GG
PP LL
AA NN
LL OO
B U
L ET
IN B
U L
E T
IN
Halaman
22
Memonitor dan mengevaluasi kinerja Forum Bersama dan kemitriaan petani industri rotan.
5. Peningkatan endowment petani, dengan program-program :
Jangka pendek: infrastruktur pedesaan di wilayah prospektif.
para pedagang perantara. Jangka panjang :
Intensifikasi budidaya rotan. Mengupayakan harga rotan di tingkat petani meningkat hingga 4 5 kali lipat dari harga yang berlaku sekarang.
6. Stabilisasi kebijakan, kepastian hukum dan standar biaya pelayanan, dengan program-program:
Jangka pendek: Sosialisasi Permen Perdagangan No 12M-DAGPer62005 berikut argumen-argumen kelestarian dan prospek keterjaminan
pasokan bahan baku dalam jangka panjang. Penguatan kapasitas petugas lapangan kehutanan, bea cukai, kepelabuhanan, kepolisian, dls untuk membedakan jenis-
jenis yang boleh dan dilarang diekspor. Jangka menengah :
Jangka panjang :
7. Fasilitasi pemerintah dan asosiasi untuk peningkatan kemampuan intelejen pemasaran, membangun outlet dan promosi di luar negeri, dengan program-program :
Jangka pendek: mencukupi.
Jangka menengah: Menjamin ketersediaan bahan baku rotan dari sumber lestari dengan jumlah yang mencukupi. Jangka panjang: Pemantapan program-program pengembangan usaha pasokan bahan baku dari sumber yang lestari.
Dari kebijakan-kebijakan yang perlu dikembangkan tersebut di atas, tampaknya pelaksana utama leading sector kebijakan- kebijakan 1 hingga 5 adalah Departemen Kehutanan. Sedangkan untuk pelaksanaan kebijakan-kebijakan 6 dan 7, Departemen
Kehutanan perlu berkoordinasi dengan instansi lain dan dapat berperan sebagai inisiator untuk mendorong percepatannya.
IV. PENUTUP
Selain rotan masih terdapat komoditi-komoditi lain yang tergabung dalam kelompok HHNK seperti bambu, cendana, kemiri, tengkawang, gondorukem, terpentin, kopal, minyak kayu putih dan lain sebagainya. Untuk itu ke depan, analisis sector untuk
komoditi-komoditi tersebut perlu dilakukan dengan arahan pengembangan sebagai berikut: 1.
Untuk komoditi-komoditi gondorukem, terpentin, kopal dan minyak kayu putih yang pelaku utamanya adalah Perum Perhutani, maka pengembangannya diserahkan kepada Perum Perhutani dengan dorongan dari Departemen Kehutanan.
2. Sebaliknya sebagai pelaksanaan fungsi pelayanan public, pemerintah sewajarnya membantu penuh pengembangan produk-
produk HHNK yang dikembangkan oleh rakyat seperti bambu, cendana, kemiri, biji tengkawang dan lainnya. 3.
Rencana pentahapan pengembangannya yang perlu dipertimbangkan diantaranya kajian pengembangan bambu; kajian pengembangan cendana, kemiri dan tengkawang dan kajian pengembangan produk HHNK lainnya, termasuk untuk tanaman
obat dan satwa liar. sebagai berikut:
Perencana Pertama pada Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan - Badan Planologi Kehutanan
GG PP
AA NN
LL OO
ET IN
E T
IN
Halaman
23
Pendahuluan
Biro Perencanaan Departemen Kehutanan telah berusaha keras untuk menyusun rencana kerja kementrian. Perubahan yang nyata mudah dikenali dengan membandingkan struktur dan proses perencanaan tahun-tahun sebelumnya. Namun seperti yang
dikemukakan oleh Kepala Biro dan jajarannya, dirasakan masih ada kendala untuk dapat menyusun rencana secara sempurnanya seperti yang diharapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa ada harapan yang besar untuk mempercepat progress
perencanaan kehutanan.
Dalam pengalaman pribadi maupun pengamatan terhadap kerja rekan-rekan lainnya, langkah-langkah mengkombinasikan antara kebijakan prioritas dengan restra Departemen Kehutanan, menjadi masalah dalam mengintegrasikan fokus-fokus
kegiatan. Hal ini terjadi karena kebijakan prioritas sudah memasuki wilayah yang cenderung detail mikro, sedangkan restra cenderung makro. Sementara dalam struktur kombinasinya kebijakan prioritas memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Sebagai
contoh, hasil kombinasi tersebut menempatkan fokus kegiatan pengamanan kawasan hutan berada di bawah kebijakan prioritas pemberantasan illegal logging. Hal ini menimbulkan intepretasi bahwa pengamanan kawasan hutan dilakukan dalam konteks
pemberantasan illegal logging, sehingga terjadi penyempitan makna. Disamping itu, sumber pengikat yang digunakan yaitu kebijakan prioritas dan fokus kegiatan, yang kedua-duanya merujuk pada aktivitas. Hal ini cukup sulit untuk mencari hubungan
keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, karena aktivitas-aktivitas tersebut dapat berjalan sendiri dan mempunyai prioritas sendiri pula.
Sering ditekankan tentang perlunya masing-masing fokus menegaskan lokasi yang diprioritaskan, namun harapan ini belum dapat diwujudkan dengan baik. Langkah untuk menentukan lokasi sebaiknya dijadikan prioritas, karena kesepakatan tentang
lokasi akan menjadi titik ikat yang lebih baik daripada kebijakan prioritas atau fokus kegiatan. Berikut ini disampaikan pemikiran tentang langkah-langkah untuk mendapatkan lokasi sebagai titik ikat, mengintegrasikan fokus-
fokus kegiatan dalam kebijakan prioritas.
Penentuan Lokasi Dalam rangka menyukseskan setiap kebijakan prioritas, maka ditentukan terlebih dahulu lokasi prioritas yang paling relevan
dengan kebijakan tersebut. Pada lokasi-lokasi prioritas tersebut direncanakan fokus-fokus kegiatan yang paling tepat untuk menjawab persoalan setempat. Untuk menghasilkan lokasi prioritas diperlukan kesepakatan tentang metoda untuk menyusun
prioritas.
1. Kesepakatan tentang metoda penentuan lokasi