88
melalui pendidikan formal seperti lulusan pergurun tinggi maupun pekerjaan yang memerlukan keahlian lainnya. Aspek pekerjaan yang dilakukan para tokoh antara
lain: direktur, bagian gudang, bagian pengiriman, sekretaris,bidan, kepala somah, Kepala Dinas Pendidikan,guru, carik desa, notaris, juragan, pelayan, manajer,
sopir, tukang, dokter ahli kandungan, ibu rumah tangga. Para tokoh utama yang mempunuai pekerjaan yang sesuai profesi, baik
pekerjaan formal maupun pekerjaan informal, dapat menunjukkan bahwa para tokohnya secara ekonomi tidak bermasalah dan dianggap mapan oleh masyarakat
Jawa. Dalam alur cerita, pekerjaan, dan tinkat ekonomi para tokoh tidak mengganggu jalannya cerita novel ini.
c. Bahasa
Suryadi mencoba mencoba memapaarkan latar sosial budaya jawa yang dapat dilihat dari segi pilihan kata, istilah-istilah bahasa jawa, tata bahasa krama,
peribahasa dari bahasa jawa, maupun simbolisasi bahasa bahasa kasar, bahasa, halus, bahasa tubuh yang digunakan dalam mewarnai karakter perwatakan tokoh
dalam novel. Dalam memilih kata dalam berbahasa banyak menggunakan arti kiasan
atau unkapan bahasa Jawa. Saat berdialog para tokohnya, Suryadi dengan cermat memilih menggunakan kata bahasa Jawa yang disesuaikan dengan konteks dan
dengan siapa yang diajak bicara. Misalnya tokoh Sintru dalam menggunakan pilihan kata bahasa Jawa yang sangat dendam sesuai konteks yang dialami,
terutama bahasa Jawa yang tidak biasa digunakan kecuali terpakasa. Suryadi juga memilih kata-kata dalam melukiskan para tokoh menggunakan kata yang lugas
89
dalam bahasa Jawa yang disesuaikan dengan konteks dan dengan siapa yang diajak dialog, terutama ketika tokoh sedang bercanda.
Suryadi mencoba memaparkan secara lengkap latar budaya jawa terutama dari sudut bahasa yang dapat dilihat dari segi pilihan kata, tata bahasa krama,
peribahasa atau ungkapan yang digunakan, maupun kata-kata yang lugas yang dianggap tabu diungkapkan oleh umumnya orang Jawa, semuanya digunakan
dalam mewarnai karakter tokoh dalam novelnya.
d. Adat Kebiasaan
Para tokoh utama dalam novel Suryadi dalam perannyamencerminkan kebiasaan umum orang jawa. Adat kebiasaan itu memiliki makna yang sangat
kental dengan budaya jawa terutama dalam mencapai kebahagian dan kesuksesan menjalani hidup atau dalam memecahkan permasalahan hidup sehari-hari.
Aspek adat kebiasaan yang ditampilkan oleh Suryadi seperti kebiasaaan orang jawa akan merasa heran apabila ada kebiasaan yang tidak sewajarnya, sikap orang
jawa dalam memberi pertolongan tidak setengah-setengah, dalam berikhtiat selalu sabar dan hati-hati, dalam berdandan yang tidak semaunya, dalam mengurus anak
yang tanpa pamrih, memahami orang lain dengan berhati-hati berusaha tanpa menyinggung perasaan orang lain, kebiasaan naluri wanita Jawa yang pasrah
kecuali tokoh Sintru, berumah tangga dengan sewajarnya, dalam mencari informasi dengan hati-hati, berfikir logis dalam menghadapi kebiasaan hidup,
mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan tetapi akan emosional apabila berkaitan dengan martabat, memahami kehidupan secara lebih luas dan
mendalam, pemberlakuan peraturan penuh pertimbangan yang mendalam,
90
pernikahan sessuai dengan aturan dan kebiasaan, dan dalam berbusana dalam budaya Jawa.
Suryadi juga menamilkan kebiasaan orang Jawa mempunyai kepasrahan dalam mengarungi hidup yang penuh misteri dan berusaha untuk memenuhi
kewajibannya sebagai manusia yang berciri sosial dan sebisa mungkin melakukan apapun yang dinilai belum lengkap dalam melihat suatu kenyataan hidup.
Kebiasaan orang Jawa juga terlihat dari sifat yang kadang-kadan berputus asa dalam menetapkan segala sesuatu padahal dia masih mengharapkan apa yang
diinginkan. Pada sisi lain berusaha untuk menghapus masalah yang sedang dihadapi tanpa harus banyak perdebatan.
e. Agama