PENDAHULUAN TUJUAN KAJIAN HASIL ANALISIS A. Isu-isu Strategis Pengembangan HHNK

GG PP LL AA NN LL OO B U L ET IN B U L E T IN Halaman 20 Tulisan ini disajikan untuk melihat berbagai kendala, arah kebijakan dan peluang pengembangan hasil hutan non kayu di Indonesia saat ini yang disarikan dari Hasil Kajian Para Pakar yang difasilitasi oleh Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan. Berdasarkan hasil kajian, para pakar telah merumuskan berbagai formulasi meliputi langkah-langkah yang perlu dilakukan baik untuk jangka panjang, menengah maupun jangka pendek dalam bentuk program dan kegiatan

I. PENDAHULUAN

Di dalam Rencana Strategis Departemen Kehutanan Tahun 20052009 PerMenHut P.04Menhut-II2005 yang memuat kebijakan pembangunan kehutanan selama 5 tahun ke depan secara eksplisit menetapkan komoditas HHNK sebagai salah satu komoditas yang perlu dikembangkan. Oleh karenanya dalam pelaksanaan Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan RPPK yang telah dicanangkan Presiden pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur Jawa Barat, salah satu kegiatan yang diusulkan oleh Departemen Kehutanan untuk dikembangkan adalah kegiatan pemanfataan Hasil Hutan Non-Kayu HHNK. Sejalan dengan hal tersebut di atas, diperlukan suatu kajian menyangkut prospek pengembangan produk HHNK di Indonesia sebagai masukan untuk menyusun kebijakan dalam rangka mendorong percepatan pengembangan produk HHNK di Indonesia dengan rotan sebagai produk unggulannya.

II. TUJUAN KAJIAN

Tujuan analisis sektor ini adalah mengidentifikasi situasi dan kondisi obyektif produk unggulan untuk dikaji lebih mendalam dan dicarikan rumusan kebijakan, program dan strategi pengembangannya sebagai masukan dalam penetapan kebijkan pengembangan produk HHNK.

III. HASIL ANALISIS A. Isu-isu Strategis Pengembangan HHNK

Nilai ekspor HHNK dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan, apabila pada tahun 2000 total ekspor HHNK ± USD 600 juta, pada tahun 2004 mencapai ± USD 700 juta. Dari nilai total ekspor sebesar itu, lebih dari 50 merupakan sumbangan dari nilai ekspor rotan, di mana pada tahun 2000 nilai ekspor rotan sebesar ± USD 350 juta dan meningkat menjadi ± USD 397 juta pada tahun 2004. Oleh karenanya, rotan merupakan komoditi utama dalam kelompok HHNK dan dijadikan focus kajian pada saat ini. Banyak persoalan yang melingkupi pengembangan rotan. Issue utama yang saat ini berkembang di kalangan pelaku usaha industri rotan adalah kontroversi direvisinya KepMenperindag 355MPPKep52004 tgl 27 Mei 2004 tentang Pengaturan Ekspor Rotan yang diinterpretasikan sebagai “larangan ekspor rotan” dengan PerMendag 12M-DAGPer62005 tgl 30 Juni 2005 tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang diinterpretasikan sebagai “pemberian ijin untuk ekspor rotan”. Walaupun apabila dianalisis lebih mendalam kedua peraturan tersebut merupakan perbedaan interpretasi untuk aturan main yang sama. Kedua-duanya hanya mengijinkan ekspor rotan asalan dan setengah jadi jenis tamansega dan irit berdiameter 4 sd 16 mm, serta melarang ekspor rotan asalan dari jenis-jenis selain tamansega dan irit. Issue strategis lainnya meliputi issue yang berkenaan dengan pengembangan bahan baku, petani rotan dan industri rotan. Isu-isu strategis di sisi pengembangan bahan baku rotan supply side meliputi antara lain: 1 rotan belum dipandang sebagai komoditas tersendiri oleh Departemen Kehutanan; 2 belum maksimalnya peranan Departemen Kehutanan, 3 belum ada aturan tegas yang mengatur kejelasan tapak untuk pemanfaatan dan pemungutan HHBK; 4 belum mantapnya data kebutuhan dan persediaan rotan; 5 terdapat kesenjangan antara kebutuhan dan pasokan lestari AAC rotan; 6 usaha budidaya rotan belum berkembang; 7 ada upaya-upaya masyarakat yang terkait rotan untuk mengadakan kerjasama pasokan bahan baku, tetapi belum diakomodasi dengan baik oleh pemerintah dan 8 kerjasama antara pelaku industri rotan ASMINDO, petanipengumpul dan pedagang rotan APPRI belum maksimal. Issue-issue strategis di sisi produsen bahan baku rotan petani pengumpul meliputi antara lain: 1 panjangnya rantai perdagangan; 2 petanipengumpul merupakan penerima marjin pemasaran yang paling rendah; 3 endowment petani masih rendah; 4 pada kondisi endowment petanipengumpul rendah maka kebijakan membuka atau menutup keran ekspor tidak akan memperbaiki nasib petanipengumpul; dan 5 usaha budidaya dan pemungutan rotan belum mampu menjadi usaha yang dapat diandalkan untuk menutupi kebutuhan hidup petanipengumpul. Sedangkan issue-issue strategis di sisi industri rotan demand side meliputi antara lain: 1 pasar alternative belum digarap dengan baik; 2 ancaman China sebagai pesaing dinilai sangat tinggi; 3 adanya ketertarikan pengusaha industri rotan untuk mengembangkan usaha budidaya rotan, namun tidak tahu bagaimana cara merealisasikan ketertarikan tersebut; 4 ekspor rotan olahan Indonesia cenderung meningkat; 5 pengaruh kebijakan “membuka keran ekspor” PerMendag 12M-DAGPer 62005 terhadap kinerja ekspor belum dapat dikemukakan; dan 6 industri rotan di Indonesia masih sangat tergantung order dari mitranya di luar negeri.

B. Analisis SWOT