,764 0.3 valid

p3 0,709 0.3 valid

p4 0,734 0.3 valid

p5 0,563 0.3 valid

p6 0,801 0.3 valid

p7 0,661 0.3 valid

p8 0,926 0.3 valid

p9 0,857 0.3 valid

Y

p10 0,837 0.3 valid

p11 0,677 0.3 valid

p12 0,485 0.3 valid

p13 0,689 0.3 valid

p14 0,912 0.3 valid

p15 0,635 0.3 valid

p16 0,664 0.3 valid

p17 0,692 0.3 valid

p18 0,369 0.3 valid

p19 0,633 0.3 valid

p20 0,830 0.3 valid

p21 0,929 0.3 valid

Sumber : Data yang diolah

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan pada variabel X dan pada variabel Y yang memiliki koefisien validitas lebih besar dari r kritisnya sehingga pertanyaan-pertayaan tersebut valid. Hal ini berarti pertanyaan-pertanyaan tersebut layak diuji untuk penelitian.


(59)

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu pengaruh yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya. Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengaruh yang baik. Berdasarkan hal tersebut, maka setelah melakukan pengujian validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian reliabilitas untuk menguji kecenderungan atau kepercayaan alat pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan terhadap instrumen-instrumen yang sudah valid.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman Brown Correllation) menerut Sugiyono (2010:129) metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes kepada sejumlah subjek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi 2 bagian yang sama besar berdasarkan penyusunan pertanyaan genap dan ganjil, cara kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Item dibagi 2 secara acak (misalnya secara genap/ganjil) kemudian

dikelompokan menjadi kelompok I dan kelompok II.

2. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlah sehingga terdapat skor total untuk setiap kelompok.

3. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

4. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


(60)

b b i

r r r

 

1 2

Dimana :

ri Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Berdasarkan rumus di atas, maka nilai koefisien adalah reliabel dibandingkan dengan tabel pada  = 0,05 atau 0,01 dari perbandingan tersebut selanjutnya diuji signifikasinya. Jika nilai rhitung > rtabel hasil pengujian reliabilitas bersifat signifikan terhadap alat pengungkapan data diseluruh variabel.

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Lebih lanjut Kaplan menyatakan:

It has been suggested that reliability estimates in the range of 0.7 to 0.8

are good enough for most purposes in basic research.”

(Robert M. Kaplan & Dennis P. Saccuzzo, Phsycological Testing principles, application, and issues; Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove, California,1993 p: 126)


(61)

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

Keputusan validitas dan reliabilitas item mengunakan kriteria Kaplan sebagai berikut:

1. Item dinyatakan valid jika koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0.3

2. Kelompok item dalam suatu dimensi dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya tidak lebih rendah dari 0.7

Setelah diketahui angka reliabilitasnya, maka menerutSugiyono (2010:178) angka tersebut dikategorikan berdasarkan tingkat reliabilitas berdasarkan tabel dibawah ini :

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas

Perhitungan validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 14. SPSS merupakan program aplikasi yang dignakan untuk melakukan penghitungan statistik dengan menggunakan komputer. Kelebihan dari program ini adalah kita dapat melakukan lebih cepat semua penghitungan statistik dari yang mulai sederhana hingga rumit sekalipun.

i

r Keterangan

<0,20 Tidak ada 0,20 - <0,40 Rendah 0,40 - <0,70 Sedang 0,70 – <0,90 Tinggi 0,90 – <1,00 Tinggi Sekali


(1)

116 Jurnal :

Trisnaningsih, S. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemehaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.

Alwani, Ahmad. 2007. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang. UNNES, Semarang.

Harhinto, Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. UNNES, Semarang.

Herwan Abdul Muhyi. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi, Kinerja Karyawan terhadap Komitmen Organisasi pada Pelayaran. Disertasi UNPAD, Bandung.

Agustin Suryaningtias. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Akuntan Publik (Studi Survei pada Kantor Akuntan Publik di Bandung). Universitas Widyatama, Bandung.

Website :

http://www.iramustika.wordpress.com http://www.komiteaudit.org

http://www.jurnalskripsi.com http://www.infoanda.com http://www.hukumonline.com http://apauditing.blogspot.com


(2)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor Eksternal pada Tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung”. Skripsi ini dilaksanakan untuk mem enuhi s yarat sidang guna memperoleh gelar sarjana ekonomi program studi akuntansi.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada Tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung. Atas segala bantuan, bimbingan dan kesempatan yang diberikan dalam penyusunan Skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung serta selaku dosen penguji I.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

4. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak, selaku dosen pembimbing di Universitas Komputer Indonesia Bandung yang selama ini mengerahkan tenaga,


(3)

viii

pikiran dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Penelitian ini.

5. Ony Widilestariningtyas, S.E., M.Si., selaku dosen penguji II di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

6. Surtikanti, SE., M.Si, selaku dosen wali di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

7. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

8. Sekretariat Prodi Akuntansi, terima kasih atas pelayanannya selama penulis kuliah.

9. Seluruh Akuntan Publik pada tujuh Kantor Akuntan Publik, terima kasih atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis pada penelitian ini.

10. Kedua orang tua Penulis yang tersayang yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material yang begitu besarnya sehingga penulis bisa menyelesaikan Penelitian ini.

11. Seseorang yang spesial di kehidupan Penulis yang memberi dukungan serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Penelitian ini.

12. Sahabat-sahabat, Aruky chan, Ichigo chan, Reycha chan, Zaycoo chan yang telah memberi semangat serta selalu menghibur Penulis.

13. Teman-teman angkatan 2006 dari kelas ak-1, ak-2, ak-3 yang saling memberikan informasi yang berarti untuk penyusunan Penelitian ini.


(4)

ix

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, secara langsung ataupun tidak langsung dalam menyelesaikan Penelitian ini.

Harapan penulis semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis khususnya, dan bagi pihak yang membaca pada umumnya. Akhir kata penulis panjatkan doa kepada Allah SWT, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis akan mendapat balasan yang berlipat ganda.

Amin ya rabbal’alamin.

Bandung, Juli 2010 Penulis

Selly Anditha Nurmala 21106046


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pada Tujuh Kantor Akuntan Publik di Bandung

Nama : Selly Anditha Nurmala

NIM : 21106046

Program Studi : Akuntansi Jenjang : Strata 1 Fakultas : Ekonomi

Menyetujui, Bandung, Juli 2010

Pembimbing,

Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak NIP. 4127.34.03.006

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Program Studi Akuntansi

Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si NIP. 4127.34.02.015

Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si NIP.4127.34.03.003


(6)

169

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Selly Anditha Nurmala

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 11 Juli 1988

Agama : Islam

Alamat : Perum Kota Baru Indah Blok B No. 8 Tasikmalaya

Alamat E-mail : shalley.orange@gmail.com

Pendidikan

2006-2010 : Universitas Komputer Indonesia Bandung 2003-2006 : SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya

2000-2003 : SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya

1994-2000 : SD Negeri Angkasa I Kota Tasikmalaya 1993-1994 : TK PGRI Kota Tasikmalaya


Dokumen yang terkait

PENGARUH INDEPENDENSI TERHADAP OPINI AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOMISARIAT WILAYAH BANDUNG

0 8 1

Pengaruh Independensi Auditor Dan Kinerja Auditor Terhadap Kualitas Audit (survei Pada Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

0 22 70

Pengaruh Keahlian Auditor Eksternal Terhadap Audit E-Commerce Pada Lima kantor Akuntan Publik Di Bandung

0 4 1

Analisis Independensi Auditor Eksternal Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit (Survei pada lima kantor akuntan publik di Wilayah Bandung)

4 14 145

PENGARUH INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pengaruh Independensi,Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Surakarta Dan Yogyakarta.

0 4 20

PENGARUH INDEPENDENSI,PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN Pengaruh Independensi,Profesionalisme, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Surakarta Dan Yogyakarta.

0 2 15

Pengaruh Independensi Eksternal Auditor terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit (Studi Kasus Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung).

0 1 26

Pengaruh Independensi dan Kompetensi Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada Auditor di Kantor Akuntan Publik di Bandung).

0 0 21

Pengaruh Indepedensi Auditor dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung (Sebuah studi pada beberapa kantor akuntan publik di Bandung).

0 0 22

Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Junior Auditor pada Kantor Akuntan Publik (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung).

0 0 19