14
menurut Nurgiantoro 1995:234, mencakup tata cara kehidupan sosial masyarakat yaitu kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,keyakinan,
pandangan hidup cara berfikikir., status sosial termasuk latar spiritual dll. Latar sosial dapat menggambarkan suasana kedaerahan suasana daerah
tertentu dapat dilihat melalui kehidupan sosial masyarakat, dapat pula melalui penggunaan bahasa daerah atau dialek-dialek tertentu dan nama-
nama tokoh. Pengarang adalah makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-harinya dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam masyarakat.
Dengan demikian mau tidak mau nilai-nilai sosial tersebut akan berpengaruh terhadap penulisan karyanya. Latar sosial merupakan
kepaduan antar unsur tempat dan waktu. Berbagai pengertian latar diatas dapat diambil intinya bahwa pengertian latar adalah waktu dan tempat
terjadinya peristiwa dalam karya sastra yang menjadikan cerita tampak lebih hidup logis serta dapat menggerakkan perasaan dan emosi pembaca.
D. Hubungan Sastra dan Masyarakat
Sastra merupakan mimesis tiruan zaman melalui proses seleksi melalui proses seleksi imajiner. Yang ditiru oleh sastrawanadalah dokumen-
dokumen penting suatu zaman, kejelian sastrawan melalui repilika realitas akan memunculkan daya tarik khusus. Masyarakat yang menjadi obyek jika
tersentuh sastrawan berbakat, karyanya akan simetris dan terjadi homologi dengan realitas Endraswara, 2011b:42. Sastra pada umumnya adalah intuisi
sosial yang memakai medium bahasa. Sastra juga “menyajikan kehidupan”
15
dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Hal ini
menjadikan pendekatan sosiologis sangat penting, menjabarkan pengaruh masyarakat terhadap sastra dan kedudukan sastra dalam masyarakat.
Pembahasan hubungan sastra dan masyarakat biasanya bertolak bahwa sastra dan masyarakat mencerminkan dan mengekpresikan hidup. Hubungan
antara sastra dan masyarakat yang bersifat deskriptif dapat diklasifikasikan sebagai berikut 1 sosiologi pengarang, 2 isi karya sastra yang berkaitan
dengan masalah sosial, dan 3 permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra Budianta, 1990:111. Menurut Damono 1978:24 dari ketiga
hal tersebut telah banyak dilakukan kajian yang tercakup dalam sosiologi sastra, dan dapat disimpulkan bahwa ada dua kecenderungan utama dalam
kajian sosiologi sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses ekonomis belaka. Pendekatan ini
bergerak dari faktor di luar sastra itu sendiri pendekatan ini, teks sastra tidak dianggap utama. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai
bahan pengkajian metode yang digunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian digunakan untuk
memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada di luar sastra. Pendekatan kedua inilah yang digunakan untuk mengkaji latar sosial budaya kelompok
mayarakat yang terscermin dalam novel Sintru Oh Sintru. Pendekatan ini digunakan sebagai jembatan pengkajian melalu latar sosial budaya dengan
kata lain dalam penelitian ini menggunakan suatu pendekatan sosiologi sastra.
16
E. Penelitian Relevan