Kepercayaan diri siswa dan faktor-faktor yang memengaruhi dalam memecahkan masalah matematika pada soal TIMSS tipe pemecahan masalah di kelas VIII B SMP N 7 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

(1)

vii

ABSTRAK

Ellita Idorestu. 101414034. 2015. Kepercayaan Diri Siswa dan Faktor-Faktor yang

Memengaruhi dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Soal TIMSS Tipe Pemecahan Masalah di Kelas VIII B SMP N 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

Skripsi. Yogyakarta : Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kepercayaan diri siswa merupakan sikap yang menjadi salah satu tujuan pembelajaran yang direkomendasikan Kurikulum 2013. Pada proses pembelajaran matematika, khususnya dalam memecahkan suatu masalah, kepercayaan diri ini juga sangat diperlukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah matematika pada soal TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), yang merupakan salah satu tantangan eksternal di masa depan bagi Indonesia. Soal yang diberikan adalah soal dengan grade 4, peneliti melihat kemampuan siswa dengan soal TIMSS dengan level yang lebih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian siswa SMP N 7 Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa dapat menyelesaikan soal dengan nilai rata-rata yang tinggi, (2) terdapat siswa yang jawabannya salah, tetapi merasa yakin atas hasil pekerjaannya, hal ini terjadi karena siswa tidak bisa memahami makna soal, selain itu siswa memiliki pemahaman konsep matematika yang tidak benar, (3) terdapat siswa yang jawabannya benar tetapi merasa tidak yakin dengan jawabannya tersebut, dikarenakan ketidakyakinan pada jawabannya sendiri terhadap pemahaman soalnya dan karakter anak yang cenderung lebih pemalu. Selain itu, ada pula anak yang selalu merasa kurang yakin atas jawabannya tetapi pada dasarnya jawaban anak tersebut benar.

Kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah matematika pada soal TIMSS dengan tipe pemecahan masalah pada grade 4 masuk ke dalam kategori percaya diri. Faktor-faktor yang memengaruhi siswa dalam memecahkan masalah matematika terdiri dari faktor internal (dari diri siswa itu sendiri), faktor eksternal (dari luar siswa) dan dari pendekatan pembelajaran yang diterima siswa di pada saat belajar.

Kata Kunci : kepercayaan diri, siswa SMP, pemecahan masalah, soal TIMSS, kesalahan.


(2)

viii

ABSTRACT

Ellita Idorestu. 101414034. 2015. Self-Belief of Students and Factors That Influence

in Solving Mathematical Problems on the TIMSS Type Solve Problems in Eighth Grade of Junior High School 7 in Yogyakarta Academic Year 2013/2014 .

Undergraduate Thesis. Yogyakarta : Mathematics Education Study Program, Departement of Mathematics and Science, Faculty of Teacher Traning and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

Students’ self belief is one of the learning purposes in Curriculum 2013. In mathematic learning process especially in problem solving, students’ self belief is highly required.

The purpose of this research to find out the students’ self belief in solving mathematic problems faced in TIMSS question which is going to be one of external challenge for Indonesia. The exercises given are for the fourth grade students. The researcher observes the students’ ability by making TIMSS exercises in a lower level. This research belongs to descriptive qualitative research and the research participant are eight grade students of Junior High School 7 in Yogyakarta academic year of 2013-2014.

The results showed that (1) the students can do the exercises with the high average score, (2) there were some students’ who gave wrong answer, but they felt confident with their answers, it happened because the students did not understand with the question, there were also students who missunderstand with mathematic concept, (3) there were also students who answer the questions well but they felt unconfident with their answers. It because they felt unconfident with their answer and also their characteristic which tend to diffident . On the other hands, some of the students felt unconfindents with their answer while in fact their answers are true.

Self confidence in solving problems solving mathematical problem on the TIMSS type solve problems in fourth grade showed that the students has a good self confidence.

Factors that influence in solving mathematical problem is from internal factor(from her/him self), external factors and from the studies process.

Key word : students’ self belief, Junior High School Students, problem solving, TIMSS question, fault


(3)

KEPERCAYAAN DIRI SISWA

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PADA SOAL TIMSS TIPE PEMECAHAN MASALAH DI KELAS VIII SMP N 7 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Ellita Idorestu

101414034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KEPERCAYAAN DIRI SISWA

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

PADA SOAL TIMSS TIPE PEMECAHAN MASALAH DI KELAS VIII SMP N 7 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: Ellita Idorestu

101414034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

M O T T O

“Berserulah kepadaKU, maka AKU akan menjawab engkau

dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar

dan yang tidak terpahami, yakni hal-

hal yang tidak kau ketahui.”

Yeremia 33:3

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,

maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Matius 6:33

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

Carilah, maka kamu akan mendapat;

Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima

Dan setiap orang yang mencari, mendapat

Dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.”


(8)

v

Halaman Persembahan

Oleh karena berkat dan kasih karunia yang melimpah, skripsiku

ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus yang sudah rela memberikan segalanya untukku.

Selalu ada untukku kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan

apapun.

Bapak dan Ibuku terkasih yang sudah, sedang dan kutahu akan

terus mendoakanku, mendukungku, memperhatikanku dan juga

mengasihiku.

Adik-adikku, Nugroho Widhi Brilliyanto dan Beta Jati Rahayu

yang suka ‘menggelitikku’ dengan banyak cerita, pengalaman,

pertanyaan, saran, dan juga semangat untukku.

Andreas yang ada di jauh sana dan mau mendukungku dengan

cara yang berbeda.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Januari 2015


(10)

vii

ABSTRAK

Ellita Idorestu. 101414034. 2015. Kepercayaan Diri Siswa dan Faktor-Faktor

yang Memengaruhi dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Soal TIMSS Tipe Pemecahan Masalah di Kelas VIII B SMP N 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Yogyakarta : Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kepercayaan diri siswa merupakan sikap yang menjadi salah satu tujuan pembelajaran yang direkomendasikan Kurikulum 2013. Pada proses pembelajaran matematika, khususnya dalam memecahkan suatu masalah, kepercayaan diri ini juga sangat diperlukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah matematika pada soal TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), yang merupakan salah satu tantangan eksternal di masa depan bagi Indonesia. Soal yang diberikan adalah soal dengan grade 4, peneliti melihat kemampuan siswa dengan soal TIMSS dengan level yang lebih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian siswa SMP N 7 Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2013/2014.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa dapat menyelesaikan soal dengan nilai rata-rata yang tinggi, (2) terdapat siswa yang jawabannya salah, tetapi merasa yakin atas hasil pekerjaannya, hal ini terjadi karena siswa tidak bisa memahami makna soal, selain itu siswa memiliki pemahaman konsep matematika yang tidak benar, (3) terdapat siswa yang jawabannya benar tetapi merasa tidak yakin dengan jawabannya tersebut, dikarenakan ketidakyakinan pada jawabannya sendiri terhadap pemahaman soalnya dan karakter anak yang cenderung lebih pemalu. Selain itu, ada pula anak yang selalu merasa kurang yakin atas jawabannya tetapi pada dasarnya jawaban anak tersebut benar.

Kepercayaan diri siswa dalam memecahkan masalah matematika pada soal TIMSS dengan tipe pemecahan masalah pada grade 4 masuk ke dalam kategori percaya diri. Faktor-faktor yang memengaruhi siswa dalam memecahkan masalah matematika terdiri dari faktor internal (dari diri siswa itu sendiri), faktor eksternal (dari luar siswa) dan dari pendekatan pembelajaran yang diterima siswa di pada saat belajar.

Kata Kunci : kepercayaan diri, siswa SMP, pemecahan masalah, soal TIMSS, kesalahan


(11)

viii

ABSTRACT

Ellita Idorestu. 101414034. 2015. Self-Belief of Students and Factors That

Influence in Solving Mathematical Problems on the TIMSS Type Solve Problems in Eighth Grade of Junior High School 7 in Yogyakarta Academic Year 2013/2014 . Undergraduate Thesis. Yogyakarta : Mathematics

Education Study Program, Departement of Mathematics and Science, Faculty of Teacher Traning and Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

Students‟ self belief is one of the learning purposes in Curriculum 2013. In mathematic learning process especially in problem solving, students‟ self belief is highly required.

The purpose of this research to find out the students‟ self belief in solving mathematic problems faced in TIMSS question which is going to be one of external challenge for Indonesia. The exercises given are for the fourth grade students. The researcher observes the students‟ ability by making TIMSS exercises in a lower level. This research belongs to descriptive qualitative research and the research participant are eight grade students of Junior High School 7 in Yogyakarta academic year of 2013-2014.

The results showed that (1) the students can do the exercises with the high average score, (2) there were some students‟ who gave wrong answer, but they felt confident with their answers, it happened because the students did not understand with the question, there were also students who missunderstand with mathematic concept, (3) there were also students who answer the questions well but they felt unconfident with their answers. It because they felt unconfident with their answer and also their characteristic which tend to diffident . On the other hands, some of the students felt unconfindents with their answer while in fact their answers are true.

Self confidence in solving problems solving mathematical problem on the TIMSS type solve problems in fourth grade showed that the students has a good self confidence. Factors that influence in solving mathematical problem is from internal factor(from her/him self), external factors and from the studies process.

Key word : students‟ self belief, Junior High School Students, problem solving, TIMSS question, fault


(12)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ellita Idorestu

Nomor Mahasiswa : 101414034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Kepercayaan Diri Siswa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Soal TIMSS Tipe Pemecahan Masalah di Kelas VIII B SMP N 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan. Mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 9 Januari 2015 Yang menyatakan


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, karunia, dan kasihNYA yang sempurna, sehingga penulis diberi waktu, kesempatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kepercayaan Diri Siswa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi dalam Memecahkan Masalah Matematika pada Soal TIMSS Tipe Pemecahan Masalah di Kelas VIII B SMP N 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

Pembuatan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana dari Program Studi Pendidikan Matematika. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP.

2. Bapak M. Andy Rudhito, selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan ketua Program Studi Pendidikan Matematika sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, dukungan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas selaku wakil ketua Program Studi Matematika dan juga sebagai dosen pembimbing akademik yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam menempuh perkuliahan.


(14)

xi

4. Ibu Dra. Nuryani Agustina sebagai kepala SMP N 7 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

5. Bp. Patricius Darpito, S.Pd. sebagai guru pengampu matematika SMP N 7 Yogyakarta khususnya kelas VIII B, yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian hingga selesai.

6. Seluruh siswa kelas VIII B SMP N 7 tahun ajaran 2013/2014 yang telah bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini. 7. Orang tua tersayang, Bapak Ngadiyono dan Ibu Supadmi terkasih yang

sudah, sedang dan akan terus mendoakan, mendukung, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik

8. Adik-adikku, Nugroho Widhi Brilliyanto dan Beta Jati Rahayu yang mau banyak bercerita pengalaman, memberikan pertanyaan, saran, dan juga semangat untuk penulis.

9. Andreas, terimakasih atas doa dan dukungan yang sudah diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini.

10. Semua teman, sahabat, yang sudah turut mendukung dalam segala hal, tetapi tidak dapat penulis sebutkan. Terimakasih banyak.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan, yang sudah memberikan dukungan, saran, nasihat dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.


(15)

xii

Kiranya kasih karunia Tuhan selalu menyertai kita semua. Penulis tidak dapat membalas kebaikkan pihak-pihak yang sudah terlibat dalam proses pembuatan skripsi ini, tetapi penulis percaya bahwa kasih Tuhan akan melindungi dan senantiasa menaungi kita semua.

Banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan penulis, oleh karena itu, saran yang bersifat membangun akan diterima oleh penulis dengan senang hati. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Januari 2015 Penulis,


(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Fokus Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Penjelasan Istilah ... 6

G. Sistematika Penelitian ... 7


(17)

xiv

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Kurikulum 2013 ... 9

B. Pembelajaran Matematika di Sekolah ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Ciri-Ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Pengertian Belajar .... 12

C. Kepercayaan Diri ... 14

D. TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) ... 19

E. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika ... 21

1. Faktor Internal ... 21

2. Faktor Eksternal ... 25

3. Faktor Pendekatan Belajar ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Persiapan Penelitian ... 41

B. Pelaksanaan Penelitian ... 41

C. Analisis Data Penelitian ... 42

D. Pembahasan Hasil Analisis ... 45


(18)

xv

BAB V PENUTUP ... 104

A. KESIMPULAN ... 104

B. SARAN ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ragam Faktor dan Unsur yang Memengaruhi Belajar Siswa ... 30

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Soal TIMSS ... 36

Tabel 4.1 Deskripsi Pekerjaan Siswa 30 ... 50

Tabel 4.2 Deskripsi Pekerjaan Siswa 18 ... 57

Tabel 4.3 Deskripsi Pekerjaan Siswa 12 ... 63

Tabel 4.4 Deskripsi Kepercayaan Diri Siswa 30 ... 70

Tabel 4.5 Deskripsi Kepercayaan Diri Siswa 18 ... 80


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Soal TIMSS grade 4 ... 108

Lampiran 2 Kunci Jawaban ... 119

Lampiran 3 Hasil Pekerjaan Siswa ... 126

Lampiran 4 Persentase Keyakinan Siswa ... 129

Lampiran 5 Pebandingan Hasil Pekerjaan Siswa dengan Persentase Keyakinan Siswa dalam Menyelesaikan Soal TIMSS ... 132

Lampiran 6 Hasil Wawancara ... 134


(21)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Pekerjaan Siswa ... 46 Grafik 4.2 Persentase Keyakinan Siswa ... 47 Grafik4.3 Perbandingan Hasil Pekerjaan Siswa dengan


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah studi internasional tentang hasil belajar matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.

TIMSS merupakan studi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999. Dengan adanya studi TIMSS, kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dan dibandingkan dengan negara lain yang turut serta berpartisipasi dalam TIMSS ini.

Pada penelitian ini, peneliti menyoroti hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Dalam website kemendikbud, disampaikan hasil TIMSS Indonesia sejak berpartisipasi dalam TIMSS dan hasilnya cukup mengejutkan berikut ini :

1. Tahun 1999 peringkat ke 34 dari 38 negara dengan skor 403 2. Tahun 2003 peringkat ke-35 dari 46 negara dengan skor 411 3. Tahun 2007 peringkat ke-36 dari 49 negara dengan skor 397 4. Tahun 2011 peringkat ke-38 dari 48 negara dengan skor 386


(23)

Menurut Elin Driyana dalam artikelnya di Kompas Nasional dengan judul “Gawat Darurat Pendidikan” yang diposkan pada hari Jumat, 14 Desember 2012 menyatakan bahwa konsistensi buruknya hasil-hasil penilaian internasional terhadap kemampuan matematika, sains, dan membaca siswa-siswa Indonesia merupakan indikator kuat adanya ”penyakit-penyakit” kronis dalam penyelenggaraan pendidikan di tanah air. Kebijakan-kebijakan yang diambil pun tampaknya belum berhasil menyembuhkan ”penyakit-penyakit” itu. Bukan tidak mungkin kebijakan-kebijakan yang diambil justru semakin memperparah kondisi pendidikan di tanah air.

Menurut Putra (2012) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, pengertian dari pendidikan adalah suatu proses yang kompleks karena pendidikan merupakan upaya yang terencana, bertujuan, sistematis, terstruktur, dan terukur untuk membantu, mendorong, mengarahkan, dan mengelola manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengelola, membina, mengarahkan, dan mengubah manusia yang merupakan makhluk multidimensi menuju ke arah kesempurnaannya. Manusia merupakan makhluk jasmaniah yang sekaligus rohaniah, individual dan sosial, emosional dan rasional. Sebenarnya masih banyak sebutan yang melekat pada manusia yang semuanya itu menunjukkan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk multidimensi. Demikian juga dengan para siswa, mereka adalah


(24)

manusia yang merupakan makhluk multidimensi, manusia jasmaniah yang sekaligus rohaniah, individual dan sosial, emosional dan rasional. (2012 : 6).

Sehubungan dengan hal itu, Muhammad Nuh yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan di Indonesia membuat kurikulum 2013 yang mengedepankan tiga kompetensi penting yaitu kompetensi sikap, keterampilan dan kompetensi pengetahuan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat menjadi sikap dan cara seseorang menyikapi masalah akan membentuk karakter. Dengan ini, diharapkan siswa dapat memiliki sikap dan citra diri yang baik agar dapat menjadi generasi yang hebat dan memiliki kualitas diri yang tinggi sehingga dapat bersaing di era global bermodalkan pengetahuan serta diiringi dengan sikap dan karakter yang baik pula.

Salah satu tujuan pembelajaran yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013 adalah kepercayaan diri. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Thantaway dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki


(25)

konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu ia sering menutup diri.

Pada proses pembelajaran mata pelajaran matematika, secara khusus pada kurikulum 2013, siswa diajak untuk berpikir logis dan jujur dalam setiap langkah yang dilakukannya untuk mendapatkan hasil yang benar. Apabila ada hal yang tidak benar pada jawaban yang ditemukan, maka sudah dapat ditebak bahwa ada yang salah pada proses yang dijalaninya. Untuk itu, diperlukan pemikiran dan penalaran yang benar serta kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika.

Mengacu pada paparan di atas, peneliti melakukan penelitian di SMP N 7 Yogyakarta, yaitu sekolah yang terletak di pinggir kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai kota pelajar. Sekolah ini berdekatan dengan SD Tegalrejo 2 dan RS Ludira Husada, serta SMP N 11 Yogyakarta. Siswa-siswa yang belajar di sekolah ini tidak hanya dari tengah kota saja, ada pula siswa-siswa yang datang dari desa untuk mengasah ilmunya di sana.

Walaupun ada di pinggiran kota, sekolah ini memiliki 18 rombongan belajar, siswa yang belajar dalam satu kelas sekitar 33-34 orang. Guru yang mengampu mata pelajaran matematika merupakan guru tetap di sekolah ini dan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tugas mengajarnya.


(26)

Untuk itu, peneliti mengadakan penelitian dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : “Kepercayaan Diri Siswa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi dalam Memecahkan

Masalah Matematika pada Soal TIMSS Tipe menyelesaikan

Masalah di Kelas VIII SMP N 7 Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Kualitas pendidikan di Indonesia belum dapat bersaing dengan kualitas pendidikan di dunia walaupun ada beberapa siswa yang mampu menembus olimpiade dunia dan meraih medali emas.

2. Proses pembelajaran di Indonesia belum mampu mengasah potensi-potensi siswa Indonesia. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dalam penalaran, dan sampai kepada menganalisis soal belum maksimal.

3. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran matematika secara khusus dalam menyelesaikan suatu masalah matematika.


(27)

C. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, peneliti memiliki rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika pada soal TIMSS dengan tipe pemecahan masalah? 2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika pada soal TIMSS dengan menyelesaikan masalah?

D. Fokus Masalah

1. Kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi kepercayaan diri siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan soal TIMSS tipe menyelesaikan masalah pada grade 4.

2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika khususnya pada soal TIMSS grade 4 tipe menyelesaikan masalah.

F. Penjelasan Istilah

1. Kepercayaan diri :

Kepercayaan diri adalah kepercayaan terhadap kesadaran dan pemahaman diri atas kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai masalah.


(28)

2. Problem solving (memecahkan masalah) :

Problem solving merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir dan bersikap atas masalah yang dihadapinya agar masalah tersebut dapat selesai dengan tuntas.

3. TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) : TIMSS merupakan studi internasional yang melihat hasil belajar matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama.

4. Faktor-faktor yang memengaruhi siswa dalam memecahkan masalah matematika :

Hal-hal yang dapat memengaruhi siswa pada proses memecahkan masalah-masalah matematika.

G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab :

Bab I Berisi tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan batasan masalah yang diteliti.

Bab II Berisi tentang landasan-landasan teori yang digunakan oleh peneliti.

Bab III Berisi tentang jenis penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, serta metode atau teknik analisis data.

Bab IV Berisi tentang pelaksanaan penelitian, analisis data dan keterbatasan penelitian.

Bab V Berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah dan saran.


(29)

H. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Bagi Lembaga Pendidikan

Dapat mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. 2. Bagi Tenaga Pendidik

Dapat mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara khusus untuk sekolah yang diampu.

3. Bagi Siswa

Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengetahui serbagai soal yang ada di lingkup internasional (TIMSS) agar dapat mengembangkan diri dengan lebih baik lagi.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan bagi peneliti tentang realita pendidikan yang ada di Indonesia sebagai bekal dalam mengajar.

5. Bagi Pembaca

Memberikan informasi kepada pembaca mengenai kualitas pendidikan di Indonesia, diharapkan dapat memberikan masukan dan saran agar pendidikan di Indonesia semakin lebih baik.


(30)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kurikulum 2013

Pendidikan yang sekarang ini dilakukan dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi penerus untuk menghadapi berbagai permasalahan dunia di tahun-tahun mendatang yang semakin kompleks. Menurut Muhammad Nuh selaku menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia dalam diskusinya bersama dengan Rhenald Khasali dalam acara “Rumah Perubahan”, mengatakan bahwa seluruh aspek pendidikan harus selalu berubah karena seluruh aspek kehidupan di dunia ini terus berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Dua hal penting yang mendorong menteri pendidikan untuk membuat Kurikulum 2013 adalah :

a. Jumlah manusia semakin banyak dan permasalahan di dunia semakin kompleks sehingga dibutuhkan orang-orang yang dapat berpikir dengan cerdas, kritis, kreatif dan inovatif.

b. Pergerakan pendidikan di dunia berpola eksponensial, semakin lama semakin banyak dan semakin berkembang, sehingga diperlukan juga pendidikan yang mampu mengimbangi arah pergerakan pendidikan dunia.


(31)

Kurikulum 2013 menekankan basis kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan. Kompetensi sikap menjadi poin pertama dalam penilaian kurikulum 2013, selanjutnya kompetensi ketrampilan, lalu kompetensi pengetahuan. Hal ini berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa yang semakin hari semakin memprihatinkan. Untuk itu, dimunculkanlah kurikulum 2013 yang lebih menekankan pembentukan karakter.

B. Pembelajaran Matematika di Sekolah

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, belajar berasal dari kata dasar “ajar”-kata benda- petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut); sedangkan arti dari belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Dalam buku yang berjudul “Belajar dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi”, Drs. Slameto menjelaskan banyak hal, di antaranya adalah:

1. Pengertian Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.

Pandangan seseorang tentang belajar akan memengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Misalnya


(32)

seorang guru yang mengartikan belajar sebagai kegiatan menghafalkan fakta, akan lain cara mengajarnya dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai proses penerapan prinsip.

Pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut :

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang anak menjadi bengkok karena patah tertabrak mobil, perubahan semacam itu tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.


(33)

2. Ciri-Ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Pengertian Belajar

Terdapat beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut :

a) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Miasalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

b) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung berkelanjutan hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis


(34)

yang telah dimilikinya dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.

c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar,


(35)

tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih. e) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

C. Kepercayaan Diri

Salah satu sikap yang menjadi tujuan pembelajaran yang direkomendasikan dalam Kurikulum 2013 adalah kepercayaan diri. Melalui pembelajaran yang disampaikan, siswa diharapkan dapat memiliki sikap dan citra diri yang baik agar dapat menjadi generasi yang hebat dan memiliki kualitas diri yang tinggi sehingga dapat bersaing di era global


(36)

bermodalkan pengetahuan serta diiringi dengan sikap dan karakter yang baik pula.

Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat menjadi sikap dan cara seseorang menyikapi masalah akan membentuk karakter.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya berarti yakin bahwa sesuatu itu benar atau nyata.

Menurut Haryanto (2010), ada empat ciri utama yang khas pada orang yang mempunyai percaya diri batin yang sehat. Keempat ciri itu adalah :

1. Cinta diri

Orang yang percaya diri mencintai diri mereka dan cinta diri ini dapat dilihat oleh orang luar yaitu mereka peduli tentang diri mereka karena perilaku dan gaya hidup mereka adalah untuk memelihara diri.

2. Pemahaman diri

Orang dengan percaya diri batin juga sangat sadar diri. Mereka tidak terus-menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang diri mereka.


(37)

3. Tujuan yang jelas

Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya. Ini disebabkan karena mereka mempunyai pikiran yang jelas mengapa mereka melakukan tindakan tertentu dan mereka tahu hasil apa yang dapat diharapkan.

4. Pemikiran yang positif

Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang menyenangkan, salah satu sebabnya ialah karena mereka biasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan mereka mengharap serta mencari pengalaman dan hasil yang bagus.

Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Terkait faktor internal, berikut ini pernyataan Adhetia Martyanti dalam artikelnya, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar matematika ialah self-belief. Hannula, Maijala, & Pehkonen mengungkapkan bahwa keyakinan (belief) terhadap diri sendiri memiliki hubungan yang luar biasa dengan kesuksesan siswa dalam belajar matematika. Di artikel ini, disampaikan juga pendapat Stankov, Morony & Ping mengungkapkan bahwa terdapat empat jenis self-belief yaitu :

1. Self-concept :

Bagaimana seseorang melihat potret diri sendiri dan menyimpulkan dirinya sendiri secara keseluruhan.


(38)

2. Self-esteem atau anxiety :

Bagaimana seseorang memiliki perasaan positif terhadap diri sendiri, meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri sendiri.

3. Self efficacy :

Bagaimana seseorang memiliki keyakinan atas kapasitas yang seseorang miliki untuk dapat menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy.

4. Self-confidence:

Bagaimana seseorang memiliki keyakinan terhadap penilaian diri atas kemampuan dalam diri sendiri dan bagaimana seseorang dapat merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence merupakan kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

Mereka juga mengungkapkan bahwa terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa self-concept, anxiety, dan self-efficacy menjadi prediktor yang baik terhadap seberapa baik kinerja akademik siswa. Namun demikian, hanya sedikit penelitian yang menyelidiki peran dari self-confidence.

Menurut Suhendri, rasa percaya diri atau Self-confidence merupakan suatu sikap mental positif dari seorang individu yang memosisikan atau mengondisikan dirinya dapat mengevaluasi tentang diri sendiri dan lingkungannya sehingga merasa nyaman untuk melakukan kegiatan dalam


(39)

upaya mencapai tujuan yang direncanakan. Sedangkan menurut Willis dalam artikel Adhetia Martyanti mengungkapkan bahwa self confidence adalah “keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain”. Pendapat ini menunjukkan bahwa self confidence merupakan suatu keyakinan.

Terkait matematika, Margono mengutip pernyataan McLeod yang mengungkapkan bahwa rasa percaya diri merupakan keyakinan tentang kompetensi diri dalam matematika dan kemampuan seseorang dalam matematika yang merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal matematika.

Sedangkan Lauster mengungkapkan bahwa aspek-aspek self-confidence meliputi: keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, optimis, objektif, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis. Terkait dengan matematika, Margono mengungkapkan bahwa self-confidence siswa dalam belajar matematika dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu:

a. Kepercayaan terhadap pemahaman dan kesadaran diri terhadap kemampuan matematikanya.

b. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha meraih sasaran. c. Kepercayaan terhadap matematika itu sendiri.


(40)

Selanjutnya dengan memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pembentukan self-cofidence siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika, maka guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi pengembangan rasa percaya diri siswa. Dengan adanya rasa percaya diri tersebut, siswa akan lebih termotivasi dan lebih menyukai untuk belajar matematika sehingga dapat meraih prestasi belajar matematika yang optimal.

Pengertian kepercayaan diri yang dipakai oleh peneliti pada penelitian ini adalah kepercayaan terhadap kesadaran dan pemahaman diri atas kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai masalah, khususnya pada masalah matematika.

D. Soal TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)

TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) adalah studi internasional tentang hasil belajar matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.

TIMSS merupakan studi yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali, yaitu tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999. Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes dan angket, pengembangan tes dan angket dipusatkan di


(41)

Boston College, Boston-USA; penentuan sampel sekolah ditentukan oleh Statistics Canada di Ottawa-Kanada; dan pengolahan data dilakukan di Data Processing Center, Hamburg-Jerman.

Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains kelas VIII di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi siswa di negara lain. Oleh karena itu, hasil studi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan.

Dasar penilaian prestasi matematika dan sains dalam TIMSS dikategorikan ke dalam dua domain, yaitu isi dan kognitif.

Domain isi matematika : 1. Bilangan 2. Aljabar 3. Geometri

4. Data dan Peluang

Domain isi sains : 1. Biologi 2. Kimia 3. Fisika 4. Ilmu Bumi

Domain kognitif, baik matematika maupun untuk sains : 1. Pengetahuan

2. Penerapan 3. Penalaran


(42)

E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Siswa dalam Memecahkan

Masalah Matematika

Menurut Muhibbin Syah (1999) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Belajar”, secara global, faktor-faktor yang memengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa;

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan memepelajari materi-materi pelajaran.

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Berikut ini diuraikan pula oleh Muhibbin Syah mengenai faktor-faktor yang memengaruhi belajar.

1. Faktor Internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:

a. Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.


(43)

Misalnya kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat dapat menurunkan ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan untuk dapat mengatur pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting, sebab kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, sebaiknya guru bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan secara rutin (periodik) dari dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi kekurangsempurnaan pendengaran atau penglihatan siswa-siswi tertentu adalah guru menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Artinya guru tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan (apalagi di depan umum) bahwa mereka ditempatkan di depan karena keadaan mereka.


(44)

Langkah bijaksana ini perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self-confidence (rasa percaya diri) siswa-siswi khusus tersebut.

b. Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa, tetapi yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah:

1) Intelegensi

Menurut Reber, intelegensi pada umunya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. (Slameto, 2012). Jadi intelegensi sebenarnya bukan soal kualitas otak saja, tetapi juga kualitas organ-organ tubuh yang lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh yang lainnya, karena otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses.

2) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif


(45)

maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang disampaikan, apalagi jika diiringi dengan kebencian kepada guru atau mata pelajaran yang disampaikan akan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

3) Minat dan Bakat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. (Muhibbin Syah: 2003).

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global, bakat memiliki kemiripan dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. (Muhibbin Syah: 2003).


(46)

4) Motivasi

Menurut Gleitman dan Reber, pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.

Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrensik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrensik yang dapat menolong siswa untuk belajar.

2. Faktor Eksternal

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam, yakni : faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa.


(47)

Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagai kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.


(48)

Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) misalnya, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

3. Pendekatan Pembelajaran

Dalam buku Psikologi Belajar yang ditulis oleh Muhibbin Syah (1999), disampaikan bahwa ada banyak pendekatan belajar yang dapat diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Di antara pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representatif (mewakili) yang klasik dan modern itu ialah :

a) Pendekatan hukum Jost

Menurut Reber, salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktekkan atau mempelajari materi pembelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Mempelajari sebuah materi yang panjang dan kompleks dengan alokasi waktu 2 jam per hari selama 4 hari akan lebih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 4 jam sehari tetapi hanya selama 2 hari.


(49)

b) Pendekatan Ballard dan Clanchy

Menurut Ballard dan Clanchy, pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan (attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu :

1. Sikap melestarikan apa yang sudah ada (concerving) 2. Sikap memperluas (extending)

Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif” (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi). Bahkan di antara mereka yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan yang lebih ideal yaitu pendekatan “spekulatif” (berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya.

c) Pendekatan Biggs

Menurut hasil penelitian Biggs, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe (bentuk dasar), yakni :

1. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah) 2. Pendekatan deep (mendalam)

3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)

Siswa yang menggunakan pendekatan surface ini dapat terjadi misalnya pada siswa yang mau belajar karena dorongan dari luar (ekstrinsik) antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu.


(50)

Oleh karena itu, gaya belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

Sebaliknya, siswa yang menggunakan deep biasanya mempelajari materi memang karena dia tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa ini, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Sementara itu, siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi motif ekstrensik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa ini lebih serius daripada siswa-siswa yang memakai pendekatan-pendekatan lainnya. Dia memiliki keterampilan belajar (study skills) dalam arti sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja dan penelaahan isi silabus. Baginya, berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat disiplin, rapi dan sistematis serta berencana untuk terus maju ke depan (plans ahead).


(51)

Tabel 2.1

Ragam Faktor dan Unsur-Unsurnya

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Pembelajaran 1. Aspek Fisiologis

- Tonus jasmani - Mata dan

telinga 2. Aspek Psikologis

- Intelegensi - Sikap

- Minat & Bakat - Motivasi

1. Lingkungan Sosial

- Keluarga - Guru dan staf - Masyarakat - Teman

2. Lingkungan Nonsosial

- Rumah - Sekolah - Peralatan - Alam

1. Pendekatan Tinggi

- Speculative

- Achieving

2. Pendekatan Menengah

- Analytical

- Deep

3. Pendekatan Rendah

- Reproductive

- Surface

Tumbuh kembang manusia dan otak terjadi dalam dua cara sekaligus yaitu universal dan kontekstual. Universal dalam arti ada tahapan yang dialami oleh setiap manusia normal tanpa memandang konteks lokal atau spesifiknya. Contoh, semua anak akan mengalami perkembangan tahap demi tahap sejak dilahirkan sampai dapat berjalan dan berbicara. Tahapan ini dapat jadi sedikit berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, tetapi semua anak normal akan melewati tahapan itu.

Terkait aspek relatif/lokalitas atau pengaruh konteks/kultur terhadap perkembangan manusia danotak, hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek kemanusiaan yang sangat dipengaruhi oleh konteks atau lingkungan tempat kita tumbuh kembang. Chiao (ed.) dalam Cultural Neuroscience: Cultural Influence On Brain Function menjelaskan bahwa plastisitas otak terkait dengan interaksi dinamik antara konteks sosial yang


(52)

bersifat situasional dan kognisi serta perilaku individu dengan kultur dan plastisitas neural. (Putra, 2012 : 25).

Pola pendidikan anak di lingkungan memengaruhi emosi dan karakter anak dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (lingkungan di budaya Jawa mengarahkan anak untuk merendahkan diri apabila ia mampu melakukan banyak hal) tetapi ada juga anak yang melakukan banyak hal hanya dengan keberanian yang dia miliki. Menurut hasil penelitian Damasio dan LeDoux menegaskan bahwa manusia bukanlah makhluk rasional yang memiliki emosi, tetapi makhluk emosional yang memiliki rasio. Atas dasar ini, Golleman menegaskan bahwa kecerdasan emosi lebih menentukan kemanusiaan manusia dan keberhasilan manusia dibandingkan dengan kecerdasan intelektual yang bersifat rasional. (Putra, 2012 : 19).


(53)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang termasuk dalam jenis kualitatif. Penelitian kualitatif mencari dan mendapatkan masalah dengan cara induktif. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami pandangan individu, mencari, menemukan dan menjelaskan proses, membentuk atau merumuskan teori berbasis perspektif partisipan yang diteliti, dan menggali informasi mendalam tentang subjek atau latar penelitian yang mendalam dan juga untuk mengumpulkan data dan keseluruhan tahapan penelitian.

Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. (Sugiyono 2010:285).

Pada penelitian ini peneliti akan fokus pada unit karakter kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dan faktor-faktor yang memengaruhi dalam menyelesaikan masalah matematika pada soal TIMSS grade 4 tipe menyelesaikan masalah. Peneliti mengambil soal TIMSS kemudian memberikan soal tersebut kepada siswa di SMP yang


(54)

akan diteliti. Dari data-data yang diperoleh akan diolah dan dikonstruksikan sehingga menjadi suatu data yang selaras dan terpadu secara baik. Kesimpulan dari penelitian ini akan menjadi suatu hipotesis baru yang nantinya dapat diteliti kembali.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP N 7 Yogyakarta yang berjumlah 34 siswa tetapi ada satu siswa yang tidak berangkat sehingga subjek penelitian ini adalah 33 siswa.

Objek penelitian adalah kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan soal TIMSS grade 4 pada tipe memecahkan masalah dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi siswa dalam memecahkan masalah matematika tersebut.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2014. Untuk proses pengerjaan soal, dilakukan selama satu hari, dilanjutkan dengan wawancara kepada siswa dan guru yang bersangkutan.

2. Tempat


(55)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Tes

Siswa diberi beberapa soal yang diambil dari soal-soal TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) untuk dikerjakan dan diselesaikan. Setelah itu, mengisi persentase keyakinan dan beberapa pertanyaan untuk digunakan sebagai data peneliti.

2. Metode Wawancara

Setelah mendapatkan data dari hasil pekerjaan siswa, peneliti mewawancara siswa untuk dilakukan „cek dan ricek‟ (triangulasi) terhadap berbagai pernyataan siswa. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara kepada guru pengampu terkait dengan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan.

Beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada siswa adalah mengenai kepercayaan dirinya terhadap jawaban yang sudah diberikannya dalam setiap soal yang sudah diberikan, ketertarikkan siswa dalam menyelesaikan setiap soal matematika, cara siswa menyelesaikan masalah matematika dan hal-hal yang memengaruhi keingintahuannya dalam menyelesaikan masalah matematika.

E. Instrumen Penelitian

1. Ujicoba Instrumen

Peneliti mengambil 15 soal dari soal TIMSS grade 4 dengan ragam soal pilihan ganda tujuh butir, isian lima butir, dan tiga butir soal lainnya adalah soal yang saling berkaitan dalam satu nomor soal.


(56)

Instrumen yang digunakan untuk melakukan penelitian merupakan terjemahan dari soal TIMSS grade 4 dengan tipe menyelesaikan masalah. Sebelum dilakukan penelitian, soal diujicobakan kepada salah satu satu siswa SMP lain dan uji pakar oleh dosen.

2. Soal dan Kunci jawaban

Pada lampiran 1 disajikan soal TIMSS grade 4 dengan tipe menyelesaikan masalah secara lengkap yang diberikan kepada siswa.

3. Revisi Instrumen

Hasil uji coba dengan salah satu siswa dari SMP lain diketahui bahwa keseluruhan soal dapat dipahami dan dimengerti selain soal no.3. yakni pada soal :

“Bilangan bulat terkecil yang dapat terbentuk dari bilangan -bilangan 4, 3, 9, dan 1 tanpa pengulangan -bilangan adalah ...”

Pada soal tesebut, siswa tidak dapat memahami makna soal, sehingga dilakukan perubahan sebagai berikut :

“Bilangan bulat terkecil yang dapat terbentuk dari bilangan 4, 3, 9, dan 1 jika disusun tanpa pengulangan bilangan dari seluruh bilangan tersebut adalah ...”

Setelah dilakukan perubahan, siswa dapat memahami maksud soal sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu, peneliti melakukan uji pakar dengan dosen.

4. Kriteria Penilaian

Soal yang diberikan adalah terjemahan soal TIMSS grade 4 dengan ranah kognitif menyelesaikan masalah yang dibuat untuk siswa kelas


(57)

4. Ragam soal yang diberikan adalah soal pilihan ganda, isian dan tiga butir soal dengan pertanyaan yang berantai.

Berikut ini adalah tabel kriteria penilaian tiap soal.

Tabel 3.1

No Soal

Ragam

soal Kriteria Penilaian

Nilai per nomor 1 Pilihan

ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

2 Pilihan ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

3 Isian a. Benar : 5 b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

10

4 Isian a. Benar : 5 b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

10

5 Isian a. Benar : 5 b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

10

6 Pilihan ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

7 Pilihan ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

8 Pilihan ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

9 Pilihan ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

10 Isian a. Benar : 5 b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0


(58)

11 Isian a. Benar : 5 b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

Soal (a) 10 Soal (b) 10 Soal (c) 10 Rerata : 30/3 = 10 12 Isian a. Benar : 5

b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

Soal (a) 10 Soal (b) 10 Soal (c) 10 Rerata : 30/3 = 10 13 Isian a. Benar : 5

b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

Soal (a) 10 Soal (b) 10 Rerata : 20/2 = 10 14 Pilihan

ganda

a. Benar : 1

b. Salah : 0 10

15 Isian a. Benar : 5 b. Salah : 0

1. Alasan Tepat : 5 2. Alasan tidak tepat : 2 3. Tidak ada alasan : 0

10

5. Kisi-Kisi Wawancara

Pelaksanaan wawancara dilakukan pada hari berikutnya di sela-sela jam pelajaran. Peneliti memanggil siswa-siswa yang memiliki keunikkan tersendiri dalam mengerjakan soal kemudian melakukan wawancara dengan santai mengenai soal yang sudah dikerjakan. Hal-hal yang dibicarakan oleh peneliti dan partisipan berkaitan dengan proses penyelesaian soal.


(59)

Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti kepada siswa.

a) Apakah soalnya sulit?

b) Sulitnya di nomor yang mana? c) Mengapa sulit?

d) Bagaimana caramu mengerjakan soal itu?

e) Mengapa kamu mengerjakan soal itu dengan cara yang seperti itu?

f) Adakah cara lain untuk menyelesaikan masalah itu? g) Jika ada, mengapa kamu tidak menggunakan cara itu? h) Pelajaran apa yang kamu sukai?

i) Adakah kesulitan dalam mengerjakan soal matematika? j) Apa saja yang dapat membuatmu bersemangat belajar

matematika?

F. Teknik Analisis Data

Tahapan-tahapan yang dilalui oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan kegiatan terkait dengan perijinan kepada Dinas dan pihak-pihak terkait.

2. Peneliti menyampaikan proses penelitian yang akan dilakukan di sekolah yang bersangkutan dengan kepala sekolah dan guru pengampu mata pelajaran matematika.

3. Peneliti bersama dengan guru pengampu menentukan waktu pelaksanaan penelitian agar dapat berjalan dengan lancar.


(60)

4. Peneliti melakukan penelitian secara tertulis kemudian dilanjutkan dengan proses wawancara.

5. Data diolah oleh peneliti setelah didapat dari siswa SMP N 7 Yogyakarta. Soal-soal diambil dari soal-soal TIMSS yang sudah menjadi standar internasional. Oleh karena itu, soal dapat segera diujikan setelah diuji oleh pakar dan siswa dengan tujuan mengetahui keterbacaan maksud soal.

6. Hasil pekerjaan siswa dibandingkan dengan persentase keyakinan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan cara dihitung selisih antara persentase keyakinannya dengan nilai siswa sehingga dapat diketahui keyakinan siswa tersebut terhadap jawaban yang diberikannya.

Data yang dipakai oleh peneliti adalah hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal TIMSS. Data akan diolah oleh peneliti setelah didapat dari siswa SMP N 7 Yogyakarta. Soal diambil dari soal TIMSS pada grade 4 yang sudah menjadi standar internasional. Oleh karena itu, soal dapat segera diujikan setelah diuji oleh pakar dan beberapa siswa dengan tujuan mengetahui keterbacaan maksud soal.

Peneliti memberikan 15 soal tunggal, 3 di antaranya adalah soal yang berkaitan satu sama lain dalam 1 soal. Penilaian ditentukan dengan pembobotan jawaban atas masing soal, sesuai dengan uraian jawaban


(61)

siswa tersebut. Untuk siswa yang dapat menjawab dan menguraikannya dengan sempurna, diberikan nilai 10.

Selain menganalisis hasil jawaban siswa, peneliti juga melihat persentase siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan. Siswa juga diberikan tempat untuk menyampaikan kesulitan dan keraguan atas jawabannya dalam mengerjakan soal. Hasil tersebut juga akan diteliti oleh peneliti kaitannya dalam melihat kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan soal matematika.


(62)

41

BAB IV

PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN PENELITIAN,

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

D. Persiapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 7 Yogyakarta di kelas VIII B sebanyak tiga puluh tiga siswa. Tahap persiapan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian ini adalah meminta ijin untuk dapat dilakukan penelitian secara khusus kepada pihak sekolah dan Dinas Perijinan kota Yogyakarta, mempersiapkan soal TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang akan diujikan pada siswa, daftar pertanyaan untuk wawancara.

Soal yang akan diberikan kepada siswa adalah soal yang diambil dari soal TIMSS grade 4 yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (instrumen terlampir). Untuk pemilihan soal dilakukan berdasarkan tipe yang akan diambil yaitu tipe menyelesaikan masalah matematika.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Profil SMP N 7 Yogyakarta

SMP N 7 Yogyakarta berdiri sejak 25 Mei 1960 dengan alamat Jalan Wiratama 38 Yogyakarta kode pos 55244 Tegalrejo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini terletak di pinggir kota Yogyakarta, berdekatan dengan SD Tegalrejo 2 dan RS Ludira Husada, serta SMP N 11 Yogyakarta. Siswa yang belajar di sekolah ini tidak berasal dari


(63)

tengah kota saja, ada pula yang datang dari desa untuk mengasah ilmunya di sana.

Walaupun ada di pinggiran kota, sekolah ini memiliki 18 rombongan belajar, dengan perincian kelas VII ada 6 kelas, kelas VIII ada 6 kelas dan kelas IX juga ada 6 kelas. Ada 33-34 siswa yang belajar dalam satu kelas. Guru yang mengampu mata pelajaran matematika merupakan guru tetap di sekolah ini dan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tugas mengajarnya.

2. Penelitian Tertulis

Penelitian tertulis dilakukan pada hari Kamis tanggal 26 Mei 2014 di kelas VIII B dengan mengambil jam pelajaran Matematika. Penelitian ini diikuti oleh 33 siswa selama 45 menit.

3. Wawancara Tanggapan Siswa

Pelaksanaan wawancara dilakukan pada hari berikutnya di sela-sela jam pelajaran. Peneliti memanggil siswa-siswa yang memiliki keunikkan tersendiri dalam mengerjakan soal kemudian melakukan wawancara dengan santai mengenai soal yang sudah dikerjakan. Hal-hal yang dibicarakan oleh peneliti dan partisipan berkaitan dengan proses penyelesaian soal. Wawancara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6.

F. Analisis Data Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan, subjek kelas 8 SMP N 7 Yogyakarta dapat mengerjakan hampir semua soal TIMSS yang diberikan dengan nilai


(64)

rata-rata yang cukup tinggi yaitu 86,59. Nilai tertinggi mencapai 96,67 dan diraih oleh empat orang siswa. Sedangkan nilai terendah 66,67 oleh satu orang siswa yaitu siswa 30. Di antara 33 siswa, ada 11 siswa yang nilainya ada di bawah rata-rata kelas.

Untuk skor 80,01 sampai dengan 100,00 diraih oleh 24 siswa, sedangkan untuk skor 60,01 sampai dengan 80,00 diraih oleh 9 orang siswa. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

Pada soal nomor 1, 2, 6, 8, 9, dan 15 rata-rata nilainya mencapai 10. Sedangkan nilai rata-rata untuk soal nomor 5, 7, 11, dan 13 adalah 9, nomor 4, 10, dan 12 nilai rata-ratanya adalah 8. Nilai rata-rata 7 untuk soal ini ada pada nomor 14 dan nilai rata-rata terendah adalah 3 pada soal nomor 3.

Setiap soal diberikan tempat untuk dapat melakukan perhitungan-perhitungannya dan diberikan pertanyaan tentang keyakinannya dalam menyelesaikan soal tersebut. Pada rata-rata persentase kepercayaan diri, ada satu siswa yang ada di rentang 40,01 sampai 60,00, sedangkan rentang 60,01 sampai 80,00 ada 4 orang siswa, pada rentang 80,01 sampai 100,00 ada 28 siswa. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.

Setelah siswa mengerjakan soal yang diberikan, siswa diberikan kesempatan secara langsung untuk segera mengisi persentase keyakinannya atas jawaban yang baru saja siswa kerjakan. Untuk mengetahui keterkaitan antara keyakinan dengan hasil pekerjaan siswa, peneliti menghitung selisih antara keyakinan dengan hasil pekerjaan siswa.


(65)

Untuk selisih negatif menunjukkan bahwa kepercayaan dirinya lebih rendah daripada hasil pekerjaannya, sedangkan selisih yang positif menunjukkan bahwa kepercayaan dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pekerjaannya. Dari hasil yang didapatkan, peneliti membuat pembagian selang selisih antara persentase keyakinan dengan skor hasil sebagai berikut :

1. Sangat tidak percaya diri, jika selisih persentase keyakinan dikurangkan dengan nilai jawabannya < -10,00

2. Kurang percaya diri, jika selisih persentase keyakinan dikurangkan dengan nilai jawabannya rentang antara

-10,00 sampai -5,00

3. Cukup Percaya diri, jika selisih persentase keyakinan dikurangkan dengan nilai jawabannya rentang antara -5,00 sampai 5,00

4. Percaya diri, jika selisih persentase keyakinan dikurangkan dengan nilai jawabannya rentang antara 5,00 sampai 10,00

5. Sangat percaya diri, jika selisih persentase keyakinan dikurangkan dengan nilai jawabannya >10,00

Dari hasil analisis, ada tiga siswa yang masuk ke dalam kategori sangat tidak percaya diri, dua siswa yang kurang percaya diri, lima siswa yang sangat percaya diri. Sembilan siswa yang cukup percaya diri dan empat belas siswa yang masuk ke dalam kategori normal. Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 5.


(66)

G. Pembahasan Hasil Analisis

1. Hasil pekerjaan siswa

Data peneliti diambil dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal TIMSS. Peneliti mengambil soal TIMSS grade 4 tipe menyelesaikan masalah. Dari soal yang diberikan, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan menggunakan konsep matematika yang sudah diterima dan logika berpikirnya masing-masing.

Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains kelas VIII di negara-negara peserta. TIMSS yang dilakukan setiap empat tahun sekali ini memiliki tingkatan-tingkatan tertentu berdasarkan umur siswa. Berikut ini adalah pembagiannya :

a) Untuk siswa berusia 9 tahun mendapatkan soal dengan tingkatan 4 b) Untuk siswa berusia 13 tahun menggunakan soal tingkat 8.

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan soal tingkat 4 dengan subjek siswa kelas 8 dengan asumsi bahwa siswa-siswa kelas 8 dapat menyelesaikan masalah soal TIMSS dengan tingkatan yang lebih rendah yaitu tingkat 4.

Dalam analisis data telah diuraikan bahwa rata-rata kelas VIII B terhadap soal yang diberikan cukup tinggi yaitu 86,59 dengan nilai tertinggi 96,67 diraih oleh empat orang siswa. Sedangkan nilai terendah 66,67 diraih oleh satu orang siswa. Di antara 33 siswa, ada 11 siswa yang nilainya ada di bawah rata-rata kelas.


(1)

18 Siswa 18 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 96.67 73.33 -23.34

19 Siswa 19 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 0 10 90.00 98.53 8.53

20 Siswa 20 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 7 10 10 10 94.67 88.87 -5.80

21 Siswa 21 10 10 5 10 10 5 0 10 10 5 7 3 10 10 10 76.67 85.33 8.66

22 Siswa 22 10 10 5 10 10 10 10 10 10 8 10 10 9 10 10 94.67 100.00 5.33

23 Siswa 23 10 10 7 10 10 10 10 10 10 2 10 3 9 10 10 87.33 96.37 9.04

24 Siswa 24 10 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 10 5 8 10 88.67 70.00 -18.67

25 Siswa 25 10 10 0 2 10 10 10 10 10 0 10 10 10 0 10 74.67 96.67 22.00

26 Siswa 26 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 3 9 8 10 90.00 100.00 10.00

27 Siswa 27 10 10 0 2 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 88.00 91.67 3.67

28 Siswa 28 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 96.67 96.67 0.00

29 Siswa 29 10 10 3 5 10 10 10 10 10 5 10 10 5 0 10 78.67 83.87 5.20

30 Siswa 30 10 10 0 0 10 10 10 10 10 0 10 0 10 0 10 66.67 46.67 -20.00

31 Siswa 31 10 10 0 0 10 10 10 10 10 0 10 0 10 10 10 73.33 73.07 -0.26

32 Siswa 32 10 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 7 10 10 10 91.33 93.07 1.74

33 Siswa 33 10 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 93.33 93.33 0.00


(2)

Lampiran 6

Paparan wawancara

1. Siswa 30

No Pertanyaan Tanggapan

1. Apakah soalnya sulit? Lumayan, mbak.. 2 Sulitnya di nomor yang

mana?

Mmm… 3 Yang ini sulit ndak?

(menunjuk ke soal no.2)

Ya, lumayan mbak..

4 Antara kilogram sama gram besar yang mana?

Kilogram, mbak

5 Setelah kilogram, di bawahnya ada besaran apa lagi?

Hekto

6 Hekto apa? Hekto.., hectometer 7 Apakah 1 kilogram bisa

dijadikan meter?

Ndak mbak, ndak jadi..

8 Tolong saya dibikinkan urutan besaran untuk kilogram ya dek

Mmm…,

9 Jadi urutannya seperti ini ya.. (peneliti membuatkan urutan besaran kilogram dari yang tertinggi ke rendah)

Oo, ya ya mbak..

10 Pelajaran apa yang kamu sukai?

Olahraga, mbak


(3)

matematika ndak? membingungkan.. 12 Adakah kesulitan dalam

mengerjakan soal matematika?

Bingung, mbak..

13 Apa saja yang dapat membuatmu bersemangat belajar matematika?

Kalau sambil bermain gimana ya mbak.. hehee

2. Siswa 18

No Pertanyaan Tanggapan

1. Apakah soalnya sulit? Lumayan, mbak… hehe 2 Sulitnya di nomor yang

mana?

Mmm..,

3 Kenapa kamu menuliskan 75% hampir di semua soalmu?

Hehee…, ya mbak..

4 Apakah kamu ragu akan jawabanmu?

Hehe..

5 Kenapa ragu-ragu? (peneliti sambil tersenyum)

Hehehee… 6 Kamu bisa mengerjakan

semua soalnya kan?

*mengangguk sambil tersenyum

7 Pelajaran apa yang kamu sukai?

Matematika, mbak.. *sambil tersenyum 8 Adakah kesulitan dalam

mengerjakan soal matematika?

Mmm…

9 Apa saja yang dapat membuatmu bersemangat belajar matematika?

Suka aja, mbak.. hehe *sambil tersenyum


(4)

3. Siswa 12

No Pertanyaan Tanggapan

1. Apakah soalnya sulit? Ndak mbak, kok kaya tes psikologi ya..

2 Sulitnya di nomor yang mana?

Yang nomor 3, mbak..

3 Mengapa sulit? Ini tu maksud soalnya gimana to mbak?

Waktu kemarin aku ngerjain agak bingung lho mbak.. aku ndak ngerti ini maksud soalnya tu gimana?

4 Bagaimana caramu mengerjakan soal itu?

Kan ada 4 bilangan, trus tak pilih salah satu dari 4 bilangan itu yang paling kecil

5 Mengapa kamu mengerjakan soal itu dengan cara yang seperti itu?

Lha kan bilangan bulat terkecil dari semua bilangan itu kan 1, mbak.. hehe

8 Pelajaran apa yang kamu sukai?

Matematika suka, mbak… 9 Adakah kesulitan

dalam mengerjakan soal matematika?

Kalo yang pas soalnya mbak kemarin itu lumayan gampang sih mbak…

10 Apa saja yang dapat membuatmu

bersemangat belajar matematika?

Aku suka mainan angka-angkanya tu lho mbak… Mikirnya beda, tapi nanti


(5)

4. Guru Pengampu Mata Pelajaran Matematika

No Pertanyaan Tanggapan

1 Peneliti :

Hasil pekerjaan siswa sangat bagus, Pak. nilai rata-rata kelas mencapai 86,59. Sedangkan untuk nilai tertinggi adalah 96,67 dan diraih oleh empat orang siswa

O, ya bagus kalau begitu. Selama ini rata-rata mereka memang cukup baik.

2 Guru :

Siapa saja yang nilainya tertinggi?

Yang mendapatkan nilai tertinggi adalah siswa 12, siswa 16, siswa 18 dan siswa 28.

3 Peneliti :

Berkenaan dengan nilai tertinggi dan kepercayaan diri yang saat ini saya lihat, bagaimana pendapat Bapak mengenai siswa 12 dapat mendapatkan nilai tertinggi dengan rata-rata persentase keyakinan 100%, sedangkan siswa 18 hanya 73,33% ?

Mengenai siswa 12, selama ini siswa ini nilainya memang cukup baik dan aktif dalam banyak kegiatan, anak ini mudah bergaul sehingga

memiliki banyak teman. Sedangkan untuk siswa 18, dia cenderung lebih banyak diam tetapi sangat rajin dalam beribadah dan sangat menghormati guru. Nilai-nilainya selama ini juga baik.

4 Peneliti :

Pak, terdapat siswa yang mendapatkan nilai yang terendah yaitu siswa 30. Apakah selama ini dirinya memang seperti itu atau bagaimana?

O, ya. Selama ini siswa 30 memang memiliki nilai yang cukup rendah dibandingkan dengan teman-teman lain. Dari biodata yang saya miliki, dia termasuk siswa yang masuk dengan menggunakan bantuan khusus untuk keluarga tidak mampu.


(6)