1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
TIMSS Trends in International Mathematics and Science Study adalah studi internasional tentang hasil belajar matematika dan sains
siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi ini dikoordinasikan oleh IEA The International Association for the Evaluation of Educational
Achievement yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda.
TIMSS merupakan studi yang diselenggarakan setiap empat tahun
sekali, yaitu tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999. Dengan
adanya studi TIMSS, kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dan dibandingkan dengan negara lain yang turut serta berpartisipasi dalam
TIMSS ini.
Pada penelitian ini, peneliti menyoroti hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Dalam website kemendikbud, disampaikan hasil
TIMSS Indonesia sejak berpartisipasi dalam TIMSS dan hasilnya cukup
mengejutkan berikut ini : 1. Tahun 1999 peringkat ke 34 dari 38 negara dengan skor 403
2. Tahun 2003 peringkat ke-35 dari 46 negara dengan skor 411 3. Tahun 2007 peringkat ke-36 dari 49 negara dengan skor 397
4. Tahun 2011 peringkat ke-38 dari 48 negara dengan skor 386
Menurut Elin Driyana dalam artikelnya di Kompas Nasional dengan judul “Gawat Darurat Pendidikan” yang diposkan pada hari Jumat, 14
Desember 2012 menyatakan bahwa konsistensi buruknya hasil-hasil penilaian internasional terhadap kemampuan matematika, sains, dan
membaca siswa-siswa Indonesia merupakan indikator kuat adanya ”penyakit-penyakit” kronis dalam penyelenggaraan pendidikan di tanah
air. Kebijakan-kebijakan yang diambil pun tampaknya belum berhasil menyembuhkan ”penyakit-penyakit” itu. Bukan tidak mungkin
kebijakan-kebijakan yang diambil justru semakin memperparah kondisi pendidikan di tanah air.
Menurut Putra 2012 dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, pengertian dari pendidikan adalah suatu
proses yang kompleks karena pendidikan merupakan upaya yang terencana, bertujuan, sistematis, terstruktur, dan terukur untuk
membantu, mendorong, mengarahkan, dan mengelola manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengelola, membina, mengarahkan,
dan mengubah manusia yang merupakan makhluk multidimensi menuju ke arah kesempurnaannya. Manusia merupakan makhluk jasmaniah yang
sekaligus rohaniah, individual dan sosial, emosional dan rasional. Sebenarnya masih banyak sebutan yang melekat pada manusia yang
semuanya itu menunjukkan bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk multidimensi. Demikian juga dengan para siswa, mereka adalah
manusia yang merupakan makhluk multidimensi, manusia jasmaniah yang sekaligus rohaniah, individual dan sosial, emosional dan rasional.
2012 : 6. Sehubungan dengan hal itu, Muhammad Nuh yang saat itu masih
menjabat sebagai Menteri Pendidikan di Indonesia membuat kurikulum 2013 yang mengedepankan tiga kompetensi penting yaitu kompetensi
sikap, keterampilan dan kompetensi pengetahuan yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang
dapat menjadi sikap dan cara seseorang menyikapi masalah akan membentuk karakter. Dengan ini, diharapkan siswa dapat memiliki sikap
dan citra diri yang baik agar dapat menjadi generasi yang hebat dan memiliki kualitas diri yang tinggi sehingga dapat bersaing di era global
bermodalkan pengetahuan serta diiringi dengan sikap dan karakter yang baik pula.
Salah satu tujuan pembelajaran yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013 adalah kepercayaan diri.
Percaya diri merupakan salah
satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Thantaway dalam Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling
2005:87, percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki
konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu ia sering menutup diri.
Pada proses pembelajaran mata pelajaran matematika, secara khusus pada kurikulum 2013, siswa diajak untuk berpikir logis dan jujur dalam
setiap langkah yang dilakukannya untuk mendapatkan hasil yang benar. Apabila ada hal yang tidak benar pada jawaban yang ditemukan, maka
sudah dapat ditebak bahwa ada yang salah pada proses yang dijalaninya. Untuk itu, diperlukan pemikiran dan penalaran yang benar serta
kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika. Mengacu pada paparan di atas, peneliti melakukan penelitian di SMP
N 7 Yogyakarta, yaitu sekolah yang terletak di pinggir kota Yogyakarta, yang dikenal sebagai kota pelajar. Sekolah ini berdekatan dengan SD
Tegalrejo 2 dan RS Ludira Husada, serta SMP N 11 Yogyakarta. Siswa- siswa yang belajar di sekolah ini tidak hanya dari tengah kota saja, ada
pula siswa-siswa yang datang dari desa untuk mengasah ilmunya di sana.
Walaupun ada di pinggiran kota, sekolah ini memiliki 18 rombongan belajar, siswa yang belajar dalam satu kelas sekitar 33-34 orang. Guru
yang mengampu mata pelajaran matematika merupakan guru tetap di sekolah ini dan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan
tugas mengajarnya.
Untuk itu, peneliti mengadakan penelitian dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :
“Kepercayaan Diri Siswa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi dalam Memecahkan
Masalah Matematika pada Soal TIMSS Tipe menyelesaikan Masalah di Kelas VIII SMP N 7 Yogyakarta Tahun Ajaran
20132014 ”.
B. Identifikasi Masalah