Inventarisasi Data SinkronisasiRekonsiliasi Data

GG PP LL AA NN LL OO B U L ET IN B U L E T IN Halaman 6 Oleh : Iman Santosa Tj. Pendahuluan Sesuai Permenhut No. P.13Menhut-II2005 tanggal 6 Mei 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, tugas pokok dan fungsi Badan Planologi Kehutanan ialah perencanaan makro di bidang kehutanan dan pemantapan kawasan hutan. Selanjutnya berdasarkan Kepmenhut No. SK.456Menhut-VII2004 tentang Lima Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu, pemantapan kawasan hutan telah ditetapkan sebagai salah satu program prioritas Departemen Kehutanan. Salah satu aspek penting untuk menunjang suksesnya program pemantapan kawasan hutan, ialah tersedianya data planologi kehutanan yang dapat diandalkan lengkap, akuratterkini dan konsisten dan terintegrasi. Tulisan ini akan mengulas secara ringkas proses ke arah terintegrasinya basis data planologi kehutanan. Kondisi umum Data Planologi Kehutanan saat ini Data planologi kehutanan, yaitu seluruh data mengenai sumberdaya hutan yang diperlukan untuk menunjang tupoksi Badan Planologi Kehutanan serta hasil-hasil pembangunan planologi kehutanan, saat ini sangat besar, baik volume maupun keragamannya. Namun demikian, walaupun selalu diupayakan untuk melengkapi dan menyempurnakannya, secara umum dapat dikatakan bahwa data planologi kehutanan tersebut masih kurangbelum seluruhnya dapat diandalkan reliable, yang dicirikan antara lain oleh : data yang ada kurang lengkap karena tidak semua data yang diperlukan telah tersedia, data yang ada kurang akurat serta sering tidak konsisten, kurang terjamin keamanannya serta tidak semua data tersebut terdokumentasi dengan baik. sehingga sering sulit diakses. Selain itu data planologi kehutanan belum seluruhnya terintegrasi secara baik dan utuh. Beberapa faktor penyebab Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut di atas antara lain ialah : Data yang diperlukan memang tidak adasangat terbatas mis : potensi dan penyebaran fauna di luar kawasan konservasi, data sering sulit diakses dari sumber data mis : data deliniasi batas provinsikabupatenkota hasil pemekaran, proses pemutakhiran memakan waktu lama mis : peta penunjukan kawasan hutan provinsikabupaten lama maupun baru hasil pemekaran, kurangnya kordinasi antar instansiunit kerja mis : adanya perbedaan data antara Statistik Badan Planologi Kehutanan dan Neraca Sumber Daya HutanNSDH, keterbatasan anggaran dan sumberdaya manusia mis : pengadaan dan penafsiran citra satelit dilakukan setiap 3 tahun, kurang seriusnya pengolahpenyaji data mis : tidak cermatnya data yang disajikan dalam statistik dll. Kondisi data planologi kehutanan yang diharapkan Dalam rangka pemenuhan tugas pokok dan fungsi Badan Planologi Kehutanan dan pelaksanaan program prioritas Departemen Kehutanan, data planologi kehutanan perlu dikelola sedemikian rupa sehingga lebih dapat diandalkan dan dipertanggung-jawabkan. Beberapa ciri datainformasi yang dapat diandalkan antara lain : lengkap, akuratterkini serta konsisten. Selain itu data dapat dengan mudah diakses dan dimutakhirkan, tersedia secara berkelanjutan dan terjamin keamanannya. Data yang dapat dipertanggungjawabkan antara lain dicirikan dengan adanya kejelasan mengenai sumber data, serta metoda pengambilan dan pengolahannya. Basis data dan integrasinya Berdasarkan kondisi data saat ini dan beberapa faktor penyebabnya serta dengan memperhatikan kondisi data yang diharapkan, maka seluruh data planologi kehutanan perlu distruktur sebagai basis data dan kemudian diintegrasikan. Pada pelaksanaan strukturisasi dan integrasi ini, data unit kerja pada tingkat bidang yang menjadi dasar dalam pemrosesan. Hal yang mendasarinya ialah karena unit kerja tingkat bidang merupakan tingkat yang optimal dalam hal cakupan dan kedetailan data. Beberapa tahapan dalam proses integrasi basis data palanologi kehutanan adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi Data

Inventarisasi data adalah kegiatan untuk mendaftarmengidentifikasi seluruh data yang diperlukan untuk pelaksanaan tupoksi maupun datainformasi yang dihasilkan sebagai pelaksanaan tupoksi oleh tiap bidang. Kebutuhan data yang diidentifikasi untuk pelaksanaan tupoksi antara lain mencakup : Nama data, jenis data, frekuensi kebutuhan, ketersediaan, unit kerjainstansi sumber data serta kendala dalam perolehan data. Demikian pula identifikasi data yang dihasilkan sebagai hasil pelaksanaan tupoksi antara lain meliputi : Nama data, jenis data, frekuensi data yang dihasilkan, unit kerjainstansi pengguna data serta kendala dalam menghasilkan data. M EN U J U BASI S DATA PLAN OLOGI K EH U TAN AN YAN G T ERI N T EGRASI Halaman 7 GG PP AA NN LL OO ET IN E T IN

2. SinkronisasiRekonsiliasi Data

Setelah seluruh data terinventarisir, dilakukan sinkronisasi data, yaitu proses penyelarasan data, sehingga tidak terjadi redundansi, duplikasi, gap kesenjangan dan inkonsistensi. Pada tahap ini sekaligus dilakukan : 1 Rekonsiliasi data, yaitu menyepakati suatu nilai data yang akan digunakan bersama secara konsekuen dan konsisten, 2 Pemutakhiran data, sehingga akurasi data dapat ditingkatkan. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam sinkronisasi rekonsiliasi : a. data ialah Istilah Berbagai istilah yang digunakan dalam berbagai dokumen data harus disamakan sehingga ada konsistensi, misalnya istilah HPHHPHTI telah diganti menjadi IUPHHK Hutan AlamHutan Tanaman. b. Dasar dan Tema Perlu adanya kesesuaian antara berbagai data dasar dan tema yang dibuat, misalnya peta tematik kehutanan harus sinkron dengan peta dasar yang ada RBITopographicJOG. Demikian pula sesama peta tematik, misalnya peta Penunjukan Kawasan hutan dengan peta Daerah Aliran Sungai atau dengan peta Kesatuan Pengelolaan HutanKPH dst. c. Format Data Data dalam format digital dan manual harus disinkronkan sehingga nantinya hanya format digital yang akan digunakan d. Jenis Data Jenis data spasial dan numerikatribut, sesama data spasial dan sesama data numerik perlu disinkronkan.. e. Cakupan data Halaman 8 hutan parsial, peta KPH provinsi dengan peta unit KPH dst. f. Waktu : Berbagai data pada waktu atau kurun waktu yang sama perlu disinkronkan. Aspek ini penting untuk keperluan monitoring yang terkait dengan konsistensi data serta pemutakhirannya untuk meningkatkan akurasi data. g. Dokumen Data Berbagai dokumen data yang dikeluarkan oleh Badan Planologi Kehutanan, khususnya Statistik Badan Planologi Kehutanan dan Neraca Sumber Daya Hutan harus betul-betul sinkron, konsisten dan saling melengkapi. Hal ini sangat penting karena kedua dokumen tersebut diterbitkan setiap tahun, sehingga sinkronisasi antar kedua dokumen serta konsistensinya secara time series perlu diperhatikan. h. Program aplikasi Berbagai program aplikasi yang saat ini telah ada maupun yang sedangakan dibuat perlu disinkronkan struktur dan isinya, sehingga saling menunjang dan mudah diintegrasikan nantinya. Data pusat – daerah Data yang ada di pusat dan yang ada di daerah Dinas Kehutanan ProvinsiKabupaten dan UPT Dephut perlu selaluidisinkronkan, secara periodik maupun insidentil. KeluaranOutput antara dari proses ini ialah tersedianya data planologi kehutanan yang lebih dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan.

3. Strukturisasi Data