Kurikulum 2013 Kepercayaan Diri KAJIAN TEORI

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kurikulum 2013

Pendidikan yang sekarang ini dilakukan dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi penerus untuk menghadapi berbagai permasalahan dunia di tahun-tahun mendatang yang semakin kompleks. Menurut Muhammad Nuh selaku menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia dalam diskusinya bersama dengan Rhenald Khasali dalam acara “Rumah Perubahan”, mengatakan bahwa seluruh aspek pendidikan harus selalu berubah karena seluruh aspek kehidupan di dunia ini terus berubah seiring dengan berjalannya waktu. Dua hal penting yang mendorong menteri pendidikan untuk membuat Kurikulum 2013 adalah : a. Jumlah manusia semakin banyak dan permasalahan di dunia semakin kompleks sehingga dibutuhkan orang-orang yang dapat berpikir dengan cerdas, kritis, kreatif dan inovatif. b. Pergerakan pendidikan di dunia berpola eksponensial, semakin lama semakin banyak dan semakin berkembang, sehingga diperlukan juga pendidikan yang mampu mengimbangi arah pergerakan pendidikan dunia. Kurikulum 2013 menekankan basis kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kompetensi sikap menjadi poin pertama dalam penilaian kurikulum 2013, selanjutnya kompetensi ketrampilan, lalu kompetensi pengetahuan. Hal ini berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa yang semakin hari semakin memprihatinkan. Untuk itu, dimunculkanlah kurikulum 2013 yang lebih menekankan pembentukan karakter.

B. Pembelajaran Matematika di Sekolah

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, belajar berasal dari kata dasar “ajar”-kata benda- petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui diturut; sedangkan arti dari belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dalam buku yang berjudul “Belajar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi ”, Drs. Slameto menjelaskan banyak hal, di antaranya adalah:

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Pandangan seseorang tentang belajar akan memengaruhi tindakan- tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai proses penerapan prinsip. Pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

2. Ciri-Ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Pengertian Belajar

Terdapat beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut : a Perubahan terjadi secara sadar Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Miasalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu. b Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung berkelanjutan hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya. c Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. d Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih. e Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya. f Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

C. Kepercayaan Diri

Salah satu sikap yang menjadi tujuan pembelajaran yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 adalah kepercayaan diri. Melalui pembelajaran yang disampaikan, siswa diharapkan dapat memiliki sikap dan citra diri yang baik agar dapat menjadi generasi yang hebat dan memiliki kualitas diri yang tinggi sehingga dapat bersaing di era global bermodalkan pengetahuan serta diiringi dengan sikap dan karakter yang baik pula. Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat menjadi sikap dan cara seseorang menyikapi masalah akan membentuk karakter. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya berarti yakin bahwa sesuatu itu benar atau nyata. Menurut Haryanto 2010, ada empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai percaya diri batin yang sehat. Keempat ciri itu adalah : 1. Cinta diri Orang yang percaya diri mencintai diri mereka dan cinta diri ini dapat dilihat oleh orang luar yaitu mereka peduli tentang diri mereka karena perilaku dan gaya hidup mereka adalah untuk memelihara diri. 2. Pemahaman diri Orang dengan percaya diri batin juga sangat sadar diri. Mereka tidak terus-menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri mereka. 3. Tujuan yang jelas Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Ini disebabkan karena mereka mempunyai pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan mereka tahu hasil apa yang dapat diharapkan. 4. Pemikiran yang positif Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang menyenangkan, salah satu sebabnya ialah karena mereka biasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Terkait faktor internal, berikut ini pernyataan Adhetia Martyanti dalam artikelnya, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar matematika ialah self -belief. Hannula, Maijala, Pehkonen mengungkapkan bahwa keyakinan belief terhadap diri sendiri memiliki hubungan yang luar biasa dengan kesuksesan siswa dalam belajar matematika. Di artikel ini, disampaikan juga pendapat Stankov, Morony Ping mengungkapkan bahwa terdapat empat jenis self-belief yaitu : 1. Self-concept : Bagaimana seseorang melihat potret diri sendiri dan menyimpulkan dirinya sendiri secara keseluruhan. 2. Self-esteem atau anxiety : Bagaimana seseorang memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri, meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri sendiri. 3. Self efficacy : Bagaimana seseorang memiliki keyakinan atas kapasitas yang seseorang miliki untuk dapat menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus to succeed. Ini yang disebut dengan general self-efficacy. 4. Self-confidence: Bagaimana seseorang memiliki keyakinan terhadap penilaian diri atas kemampuan dalam diri sendiri dan bagaimana seseorang dapat merasa kan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence merupakan kombinasi dari self esteem dan self-efficacy. Mereka juga mengungkapkan bahwa terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa self-concept, anxiety, dan self-efficacy menjadi prediktor yang baik terhadap seberapa baik kinerja akademik siswa. Namun demikian, hanya sedikit penelitian yang menyelidiki peran dari self-confidence . Menurut Suhendri, rasa percaya diri atau Self-confidence merupakan suatu sikap mental positif dari seorang individu yang memosisikan atau mengondisikan dirinya dapat mengevaluasi tentang diri sendiri dan lingkungannya sehingga merasa nyaman untuk melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang direncanakan. Sedangkan menurut Willis dalam artikel Adhetia Martyanti mengungkapkan bahwa self confidence adalah “keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain”. Pendapat ini menunjukkan bahwa self confidence merupakan suatu keyakinan. Terkait matematika, Margono mengutip pernyataan McLeod yang mengungkapkan bahwa rasa percaya diri merupakan keyakinan tentang kompetensi diri dalam matematika dan kemampuan seseorang dalam matematika yang merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal matematika. Sedangkan Lauster mengungkapkan bahwa aspek-aspek self- confidence meliputi: keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, optimis, objektif, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis. Terkait dengan matematika, Margono mengungkapkan bahwa self-confidence siswa dalam belajar matematika dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu: a. Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya. b. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha meraih sasaran. c. Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri. Selanjutnya dengan memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pembentukan self-cofidence siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika, maka guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi pengembangan rasa percaya diri siswa. Dengan adanya rasa percaya diri tersebut, siswa akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika sehingga dapat meraih prestasi belajar matematika yang optimal. Pengertian kepercayaan diri yang dipakai oleh peneliti pada penelitian ini adalah kepercayaan terhadap kesadaran dan pemahaman diri atas kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai masalah, khususnya pada masalah matematika.

D. Soal TIMSS Trends in International Mathematics and Science Study