Analisis Framing Berita Bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur Pada Detik.Com

(1)

ANALISIS FRAMING BERITA BISNIS INVESTASI USTADZ

YUSUF MANSUR PADA DETIK.COM

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam ( S.Kom.I)

Oleh

Ramadhan Syaifullah

NIM: 109051000240

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H. / 2014 M.


(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Ramadhaq Sv4ifulllh NIM: 109051000240

JT'RUSA]\[ KOMTJFTIKASI DAI\I PEI\MARAN ISLAM

FAKT]LTAS ILMU DAKWAII DAI\[ ILMU KOMT]I{IKASI UNIVERSITAS ISLAM IYEGERI

SYARIF IIIDAYATULLAH JAKAR'TA

1435 H.l 2014M. Peqnbimbing,


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Slcripsi berjudul ANALISIS URAMING BERITA

BISIilS

NVESTAST USTAIIZ YUSUF MANSUR PADA DEflK.COM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan llmu Komunikasi LIIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Desember 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam.

Jalrarh,05 Januari 2015 Sidang Munaqasyah

Sekretaris Sidang

Anggota, Penguji I

s$a'^rz

Drs. Cecen Castrawiiava. MA NIP. 19570818 199803 I 002

r9761t2920091

Fita Fdfurohmah. l\{.Si NrP. I 9830610 200912 2 001


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

l.

Skripsi

ini

merupakan hasil karya

asli

saya yang diajuk{mn untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1

di

UIN Syarif

hidayatullah Jakarta

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakafia.

3.

Jika dikemudian Hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakafta"


(5)

Ramadhan Syaifullah

Analisis Framing berita Bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur pada Detik.com

Pertumbuhan ekonomi masyarakat di Indonesia bisa dilihat dari pertumbuhan kelas menengah. Masyarakat kelas menengah tidak hanya menghabiskan uangnya pada gaya hidup, namun juga investasi. Nama ustadz Yusuf Mansur belakangan ramai dibicarakan oleh khalayak, lantaran bisnis investasi yang ia lakukan menuai pro-kontra di masyarakat. Kemudian masalah tersebut diangkat di media massa yang salah satunya media online Detik.com.

Dalam pemberitaanya Detik.com menekankan aturan yang dilanggar bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur sehingga menggiring opini khalayak untuk tidak mudah percaya terhadap bisnis investasi Yusuf Mansur ini.

Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana Detik.com membingkai pemberitaan terkait bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur? Bagaimana kecenderungan keberpihakan Detik.com dalam pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial atas realitas yang dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman dimana teori ini mengasumsikan realitas itu ada karena adanya konstruksi secara terus-menerus oleh individu dan dimaknai secara bersama. Setiap pemberitaan di media massa dianggap telah melalui proses konstruksi sebelum ditampilkan kepada masyarakat.

Penelitian ini berlandaskan pada paradigma kontruktivis dengan pendekatan kualitatif. Adapun metodologi yang digunakan adalah analisis framing

model Robert N. Entman. Dengan framing model ini akan terlihat pilihan kata, seleksi isu, dan penonjolan aspek tertentu dari suatu isu yang dikonstruksikan oleh

Detik.com dalam pemberitaan masalah bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur.

Detik.com terlihat cenderung berpihak kepada kepentingan masyarakat. Tujuannya agar masyarakat paham betul mengenai aturan yang dilanggar oleh ustadz Yusuf Mansur terkait bisnis investasinya. Detik.com juga cenderung

mengintervensi ustadz Yusuf Mansur dalam artikel berita yang disajikan pada khalayak

Detik.com dalam membingkai pemberitaan masalah bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur terlihat dengan menggunakan elemen-eleman framing. Seperti bahasa, gambar, judul, dan memberikan penekanan-penekanan pada setiap kalimat yang ditulis dan narasumber yang dianggap kompeten untuk memperkuat pesan yang tertulis dalam berita.

Masalah bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur sejatinya memang kesalahan dari ustadz Yusuf Mansur sendiri. Namun ketenaran nama ustadz Mansur inilah yang menjadi isu penting untuk diangkat oleh media massa termasuk media online Detik.com. dalam berita di media ada istilah bad news is good news. Jadi pemberitaan Bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur merupakan realitas yang dikonstruksikan oleh media massa.

Keywords: Bisnis investasi, Ustadz Yusuf Mansur, Konstruksi Sosial Atas Realitas, Framing dan Detik.com.


(6)

vi

Alhamdulillahirabbil’alami, segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang maha ESA, senatiasa selalu menyempurnakan kenikmatan kepada hamba yang selalu mengharap ridho-Nya. Dengan segala karunia-Nya peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Iringan sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW berserta sahabat dan keluarganya yang telah mengajarkan kita semua tentang akhlak dan budi pekerti yang patut peneliti ikuti dalam kehidupan sehari-hari.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan tanpa bantuan dari pihak lain. Peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil.

Selanjutnya, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Arief Subhan , MA, Wakil Dekan I, Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA.


(7)

vii

2. Bapak Rachmat Baihaky, M.Si dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Fauzun Jamal, Lc selaku Pembimbing Akademik KPI G 2009 yang

selalu mendengarkan keluh kesah kami dan pengarahannya dari semester 1 sampai saat ini.

5. Bapak Muchammad Nasucha, M.Si yang telah memberikan pengarahan pada awal pengajuan proposal skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Para petugas Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas dan memudahkan peneliti dalam meminjamkan buku refrensi. 8. Para petugas Perpusnas, Perpustakaan UI, Budi Luhur, dan Al-Azhar yang

telah memberikan kemudahan penulis dalam mengakses referensi dan menggunakan fasilitas yang ada.

9. Kedua orangtua tercinta, Bapak Itja Sutisna dan Ibu Mariam yang tak pernah lelah dan selalu berusaha mendidik anaknya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Kakak-kakak saya Julianti, Ismaliyah, Isnawati,


(8)

viii

memberikan kecerian, semangat, serta dorongan moril dan materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluarga besar “Sarana Tour” yang selalu memberikan keceriaan dalam mengisi hari-hari peneliti dan telah memberikan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga yang tidak didapatkan dari bangku kuliah.

11.Teman kuliah peneliti seluruh anak KPI angkatan 2009 terutama KPI G 2009 yang telah memberikan banyak pengalaman serta kenangan yang luar biasa. Terutama Herri, Rizal, Faisal, Hakim, Arif, Edi, Agus, Iskandar, Iyung, Putra, Riyanda, Engkong, Surya, Soleh, Tata, Ade, Agne, Aisyah, Dewi, Fitri, Lina, Nida, Nisa, Opi, Puni, Wulan, Wini, dan Yanka. Serta tidak lupa juga peneliti ucapakan terimakasih kepada teman-teman angkatan 2010, 2011 atas dukungan dan semangatnya.

12.Teman KKN REALITA Tugu Utara Cisarua Bogor, yang telah memberikan pengalaman baru dan sangat mengesankan.

13.Keluarga besar PT HIBA UTAMA yang telah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan.

14.Serta semua pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak bisa disebutkan tapi tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman semua, terima kasih banyak ya teman.

Semoga semua bantuan dan do‟anya yang telah diberikan kepada

peneliti akan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Peneliti mohon maaf apabila tanpa sengaja


(9)

ix

melakukan kesalahan dalam penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal’alamin. Wassalam.

Jakarta, 26 September 2014


(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G.Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A.Media Massa ... 12

1. Pengertian Media Massa ... 12

2. Jenis Media Massa ... 12

3. Perbedaan Media Cetak dengan Media Online ... 14

B.Berita ... 16

1. Definisi Berita ... 16

2. Nilai Berita ... 17

3. Kategori Berita ... 19

4. Jenis-jenis Berita ... 20

C.Analisis Framing dan Framing Model Robert N. Entman ... 21

1. Analisis Framing ... 21

2. Framing Robert N. Entman ... 25

3. Efek Framing ... 28

BAB III PROFIL DETIK.COM ... 35

A. Sejarah dan Perkembangan Detik.com ... 35

B. Visi dan Misi ... 39

1. Visi Detik.com ... 39

2. Misi Detik.com ... 39

3. Nilai Detik.com ... 40

C. Struktur Organisasi Detik.com ... 40

D. Alamat Redaksi ...41

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 42

A. Analisis Framing Model Robert N. Entman dalam pemberitaan di Detik.com Periode Juli 2013 ... 42


(11)

xi

B. Temuan Analisis Perangkat Framing Robert N. Entman... 64

C. Interpretasi ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(12)

xii

Tabel 1 Kategori Berita ... 19

Tabel 2 Jenis-jenis Berita ... 20

Tabel 3 Dimensi Besar Framing ... 25

Tabel 4 Konsep Entman ... 26

Tabel 5 Item berita Bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur di Detik.com ... 44

Tabel 6 Framing edisi 18 Juli 2013 “Tak Tahu Bisnis Investasi Yusuf Mansur, OJK: Kami Cuma Dengar Dari Media” ... 45

Tabel 7 Framing edisi 22 Juli 2013 “Yusuf Mansur: Nggak Ada yang Taruh Duit Ketar-ketir, EnteKali!” ... 48

Tabel 8 Framing edisi 22 Juli 2013 “Ini Tanggapan Pemerintah Soal Keuntungan Investasi 8% Yusuf Mansur” ... 51

Tabel 9 Framing edisi 22 Juli 2013 “Apa Saja Aturan yang Dilanggar Bisnis Investasi Yusuf Mansur?” ... 55

Tabel 10 Framing edisi 26 Juli 2013 “Kantor Bisnis Investasi Yusuf Mansur Tetap Beroperasi” ... 59

Tabel 11 Framing edisi 29 Juli 2013 “Ini Nasabah yang Paling Sering Investasi di Yusuf Mansur” ... 61

Tabel 12Define Problem / Pendefinisian Masalah ... 65

Tabel 13 Diagnose Cause / Memperkirakan Penyebab Masalah ... 66

Tabel 14 Make Moral Judgement / Membuat Pilihan Moral ... 67

Tabel 15 Treatment Recommendation / Menekankan penyelesaian ... 68

Tabel 16 Hubungan Konstruksi dengan Framing dalam Pemberitaan Bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur ... 72


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Tampilan Halaman Beranda Detik.com ... 38 Gambar 2: Tampilan Halaman Kanal Detik Finance ... 39


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa seperti media cetak, elektronik, dan yang sekarang ini sangat diminati ialah media online. Mengapa? Karena pada saat ini mengakses informasi melalui media online sangatlah mudah dan cepat. Setiap media massa memiliki ideologinya masing-masing, dan setiap ideologi itu terbangun dari penguasa media atau owner. Setiap pemberitaan di media massa yang disiarkan biasanya sangat dipengaruhi oleh latar belakang politik, ekonomi, agama, dan kepentingan perusahaan media tersebut.

Efek media massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif dan serba instan. Soejono

Soekamto dalam bukunya “Sosiologi Pengantar”, menyatakan bahwa perubahan

-perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya berkat adanya komunikasi yang modern.1

Peran media massa dalam membingkai kasus bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur pada bulan Juli 2013 lalu menjadi kuat. Berbagai media, baik cetak maupun elektronik ataupun media-media online banyak menyoroti kasus ini ke hadapan publik. Sehingga kasus ini pun kerap menjadi headline di berbagai media massa dan menjadikan opini tersendiri di benak publik yang membacanya.2

1

Soejono Soekamto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987), h. 30.

2


(15)

Kasus ini menjadi pemberitaan manakala menuai polemik di masyarakat tentang bisnis investasi yang di gagas Ustadz Yusuf Mansur ini. Berawal dari ucapan Ustadz Yusuf di salah satu media sosial.

“Daripada ngomong doang ayo bismillah patungan yuk. Ini nomor

rekeningnya. Yang percaya sama saya, taruh Rp 1 juta.”3

Menurutnya, banyak sumber daya alam Indonesia, dan peluang-peluang bisnis di Indonesia justru dinikmati bukan oleh rakyat. Ia lantas melempar solusi ekonomi berjemaah untuk membeli ulang aset Indonesia agar tidak dikuasai kapitalis. Ia yakin bila umat Islam bersatu dengan patungan uang, maka perusahaan vital seperti telekomunikasi, perbankan, asuransi dan maskapai penerbangan bisa dikuasai kembali, dengan bermodalkan dana patungan yang didapat dari jemaahnya yang mencapai miliaran rupiah itu, patungan usahanya tersebut berubah menjadi bisnis investasi yang menggiurkan, karena menjanjikan keuntungan yang cukup besar, dengan uang Rp 12 juta, investor bisa bergabung dengan bisnis investasi pembangunan hotel apartemen haji dan umroh senilai Rp 150 miliar. Besaran imbal hasil yang dijanjikan sebesar 8 persen setiap tahun. Selain itu, peserta akan mendapatkan pengembalian dana investasi (cash back) setelah 10 tahun padahal bisnis investasinya belum berizin. Seharusnya jika seseorang memulai bisnis, hal pertama yang ia harus pikirkan terlebih dahulu ialah mengurus izin terkait bisnisnya, dan umumnya di Indonesia berlaku demikian.

Hal inilah yang menarik media untuk memberitakan isu seputar bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur, banyak pendapat yang ditampilkan dari berbagai media, kemudian terus-menerus dibahas dengan menampilkan fakta-fakta dan

3


(16)

melalui referensi yang dapat dipercayai oleh masyarakat, sehingga pembahasan tersebut mampu menggiring opini baru terhadap masyarakat yang membacanya di media tersebut, kemudian media juga mampu memancing pro dan kontra atas kasus yang diangkatnya dengan siasat cerminan informasi yang apa adanya. Oleh karena itu jelaslah, setiap masyarakat yang menganggap penting dan cenderung mengikuti pemberitaan yang ditayangkan media tersebut, maka telah tergiring opininya dan telah terkontruksi oleh kontstruksi realitas media itu.

Pengamat Keuangan Yanur Rizki misalnya, keberatan atas praktik bisnis yang dilakukan oleh Ustadz Yusuf Mansur karena sangatlah berisiko bagi masyarakat. Menurutnya dalam bisnis tersebut tidak ada lembaga yang mengawasi termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sekalipun, dengan begitu, masyarakat tidak memperoleh perlindungan dalam berinvestasi dan bisnis tidak bisa mengandalkan integritas (pribadi) semata. Harus ada perlindungan yang dibuat dalam regulasi ketat, jangan sampai kasus Koperasi Langit Biru maupun Gerai emas Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) tidak kembali terulang. "Karena masyarakat kita berpikirnya sederhana. Tanam sekarang, kemudian panen," ujarnya.4

Melihat dari segi Syariah Islam, meskipun digagas oleh seorang berpredikat Ustadz namun tausiah beliau banyak tentang sedekah, bukan pakar ekonomi syariah. Menurut Dr. Syafii Antonio (pakar ekonomi syariah), ada pelanggaran syariah mendasar jika bagi hasilnya fix 8% karena tendensinya jadi riba, dan bila rekening bank yang di pakai untuk mengumpulkan dana adalah bank konvensional ( Mandiri dan BCA ), terus bunganya mau diapakan?5

4

http://plasadana.com/detail.php?id=5009, diakses pada 2 oktober 2013

5


(17)

Berbeda dengan apa yang disampaikan politikus PAN Viva Yoga, menurutnya bisnis investasi tersebut cukup baik bagi masyarakat, ia tidak yakin Ustadz Yusuf Mansur melakukan bisnis investasi yang berdampak merugikan rakyat. Beliau juga menjelaskan Yusuf Mansur seorang ustadz yang selalu berdakwah dengan kedamaian dan kebaikan. Sehingga dia tak yakin bisnis yang dilakoninya akan merugikan seluruh umatnya.6

Proses konstruksi realitas yang dilakukan oleh media merupakan usaha

“menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa atau keadaan. Realitas tersebut

tidak serta merta melahirkan berita, melainkan melalui proses interaksi antara penulis berita, atau wartawan, dengan fakta.

Pro dan kontra yang muncul terkait bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur di manfaatkan oleh media massa yang mengangkat kasus ini sebagai headline,

salah satunya adalah Detik.com. Trans media khususnya Detik.com dikenal oleh masyarakat sebagai media massa yang berbasis online dan beritanya selalu

update, terlebih jika ada kasus yang bersangkutan dengan kepentingan orang banyak. Namun bagaimana Detik.com memandang kasus ini jika terkait pada kepentingan masyarakat Indonesia, agar perekonomian masyarakat Indonesia bisa jauh lebih baik lagi.

Peneliti anggap penelitian ini penting karena banyak kasus tentang penipuan investasi ilegal yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Maka disinilah peran media khususnya Detik.com bagaimana mengkonstruksi pemberitaan tentang bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur agar masyarakat mengetahui letak kesalahan maupun perbedaan antara bisnis investasi

6


(18)

yang dilakukan Ustadz Yusuf Mansur dengan jenis bisnis investasi lain dan untuk mengetahui ideologi serta kencenderungan keberpihakan Detik.com atas kasus tersebut, agar mengetahui ideologi serta kecenderungan keberpihakan dari media tersebut dilakukanlah analisis. Menggunakan analisis framing model Robert N. Entman yang membaginya ke dalam empat konsep yaitu Define Problems

(Pendefinisian Masalah), Diagnose Causes (Sumber Masalah), Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral), Treatment Recommendation (Penekanan Penyelesaian / Solusi). Maka, akan diketahui seperti apa kencenderungan keberpihakan Detik.com atas kasus ini dan bagaimana Detik.com mengemasnya.

Berdasarkan permasalahan di atas maka saya sebagai peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tersebut dan mengangkatnya ke dalam skripsi dengan judul “Analisis Framing berita Bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur pada Detik.com.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini tidak terlalu luas dan melebar, maka dibuat batasan. Ruang lingkup dibatasi hanya pada analisis tekstual (message) seputar pemberitaan kasus patungan usaha Ustadz Yusuf Mansur di

Detik.com periode Juli 2013.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas maka masalah yang akan dibahas antara lain :


(19)

1. Bagaimana Detik.com membingkai pemberitaan terkait bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur?

2. Bagaimana kecenderungan keberpihakan Detik.com dalam pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur dilihat dari pembingkaian berita yang ditampilkannya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian Detik.com terkait bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur. 2. Untuk mengetahui kecenderungan keberpihakan Detik.com dalam

pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur dilihat dari pembingkaian berita mereka tampilkan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset terutama dibidang komunikasi massa dengan fokus pada tehnik analisis

framing.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian serupa. Selain itu juga memberi informasi tentang mengenai konstruksi media terhadap suatu kasus, khususnya kasus bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur dan pemberitaan tentang bisnis investasi atau patungan usaha sejenis, sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi


(20)

berbagai pihak yang terkait dengan patungan usaha atau pun jenis investasi lainnya.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalan penelitian ini adalah analisis

framing model Robert N. Entman dengan paradigma penelitian konstruktivis sedangkan pendekatan penelitiannya adalah kualitatif.

Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat.7 Pendekatan kualitatif ini juga bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bersifat umum yang diperolah setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.8 Penelitian ini lebih menekankan pada kualitas data bukan kuantitas data.9

Teknik sampling dalam penelitian kualitatif sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor kontekstual. Maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (constructions), dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasinya. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.. 6

8

Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 215.

9

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 58.


(21)

yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul, maka pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).10

Purposive Sample atau purposive sampling merupakan sampel bertujuan, artinya sampel diambil atas dasar kriteria khusus atau tertentu yang ada pada peneliti. Purposive sampling dapat dihubungkan ke dalam analisis framing yang sama-sama memiliki pandangan konstruksionis. Sehingga purposive sampling

digunakan untuk mengambil sampel berita yang akan diteliti dan dibandingkan nantinya. Pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan seluruh berita dari Detik.com berkaitan dengan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur dan diambilah sampel penelitian sejumlah 6 berita edisi Juli 2013 dari media tersebut.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Detik.com sedangkan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah seputar berita terkait dengan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Detik.com yang beralamat di Aldevco Octagon Building - Lantai 2 Jl. Warung Buncit Raya No.75 Jakarta Selatan 12740 Telp: (021) 794.1177 (Hunting) Fax: (021) 794.4472 Web. http://Detik.com Email: redaksi[at].detik.com

10


(22)

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pendukung ataupun pembanding.

1. Data Primer (Primary-Sources), ialah data tekstual yang diperoleh dari pemberitaan di Detik.com. Penulis memilih berita yang hanya menyangkut seputar bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur.

2. Data Sekunder (Secondary-Sources), yaitu data-data pendukung lainya yang diperoleh tidak secara langsung. Data skunder bisa berupa dokumen, arsip, maupun laporan-laporan tertentu yang didapat oleh peneliti dari berbagai sumber.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara. Dalam riset kualitatif disebut dengan wawancara mendalam atau wawancara intensif dan kebanyakan tak berstrukstur.11 Tujuannya mendapatkan data yang mendalam, dengan mewawancarai redaktur Detik Finance, pihak Ustadz Yusuf Mansur dan Khalayak.

6. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis framing. Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Data yang ada dikumpulkan, kemudian diolah menggunakan analisis framing dengan merujuk pada model atau kerangka Robert

11


(23)

N. Entman, sehingga akan terlihat bagaimana Detik.com mengemas berita tentang seputar pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis framing, peneliti juga melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada beberapa tulisan yang berbicara mengenai analisis framing dan menjadi acuan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Skripsi karya Emmi Sehermi, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, dengan

judul “Analisis Framing Pemberitaan Syekh Puji pada situs kompas.com

dan republika.co.id”.

2. Skripsi karya Suci Rohmayni, Mahasiswi Konsentrasi Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang berjudul “Analisis Framing Konflik Muslim

Rohingya Pada Harian Republika”

Perbandingan skripsi-skripsi di atas dengan skripsi yang penulis susun, ialah terletak pada berita yang diteliti serta analisis yang digunakan dan pembeda antara penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah peneliti menganalisis seputar berita bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur sebagai objek penelitian dan media yang digunakan peneliti adalah media online Detik.com. Peneliti menggunakan analisis framing model Robert N. Entman yang membagi analisisnya terhadap empat elemen, yaitu pendefinisian masalah, sumber masalah, membuat pilihan moral dan menekankan penyelesaian. Terdapat perbedaan yang jauh meskipun judul penelitian bermakna serupa dan penelitian ini terkait dengan masalah ekonomi.


(24)

G. Sistematika Penulisan

Bab I membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II ini akan membahas teori konstruksi sosial, selain itu pada bab ini juga membahas mengenai berita, media massa, analisis framing dan konsep framing model Robert N. Entman.

Bab III membahas mengenai sejarah Detik.com, visi dan misi media tersebut serta struktur organisasi Detik.com.

Bab IV ini menjelaskan berita mengenai bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur yang dibahas dan ditampilkan di Detik.com, dengan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman.

Bab V membahas kesimpulan dan saran, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan penulisan dan saran dari peneliti, sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah.


(25)

12

LANDASAN TEORI

A. Media Massa

1. Pengertian Media Massa

“Media berasal dari kata Latin “medium” (tunggal) “media” (jamak) yang

secara harfiah berarti pertengahan, tengah, pusat. Cetak dalam arti harfiah bahasa Indonesia ialah cap, acuan, dalam bahasa Inggris, cetak yang berkaitan dengan produksi media cetak ialah press.”12

Manusia membutuhkan komunikasi sebagai jembatan yang mampu mencegah dan menghilangkan konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa dan antar ras, serta membina persatuan dan kesatuan umat manusia13. Salah satu fungsi penting dalam komunikasi bagi masyarakat yaitu, kebutuhan untuk mendapatkan informasi. Fungsi memberikan informasi diartikan bahwa media massa menyebarkan informasi kepada khalayak. Khalayak selalu haus akan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Semakin berkembangnya teknologi saat ini pun, telah memberikan kontribusi besar dalam penyebaran informasi. Komunikasi media massa semakin canggih dan kompleks serta memiliki kekuatan yang lebih dari masa ke masa14.

2. Jenis Media Massa

Pada masa sekarang ini kebutuhan akan informasi cukuplah tinggi, oleh karena itu berbagai macam media juga mengembangkan sayap bisnisnya. Kita

12

Masri Sareba Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, (Graha Ilmu, 2007), h. 4.

13

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), h. 27.

14

Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 3.


(26)

dapat melihat pada era saat ini, media dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu media cetak, elektronik dan media online.

a. Media Cetak

Media cetak merupakan media tertua di dunia yang pertama kali hadir dalam dunia media massa. Pada perkembangan sejarahnya media cetak berasal dari media yang disebut dengan Acta diurnal dan Acta senates di kerajaan Romawi kemudian mengalami era perkembangan awal yang lebih modern pada masa Johannes Guttenberg yang menemukan mesin cetak, hingga media massa berkembang pesat dan beragam jenisnya seperti yang kita kenal saat ini.

b. Media Elektronik

Seiring perkembangan teknologi dan ditemukannya alat-alat elektronik seperti televisi dan radio, sarana teknologi tersebut dimanfaatkan oleh para konseptor media massa untuk menyebarkan informasi pada kedua media tersebut. Dimulai dari informasi yang disampaikan melalui audio dengan bantuan perangkat radio, kemudian berkembang menjadi audio visual berupa pembacaan naskah berita oleh pembawa berita (News Anchor) pada televisi.

c. Media Online

Dengan ditemukannya teknologi internet dengan layanan awal situs world wide web (www) media informasi juga merambah pada media internet. Media online menurut para ahli merupakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi yang disalurkan melalui media dengan teknologi elektronik, dan komunikasinya bersifat personal karena dapat diakses dengan cepat oleh masing-masing individu kapanpun dan dimanapun dengan syarat adanya sarana teknologi yang mendukung individu tersebut untuk mengakses internet.


(27)

14

3. Perbedaan Media Cetak dengan Media Online

Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda cetakan, dalam sejarahnya, jurnalistik media cetak adalah bentuk jurnalistik pertama sebelum munculnya radio, televisi dan internet. Dilihat dari Format atau ukurannya media massa cetak terbagi menjadi berbagai segi. Pertama, format

broadsheet, yakni media cetak berukuran surat kabar umum. Kedua, format tabloid, yakni media yang ukurannya setengah dari format broadsheet. Ketiga,

format majalah, yakni setengah ukuran dari tabloid. Keempat, format buku, yakni ukuran setengah halaman majalah.15

Kini media massa tradisional seperti koran, majalah, radio, bahkan televisi perlahan-lahan mulai bersaing dengan internet, penyebaran iklan yang dapat menjangkau potential buyer dari berbagai belahan dunia, pertukaran informasi serta data yang bisa lebih cepat dibandingkan jasa pos. Perkembangan program seperti email, IRC, bulletin boards, wide web itu sendiri pada dasarnya adalah pembuktian bahwa teknologi dunia baru cum media komunikasi itu semakin berkembang.16

Peranan teknologi komunikasi dalam hal ini internet, sangatlah besar dalam mendukung setiap proses penyelenggaraan media online. Besarnya pengaruh teknologi Internet dalam penyelenggaraan media online ditunjukkan lewat pengeksplorasian setiap karakter yang dimiliki internet yang kemudian diadopsi oleh media online.

15

Zaenudin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor & Para Mahasiswa Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 3.

16

Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Sibe, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 52.


(28)

Pesatnya penggunaan internet berpengaruh secara meluas tidak hanya pada bidang teknologi, tetapi juga pada aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya, termasuk media massa. Dengan adanya internet, terjadi pemekaran (konvergensi) dari jenis-jenis media yang sudah ada sebelumnya. Perkembangan teknologi media yang cepat dengan kemampuan konvergensinya, secara perlahan tapi pasti akan berdampak pada system kerja media massa, terutama praktik jurnalistik. Meskipun prinsip-prinsip yang berkaitan dengan etika dasar tetap dipertahankan sesuai nilai universal jurnalisme: akurat, objektif, fair, seimbang, dan tidak memihak, namun dalam praktiknya, kehadiran jurnalisme online yang difasilitasi internet sedikit banyak mereduksi teknik-teknik jurnalisme tradisional yang selama ini berlaku.

Rafaeli dan Newhagen mengidentifikasi lima perbedaan utama yang ada diantara jurnalisme online dan media massa tradisional: 1) Kemampuan internet untuk mengombinasikan sejumlah media, 2) Kurangnya tirani penulis atas pembaca, 3) Tidak seorang pun dapat mengendalikan perhatian khalayak, 4) Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung, dan 5) Kecepatannya secara keseluruhan.17

Peneliti melihat serta mengamati dari perbandingan media massa diatas bahwa berita terkait bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur lebih banyak di media-media online dan perkembangannya sangat cepat, hitungannya hanya beberapa jam. Berbeda jika dicermati dari media massa tradisioanal yang perkembangan beritanya dari hari ke hari.

17

Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 137.


(29)

16

B. Berita

1. Definisi Berita

Istilah / kata berita berasal dari bahasa Sansekerta, yakni vrit yang kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi write, arti sebenarnya ialah “ada”

atau “terjadi”. Sebagian ada yang menyebutnya vritta, artinya “kejadian” atau

“yang telah terjadi”. Vritta masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi “berita”

atau “warta”18

. Secara etimologis berita dalam bahasa inggris, berita (news)

berasal dari kata new (baru). Jadi berita adalah peristiwa-peristiwa atau hal yang baru dikalangan wartawan ada yang mengartikan news sebagai singkatan dari:

nort (utara), east (timur), west (barat), dan south (selatan). Mereka mengartikan berita sebagai laporan dari keempat penjuru anin tersebut, laporan dari mana-mana, dari berbagai tempat di dunia.19 Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini), mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa).20

Definisi dari berita itu sendiri ialah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat, kabar, laporan, pemberitahuan pengumuman.21 Didalam buku Here the News yang dihimpun oleh Paul Meseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang baru, penting dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya

18

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,

2004), h. 46.

19

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, h. 130.

20

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: LPJA Press Jakarta,

2006), h. 39.

21


(30)

serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka.22 Sedangkan Denis Mc Quail menyebutkan karakteristik umum berita yang disusun dengan beberapa istilah

yang menguraikan berita: „layak dijual‟, „dangkal‟, „sederhana‟, „objektif‟,

„berorientasi tindakan‟, „menarik‟ (cukup beda), bergaya, bijaksana.23

William S. Maulsby dalam Getting the News menegaskan, berita bisa didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut dalam definisi jurnalistik, dikatakan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interst seperti humor, emosi dan ketegangan.24

2. Nilai Berita

Ada beberapa karakteristik intrinsik yang dikenal sebagai nilai berita

(news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna atau yang biasa diterapkan untuk menentukan khalayak berita (news worthy).25 Adapun nilai berita tersebut antara lain:26

a. Immediacy, atau kerap diistilahkan dengan timelines, artinya terkait dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan. Sebuah berita sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi.

22

Helena Olii, Berita & Informasi: Jurnalistik Radio, (Jakarta: PT INDEKS, 2007), h. 25.

23

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Cet ke-4, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 191.

24

Haris Sumardiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, (Bandung: PT Remaja Rosdakaraya, 2006), h. 64-65.

25

Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Cet ke-3, (Jakarta: Kompas, 2007), h. 53.

26


(31)

18

b. Proximity, ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam keseharian hidup mereka. Orang-orang akan tertarik dengan berita yang menyangkut kehidupan mereka.

c. Consequence, berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi.

d. Conflict, peristiwa perang demonstrasi atau krimnal merupakan contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.

e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan diperhatikan segera oleh masyarakat.

f. Sex, seks kerap menjadi elemen utama dari sebah pemberitaan, tapi sering pula seks menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis dan kriminal.

g. Emotion, elemen emotion ini kadang dinamakan elemen huuman interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan, kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagian, atau humor. h. Frominence, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names

make news”, nama membuat berita. Unsur keterkenalan selalu menjadi incaran pembuat berita.

i. Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kisah berita yang menyampaikan fakta tetap merupakan hal yang penting. Kejelasan fakta dituntut masarakat.

j. Progress, elemen ini merupakan elemen “perkembangan” peristiwa yang


(32)

Jika dilihat dari cakupan isinya berita itu terbagi pada berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kejahatan, olahraga, militer, laporan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Berita juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya, seperti berita langsung (spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature.27

Peneliti melihat, bahwa nilai berita yang terkait dengan pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur ini termasuk kedalam nilai berita frominance yaitu unsur yang menjadi dasar dari berita ini adalah nama dari Ustadz Yusuf sendiri yang menjadi publik figur, sehingga banyak media yang mengangkat kasus ini ke hadapan publik.

3. Kategori Berita

Selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi berita adalah apa yang disebut kategori berita. Ada lima yang mejadi kategori berita, yaitu:

Tabel 1 Kategori Berita28

Hard news Adalah berita yang terjadi saat itu. Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari kategori berita ini adalah kecepatan dalam pemberitaanya.

Soft news Adalah berita yang termasuk kedalam kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah manusiawi (human interst). Berita jenis ini tidak dibatasi oleh waktu. Ia bisa diberitakan kapan saja.

Spot news Adalah subklasifikasi dari berita yang berkategori hard news, dalam spot news peristiwa yang diliput tidak direncanakan. Peristiwa kebakaran, pembunuhan, gempa bumi adalah jenis-jenis peristiwa yang tidak bisa diprediksikan.

Develoving news Adalah subklasifikasi dari hard news yang umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga atau tidak

27

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 55.

28


(33)

20

direncanakan seperti spot news. Tetapi dalam develoving news dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian berita yang akan diteruskan keesokan atau dalam berita selanjutnya

Continuing news Adalah subklasifikasi lain dari hard news. Continuing news

peristiwa atau kejadian dapat diprediksi dan direncanakan.

Dari kategori berita yang sudah dijelaskan, berita mengenai bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur masuk kedalam kategori Soft news, dikarenakan isu utama yang diangkat berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Serta berita ini berkembang dari bulan Juli sampai September 2013.

4. Jenis-jenis Berita

Terdapat lima jenis berita, yaitu Straight News, Deep News, Investigation News, Interpretative News, dan Opinion News. Dari kelima jenis berita tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2 Jenis-jenis Berita29

Straight News Berita yang langsung pada sasaran secara singkat dan lugas, diberitakan tanpa mencampurkan opini penulis, disiarkan secara cepat dan biasanya menjadi berita utama.

Deep News Berita mendalam, dikembangkan dengan hal-hal yang ada dibawah suatu permukaan.

Investigation News Berita yang dihasilkan melalui proses penyelidikan atau investigasi dan biasanya diangkat dari kasus penting yang diketahui oleh masyarakat luas, serta berdasarkan penelitian dari berbagai sumber.

Interpretative News Berita yang dikembangkan dari pendapat wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.

Opinion News Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat pakar cendikiawan mengenai suatu hal.

29

Asep Syamsul Ramli, Jurnalistik Untuk Pemula, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 23


(34)

Disimpulkan dari penjelasan mengenai jenis-jenis berita, pemberitaan tentang bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur masuk kedalam jenis berita

Investigation News, dilihat dari awal pemberitaan oleh media cetak, elektronik maupun online berita ini berkembang dari hari ke hari, juga disisipi dengan proses penyelidikan atau investigasi yang mendalam yang di sampaikan oleh para pakar yang berkompeten di bidang bisnis maupun investasi. Sehingga masyarakat menganggap kasus ini penting untuk diikuti perkembangannya, terutama bagi mereka yang ikut dalam bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur.

C. Analisis Framing dan Framing Model Robert N. Entman 1. Analisis Framing

Framing atau bingkai berfungsi untuk menjaga pandangan seseorang terhadap suatu gambar yang ada. Tuchman dalam salah satu bukunya “Making

News” menganalogikan framing sebagai jendela.30 Apa yang ada di luar jendela terlihat dari bagaimana jendela yang dipakai untuk melihatnya. Jendela yang luas, misalnya, akan memungkinkan melihat tidak hanya halaman rumah saja, tapi juga rumah-rumah lain atau pemandangan lain yang bisa lebih luas jangkauannya. Berbeda apabila menggunakan jendela berukuran kecil yang pada akhirnya sangat membatasi apa yang bisa dilihat.

Konsep framing dalam studi media banyak berasal dari lapangan psikologi dan sosiologi.31 Pada dimensi psikologi, framing dilihat dari pengaruh kognisi seseorang yang membentuk skema tentang diri. Skema lahir dari proses pengetahuan dan pengalaman seseorang. Selain itu, lingkungan sosial juga ikut

30

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,h. 4.

31


(35)

22

memengaruhi kehadiran skema. Skema merupakan aktivitas kognitif seseorang dalam melihat dunia sosialnya dengan perspektif tertentu.

Secara psikologis, individu akan cenderung melihat realitas yang kompleks dengan perspektif pribadi.32 Kecenderungan ini yang membuat perspektif tentang suatu realitas antar individu berbeda. Setiap individu mempunyai perspektif masing-masing yang tidak sama sesuai dengan aktivitas kognisinya.

Skema digunakan untuk menyederhanakan realitas-realitas kompleks yang ditangkap individu tersebut. Penyederhanaan tersebut dilakukan agar pikiran kita mudah mengerti dan memahami suatu realitas. Skema ini pula bergantung pada pengetahuan dan pengalaman yang dialami individu. Pembentukan makna akan sesuatu bagi anak-anak pastinya berbeda dengan yang sudah dewasa. Oleh karenanya, framing dilihat sebagai perspektif yang membatasi pandangan individu terhadap suatu realitas tersebut, dengan skema maka sesorang akan mampu untuk membedakan satu hal dan yang lainnya berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi ini merupakan perspektif yang dibuat seseorang untuk memberikan ciri-ciri khusus agar mudah diingat dan membedakannya dengan hal serupa namun tak sama maknanya.

Selain itu, skema juga membuat kita menjeneralisir suatu hal. Kalau klasifikasi berhubungan dengan bagaimana satu peristiwa atau orang dibedakan dengan cirri-cirinya, generalisasi berhubungan dengan bagaimana satu orang yang mempunyai ciri dan sifat yang berdekatan digeneralisasikan dengan melekatkan pada ciri-ciri yang sama. Tidak hanya menyederhanakan realitas,

32


(36)

mengklasifikasikan, dan mengeneralisir saja, namun skema juga bisa mengasosiasikan peristiwa satu dan yang lainnya. Hal ini yang menyebabkan sesuatu yang sering dihubung-hubungkan dengan hal lain sehingga memunculkan perspektif yang kadang bias.

Sedangkan dalam dimensi sosiologis, konsep framing banyak berasal dari Alfred Schutz, Erwin Goffman, dan juga Peter Berger.33 Gagasan Schutz tentang manusia sebagai aktor kreatif dalam pemberian makna diartikan bahwa teks berita di media massa awalnya hanya berupa teks biasa tanpa makna, namun, kita sendiri sebagai pembaca yang memberikan makna tersebut.34 Hal itu pula yang terjadi pada proses peliputan dan penulisan berita oleh wartawan dan pihak redaksi. Peristiwa yang mereka lihat adalah mereka sendiri yang memaknainya.

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 dalam Sudibyo, yang menjelaskan bahwa mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.35 Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepentingan-kepentingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas oleh media.

Goffman menjelaskan bahwa strips adalah urutan aktivitas sesorang dengan framing sebagai pola dasar yang mendefinisikan strips.36 Mengambil alat

33

Ibid, h. 79.

34

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada,2003), h. 299.

35

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 161.

36


(37)

24

makan, mengambil makanan, kemudian memakannya merupakan strips yang diorganisasikan menjadi satu pola bernama aktifitas makan yang merupakan

frame. Begitu pula dalam konteks berita. Peristiwa yang ada diruntun dengan bahasa dan simol yang sedemikian rupa oleh wartawan yang disebut strips lalu menjadi satu berita utuh yang merupakan frame.

Sebagai suatu metode analisis wacana, framing bertugas menemukan perspektif media dalam wacananya. Perspektif media inilah yang digunakan untuk mengkonstruksi suatu peristiwa. Perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.37

Lewat framing, maka wacana itu bisa dilihat lebih dalam tentang bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami. Proses framing (pembingkaian pesan), merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, tetapi dibelokkan secara halus.38 Framing dipandang sebagai sebuah strategi penyusunan realitas sedemikian rupa, sehingga dihasilkan sebuah wacana (discourse) yang di dalam media massa wacana ini paling banyak mengambil bentuk dalam wujud berita. Seperti halnya teori semiotika yang bisa dipakai sebagai wacana teori semiotika, teori framing juga bisa dipakai sebagai salah satu metode untuk memahami

“information strategy” dari strategi penyusunan realitas, maka analaisis framing berfungsi untuk membongkar muatan wacana.39

37

Bimo Nugroho, Eriyanto, Franz Sudiarsis, Politik Media Mengemas Berita, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999), h. 21.

38

Hotman Siahaan, Pers yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur

(Lembaga Studi Perubahan Sosial, 2001), h. 9.

39

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Cet. Ke-1, (Granit. Jakarta:2004), h. 21-22.


(38)

Realitas dan peristiwa itu begitu kompleks dan acak, ia harus diidentifikasi (diberi nama, diidentifikasi, dan dihubungkan dengan peristiwa lain yang diketahui oleh khalayak) dan ditempatkan dalam konteks sosial tertentu di mana khalayak tersebut berada (sering kali itu dilakukan dengan menempatkan peristiwa dalam kerangka acuan yang familiar dari khalayak).40 Maka dari itu, efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks dan tidak beraturan dibuat sederhana dan beraturan. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak. Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya, dan diingat dalam benak mereka.

2. Framing Model Robert N. Entman

Robert N.Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.

Tabel 3

Dimensi Besar Framing41

Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan

fakta dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan?

Proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan

40

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media,h, 119.

41


(39)

26

(included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memiliki aspek tertentu dari suatu isu. Penonjolan aspek tertentu dari isu Aspek ini berhubungan dengan penulisan

fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis?

Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing konsepsi Entman pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Framing Entman terdiri dari empat konsep yaitu:

Tabel 4 Konsep Entman42

Define Problems

(pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa dilihat, sebagai apa, atau sebagai masalah apa.

Diagnose Causes

(memperkirakan penyebab masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa, apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah, siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah.

Make Moral Judgement

(membuat pilihan Moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah, nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendeligimtimasi suatu tindakan.

Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu,

42


(40)

jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah.

Defineproblems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Masalah yang dipahami secara berbeda, maka penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Elemen framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu


(41)

28

tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.43

3. Efek Framing

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa sangat jauh berbeda pada media yang satu dengan yang lainnya, realitas begitu kompleks, penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita dan menjadi realitas satu dimensi.

Entman memandang bahwa wacana merupakan arena pertarungan simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pokok persoalan wacana. Masing-masing pihak saling menonjolkan perspektif dan argumennya agar diterima khalayak. Setiap pihak juga menggunakan simbol, retorika, dan bahasa-bahasa tertentu dengan konotasi tertentu. Konsep framing dapat dibedakan menjadi dua44:

a. Frame Media (Media Framing)

Menurut Robert N, Entman “frame” berarti memilih beberapa aspek dari

realitas yang tersepsikan dan membuatnya lebih penting dalam suatu pengkomunikasian teks, sedemikian rupa untuk mempromosikan definisi tertentu tentang suatu persoalan, interpretasi, penilaian moral, dan atau pemberian saran. Selain itu juga terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi frame media, misalnya dari organisasi medianya, ideologi dan individu wartawan.45

Organisasi media mempengaruhi pemberitaan, hal ini berhubungan dengan pengelola media dan struktur organisasi yang terdapat didalam media itu sendiri

43

Ibid, h. 225-227.

44

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta : LKiS, 2007). h. 186.

45


(42)

dan wartawan bukanlah orang tunggal di balik suatu pemberitaan. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Misalnya pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur selain sebagai berita tentunya redaksi lain atau bagian lain dalam organisasi Detik.com juga ambil bagian yang terkait dengan kasus ini, mungkin ada salah satu individu yang tidak suka dengan sosok ustadz Yusuf Mansur, sehingga pemberitaan yang di tampilkan kepada khalak menjadi tidak berimbang. Maka hal ini tidak dapat dipisahkan dari frame suatu media.

Ideologi media massa menghasilkan wacana media massa berupa konstruk kultural, termasuk berita online. Ideologi media dapat tercermin dari isi media massa berupak produk dari media massa tersebut. Ideologi dari suatu media massa mempunyai kemampuan memilih dan memilah serta menentukan isu apa saja yang akan ditampilkan dan isu apa saja yang harus disembunyikan. Selain itu juga menentukan isu apa yang harus ditonjolkan, sehingga isu tersebut dipandang penting oleh khalayak. Didalam pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur misalnya banyak di temukan pemaparan yang hanya melihat dari satu sisi saja, yaitu kesalahan besar dari ustadz Yusuf Mansur, tanpa melihat dan memperdulikan niat baik ataupun tujuan didirikan bisnis investasi dari ustadz Yusuf Mansur, Itulah peran dari ideologi dari suatu media massa.

Individu wartawan tidak terpisahkan bagaimana cara si wartawan memilih peristiwa yang akan diangkatnya menjadi sebuah berita yang memiliki nilai berita, siapa saja yang ia pilih untuk menjadi narasumbernya, serta bagaimana ia menuliskannya. Jika dilihat dari artikel-artikel berita yang di publikasikan oleh


(43)

30

Yusuf Mansur yang sudah terkenal. Hal ini mempunyai nilai berita yang dapat dijual serta menghasilkan keuntungan bagi Detik.com dari sisi pendapatan Dari penjelasan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi frame dari suatu media di atas, maka seluruh komponen tersebut tidak bisa dipisahkan dan itu menjadi suatu kesatuan yang penting terhadap suatu pemberitaan

Pada dasarnya media framing adalah framing berita yang mencerminkan produk media sekaligus produk dari para wartawannya ketika harus mengidentifikasi dan mengklasifikasi serta kemudian menyampaikan informasi dan opini khalayak, dengan kata lain media framing pada hakikatnya merupakan konstruksi atau pendefinisian oleh media mengenai realitas suatu peristiwa-peristiwa yang ada atau terjadi dalam masyarakat.46

b. Frame Khalayak (Individual Audience Framing)

Menurut Robert N, Entman menyebutkan bahwa individual frame sebagai gagasan yang tersimpan dalam pemikiran yang dapat membimbing seseorang dalam memproses informasi, dimana gagasan yang dimaksud bersifat umum dan garis besar serta menyangkut kurun waktu yang lama namun dapat juga bersifat spesifik dan menyangkut kurun waktu relatif pendek berkenaan dengan peristiwa-peristiwa atau isu-isu tertentu. .47

Framing pada khalayak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi frame dari individu itu sendiri, faktor itu antara lain: media framing, latar belakang, sosiokultural, dan tokoh masyarakat.48

46

Ibid, h. 188.

47

Ibid, h. 191.

48


(44)

Faktor media framing terhadap individu dilihat dari bagaimana individu itu melakukan rutinitas terhadap media. Artinya disini, seberapa sering individu itu mengikuti suatu isu pemberitaan yang sedang berkembang yang dilakukan oleh media massa. Karena setiap individu, masing-masing memiliki gaya penafsiran yang berbeda pada pesan yang diterima individu tersebut, tentunya hal ini sangat berpengaruh. Misalnya dalam kasus ini, individu yang mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur di Detik.com dari awal pemberitaan sampai selesai hingga isu itu mulai meredup, dan tidak ada lagi pemberitaanya di Detik.com. Berbeda dengan individu yang mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur hanya sampai pada pertengahan artinya hanya mengikuti sebagian atau hanya berkunjung ke situs Detik.con lalu kebetulan membaca pemberitaan itu, maka bisa dipastikan penafsirannya berbeda dengan individu yang mengikuti pemberitaan di Detik.com sampai selesai tadi.

Latar belakang idividu juga menjadi faktor bagaimana individu itu memahami suatu pemberitaan di media massa. Tingkat pendidikan serta pemahaman menjadi latar belakang individu itu menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh media, serta kepentingan dari individu itu terhadap suatu isu juga menjadi alasan seseorang merespon suatu berita. Misalnya individu berlatar belakang sarjana ekonomi, tentu paham dengan masalah yang terjadi terkait pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur akan tetapi jika dilihat dari kepentingannya tentu yang lebih merespon dari pemberitaan ini ialah orang-orang yang sudah bergabung dengan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur, mereka pasti akan lebih intens untuk mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur di Detik.com karena terkait terhadap kelangsungan bisnisnya.


(45)

32

Sosiokultural setiap individu akan menanggapi dan merespon isu yang sama secara berbeda, yang secara otomatis akan mempengaruhi efek framing yang ditimbulkan. Pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa bisa menimbulkan kesan-kesan tertentu, yang oleh individu disesuaikan dengan norma-norma budaya yang berlaku pada masyarakat dimana individu itu tinggal. Misalnya ada seseorang dari desa yang mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur dan ia juga tergabung dalam bisnisnya, dimana desa tempat ia tinggal masih sangat kental dengan norma-norma budaya yang ada contohnya dengan sistem “kekitaan” Jadi individu tadi merasa bahwa ustadz Yusuf Mansur ini merupakan bagian dari kelompok atau masyarakatnya lalu ia merasa apa yang dilakukan ustadz Yusuf Mansur sudah benar dan tidak mungkin ustadz Yusuf Mansur melakukan kesalahan dan ia perlu dibela. Pengukuran efek framing terhadap khalayak seharusnya mempertimbangkan dengan hati-hati sistem budaya yang dianut oleh individu, kelompok atau masyarakat.

Tokoh masyarakat juga berperan penting dalam faktor frame individu, opini dari tokoh masyarakat inilah yang nantinya oleh individu akan ditafsirkan dan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Dimana individu tertentu masih merasa opini tokoh masyarakat begitu absolute dan tanpa celah, yang nantinya akan berimbas kepada individu itu menafsirkan isu dari media massa. Misalnya individu yang mengikuti bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur di Detik.com, ia tidak langsung mengambil suatau kesimpulan terhadap isu tersebut, tetapi yang ia lakukan adalah mengkonfirmasikan pesan yang ia terima kepada seseorang yang dipercaya sangat berkompeten dibidang bisnis investasi. Barulah dari situ akan


(46)

terlihat bagamana individu tersebut menafsirkan pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur itu.

Jadi dalam framing, komunikator berperan membuat suatu bingkai yang secara disadari maupun tidak menentukan apa yang ingin dikatakan dan menggiring opini dengan menggunakan schemata yang telah diorganisasikan.49 Teks yang terdiri atas potongan bingkai tersebut kemudian dikonstruksi dan ditonjolkan dengan menggunakan kata-kata kunci tertentu, frase, gambar, sumber informasi, atau apa pun yang bisa menggiring si pembaca ke arah bingkai yang dimaksud si komunikator. Framing pun kemudian diterima si pembaca yang sesuai dan diperkuat dengan nilai-nilai budaya dari suatu kelompok tersebut. 50

Penjelasan diatas dapat diketahui cara framing bekerja adalah menonjolkan beberapa informasi dari teks. Kata penonjolan itu sendiri pun perlu diberi makna. Artinya, membuat potongan sebuah informasi itu lebih ditandai pembaca, lebih bermakna, dan juga lebih diingat pembaca. Sebuah teks bisa saja menjadi menonjol dengan penempatan-penempatan di kolom yang lebih besar, lebih mudah ditemukan, dan sebagainya atau teks tersebut selalu diulang untuk meninggalkan kesan yang kuat untuk diingat.

49

Dan Nimmo, Komunikasi politik: Khalayak dan Efek, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 27

50


(47)

35

BAB III

PROFIL DETIK.COM

A. Sejarah dan Perkembangan Detik.com

Sejarah detik.com dimulai pada tanggal 9 Juli 1998, yaitu terjadi pada saat Suharto lengser dari kursi presiden dan di gantikan oleh Habibie. Turunnya Suharto dan dengan naiknya Habibie ternyata tidak menyelesaikan masalah politik di Indonesia. Artinya, situasi politik di Indonesia pada masa itu masih kacau. Tabloid detik yang pada mulanya adalah sebuah tabloid politik tiba-tiba dibredel oleh pemerintah karena adanya pemberitaan yang terlalu kritis terhadap pemerintah. Hal ini jelas bahwa pengaruh politik sangat besar peranannya dalam perjalanan detik.com dari media konvensional ke media on-line.51 Namun, pada masa itu media massa khususnya di sini surat kabar sudah bebas, artinya di sini adalah boleh melakukan apa saja dan menulis apa saja, tidak ada pembatasan seperti pada jaman Suharto, dalam kasus detik.com yang paling terlihat jelas adalah adanya faktor politis dalam perjalanannya.

Tetapi ada satu persoalan, bahwa di era globalisasi kita membutuhkan informasi secara cepat, untuk kepentingan apa saja. Mulai dari kepentingan ekonomi, politik, sosial sampai kepentingan yang sangat sederhana. Tidak ada pilihan, selain menyajikan informasi melalui internet, maka lahirlah detik.com

yang merupakan sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia hingga saat ini. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia

51

http://www.websejarah.com/sejarah-berdiri-situs-berita-detikcom.html diakses pada 4 september 2014


(48)

lainnya, detik.com hanya mempunyai edisi daring dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan.

Hal ini terbukti pada halaman depan website detik.com didominasi oleh iklan. Meski demikian, detik.com juga merupakan portal berita yang terdepan (up to date) dalam menyajikan berita-berita baru (breaking news).52 Server detik.com

sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Tanggal 9 Juli itu akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir detik.com yang didirikan Budiono Darsono (eks wartawan Detik), Yayan Sopyan eks wartawan Detik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi. Semula peliputan utama detik.com terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk melampirkan berita hiburan, dan olahraga.53

Kemudian tercetus keinginan untuk membangun detik.com yang update -nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, dan bulanan yang dijual detik.com adalah breaking new dengan bertumpu pada vivid description. Detik.com melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet. Pada 3 Agustus 2011 CT Corp mengakuisisi

detikcom (PT Agranet Multicitra Siberkom/Agrakom) . Mulai pada tanggal itulah secara resmi detikcom berada di bawah Trans Corp.

Chairul Tanjung, pemilik CT Corp membeli detikcom secara total (100 persen) dengan nilai US$60 juta atau Rp 521-540 miliar. Setelah diambil alih, maka selanjutnya jajaran direksi akan diisi oleh pihak-pihak dari Trans Corp

52

Company ProflieDetik.com 53


(49)

37

sebagai perpanjangan tangan CT Corp di ranah media dan komisaris Utama dijabat Jenderal (Purn) Bimantoro, mantan Kapolri, yang saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama Carrefour Indonesia, yang juga dimiliki Chairul Tanjung. Sebelum diakuisisi oleh CT Corp, saham detikcom dimiliki oleh Agranet Tiger Investment dan Mitsui & Co. Agranet memiliki 59% saham di detikcom, dan sisanya dimiliki oleh Tiger 39%, dan Mitsui 2%.54

Pada Juli 1998 situs detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (Pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.240.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detik.com mencapai 2,5 juta lebih per harinya. 55

Selain perhitungan hits, detik.com masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa besar potensi yang dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang diakses). Page view detikcom sekarang mencapai 3 juta per harinya. Sekarang detik.com menempati posisi ke empat tertinggi dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia.56

Dihalaman utama (Home) pada baris atas terdapat beberapa link/rubrik (program kerja), diantaranya; DetikNews, DetikFinance, DetikHot, Detiki-Net, DetikSport, DetikOto, DetikFood, DetikHealth, DetikFoto, DetikTV dan Indeks. Pada baris kedua juga terdapat rubrik Sepakbola, Surabaya, Bandung, Blog,

54 Ibid 55

Ibid 56


(50)

Forum, Wolipop, Kolomkita, Travel, ACI, Buku Kuning, Mobile

Application, dan Lokal Portal. Pada baris ketiga terdapat rubrik Iklan Baris, adPoint, Seremonia, Games, Sindikasi, Info Iklan, Suara Pembaca, Surat dari

Buncit dan Redaksi, serta beberapa fasilitas lainnya.57

Detik.com juga memudahkan konsumen atau pembacanya dengan memberikan kolom detik searchuntuk mencari berita-berita atau info-info apaun yang pernah dipublish di website detik.com. Berikut adalah tampilan detik.com:

Gambar 1

Tampilan halaman beranda Detik.com58

57

http://detik.com tahun 2013.

58 Ibid


(51)

39

Gambar 2

Tampilan Halaman kanal detik finance59

B. Visi dan Misi60

1. Visi Detik.com

Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan konten dan layanan digital, baik melalui internet maupun selular/ mobile.

2. Misi Detik.com

59 Ibid 60


(52)

Melayani pembaca kami yang setia dan bernilai dengan informasi bersama, menyediakan berbagai layanan bagi pelanggan mobile kami, dan membantu klien kami (pengiklan) dalam mencapai tujuan mereka. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi tempat yang baik untuk berkarier. Memiliki komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi pemegang saham.

3. Nilai Detik.com

Tentunya sebuah media massa pastilah memiliki ideologi yang sudah terbangun dari sejak berdiri dan hal itu nantinya terkait dengan berita-berita yang akan dirilis oleh media tersebut. Dalam hal ini ideologi dari detik.com bisa dilihat yaitu; Cepat dan Akurat, Kreatif dan Inovatif, Integritas, Kerjasama dan Independen.

C. Struktur Organisasi Detik.com61

1. Berikut struktur manajemen detik.com

Komisaris Utama : Drs Raden Suroyo Bimantoro

Wakil Komisaris Utama : Zainal Rahman

Komisaris : 1. Sutrisno Iwantono 2. Calvin Lukmantara

Direktur Utama : Budiono Darsono

Direktur Sales dan Marketing : Nur Wahyuni Sulistiowati

Direktur Entertainment : Agung Adiprasetyo

Direktur IT : Andry S Husin

Direktur Keuangan dan HRD : Warnedy

61 Ibid


(53)

41

2. Struktur redaksi detik.com

Jabatan Nama

Pemimpin Redaksi Arifin Asydhad

Wakil Pemimpin Redaksi Ine Yordenaya

Dewan Redaksi Budiono Darsono, Iin Yumiyanti

Redaktur Pelaksana Andi A. Sururi (detiksport), Is Mujiarso

(detikhot), Ardhi Suryadi (detikinet), Indra Subagja (detiknews), Dadan Kuswaraharja

(detikoto), Nurvita Indarini (detikhealth), Fitraya Ramadhanny (detiktravel), Odilia Winneke (detikfood), Ferdy Thaeras (wolipop), Dikhy Sasra

(detikfoto), Gagah Wijoseno (Koordinator Liputan), Triono Wahyu S (Koordinator Liputan Daerah/Luar Negeri)

DetikFinance: Wahyu Daniel (Wakil Redaktur Pelaksana) Angga Aliya ZRF, Dewi Rachmat Kusuma, Feby Dwi Sutianto, Herdaru Purnomo,

Maikel Jefriando, Ramdhania El Hida, Rista Rama Dhany, Suhendra, Wiji Nurhayat, Zulfi Suhendra

D. Alamat Redaksi62

Aldevco Octagon Building - Lantai 2 Jl. Warung Buncit Raya No.75 Jakarta Selatan 12740, Indonesia

Telepon : (021) 794.1177 (Hunting)

Fax : (021) 794.4472

Email : redaksi[at].detik.com Website : http://detik.com

62


(54)

42

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Framing Model Robert N. Entman dalam Pemberitaan di Detik.com Periode Juli 2013.

Ketika sebuah peristiwa baik itu seputar dunia sosial, ekonomi, maupun politik menyeruak di masyarakat dan hal itu menjadi perbincangan hangat, maka setiap media massa, baik cetak maupun elektronik, hingga online sekalipun, pasti akan berlomba-lomba memburu dan berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan berita seputar peristiwa tersebut. Peristiwa perihal bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur ini pun selalu mendapatkan perhatian khalayak dan ditempatkan pada kolom-kolom berita di media massa.

Masyarakat tentu belum lupa atas berita mengenai kasus Koperasi Langit Biru maupun Gerai emas Golden Traders Indonesia Syariah (GTIS) yang banyak merugikan masyarakat atas penipuan yang di lakukan oleh oknum-oknum dari perusahaan itu. Akhirnya setelah perusahaan ini tutup dan kasusnya telah ditangani pihak berwajib, kini giliran bisnis investasi yang digagas oleh ustadz Yusuf Mansur. Karena termasuk salah satu ustadz yang cukup menyita perhatian khalayak, nama beliau kerap kali mencuat akibat pro-kontra mengenai bisnisnya yang mendapat masalah, berita-berita bisnisnya ini memang terbilang cukup sering diberitakan oleh media massa pada beberapa waktu lalu. Pemberitaan yang ditangkap oleh masyarakat tentang sosok ustad Yusuf Mansur telah membuat banyak orang terperanjat. Disebabkan karena sosoknya yang penuh dengan kharisma juga ustadz yang mengajak para jama’ahnya ini untuk selalu bersedekah tersebut terbilang cukup berani dalam mengambil keputusan untuk membuka


(1)

- Chairul Umam: Ya Yusuf Mansur harus mempenyai izin badan hukum yang tetap dan mendaftarkan bisnisnya ke OJK, selaku badan pengawas keuangan. Sehingga bisnis investasi beliau dapat berjalan.

- Yanuar Rizky: Yang diberitakan Detik.com ini sudah tepat dan saya sependapat, memang sebaiknya Yusuf Mansur segera penuhi peraturan yang berlaku, buat perusahaan, minta izin, penuhi syarat-syaratnya. Harus profesional, tidak bisa sembarangan. Jika tidak, sebaiknya dananya dikembalikan kepada jamaah, atau kalau jamaahnya ikhlas, dialihkan ke kegiatan keagamaan saja.

5. Menurut anda nilai moral atau pesan apa yang dimunculkan dari berita bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur pada Detik.com ini? - Dimas Aditya: Pesannya yang dimunculkan diberita Detik.com, ya harus patuhi aturan yang berlaku.

- Chairul Umam: Masyarkat seharusnya jika ingin berinvestasi terlebih dahulu harus melihat latar belakang perusahaan, dan latar belakang siapa pendirinya. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

- Yanuar Rizky: Yang jelas, pelajaran bagi para ulama terkenal, jangan campur aduk-kan pengumpulan dana agama dengan tujuan non-agama seperti investasi, fungsi intermediasi dan politik. Karena nanti bisa menimbulkan fitnah, penipuan, tindakan pidana yang akhirnya membuat umat antipati terhadap ulama.

6. Bila bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur tidak ada kendala, apakah anda mendukung bisnis investasi ini?


(2)

-- Dimas Aditya: Kalau lancar-lancar saja ya pastinya saya dukung, kalau itu positif.

- Chairul Umam:Iya saya mendukung, karena tujuan investasi ini bertujuan memajukan ekonomi masyarakat Indonesia.

7. Setelah membaca berita ini apakah anda akan ikut di bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur?

- Dimas Aditya: Kalau dilihat dari berita ini, tentu saya tidak akan ikut karena setahu saya bisnis investasi resikonya besar. Kalau sudah dibereskan semua kemungkinan saya ikut, tapi dilihat dari keuangannya juga.

- Chairul Umam: Untuk sekarang saya ini saya belum mempunyai keinginan untuk ikut bisnis investasi Yusuf Mansur dan yang lainnya - Yanuar Rizky: Dari waktu awal berita ini ramai diperbincangkan saya sudah mempelajari bagaimana skema bisnis investasi Yusuf Mansur itu dan hasilnya memang meragukan karena kita tahu tidak ada perlindungan untuk investor, itu salah satunya, dan masih banyak lagi yang lain. Kenyataannya sekarang saya memang tidak ikut di bisnis investasi Yusuf Mansur, bukan karena pemberitaan yang ada, tetapi memang kembali lagi, sebaiknya kalau mau ikut dalam bisnis investasi atau semacamnya, usahakan cari orang yang benar-benar berkompeten di bisnis investasi.


(3)

Hasil Wawancara

Nama Narasumber : Farida

Jabatan : Informasi dan Teknologi Koperasi Merah Putih Tanggal wawancara : 16 September 2014

Skripsi :Konstruksi Pemberitaan Bisnis Investasi Ustadz Yusuf Mansur (Analisis Framing pada Detik.com)

1. Bagaimana bisnis ini awalnya terbentuk?

Awalnya ustadz Yusuf Mansur mengajak jama’ahnya untuk patungan, dan

hasil dari patungan akan mengakuisisi sebuah usaha, tapi saat itu ustadz belum tahu dalam bentuk apa usahanya.

2. Sudah berapa lama bisnis ini berjalan?

Bisnis ini dari tahun 2012 dan benar-benar mulai beroperasi pada awal 2013.

3. Apa visi serta misi dari bisnis ini?

Agar masyarakat Indonesia tidak terjajah secara ekonomi, karena dunia ekonomi sekarang masih dikuasai oleh kapitalis. Dan yang penting agar umat islam bersatu.

4. Bagaimana teknisnya bila ingin ikut bisnis ini?

Isi data di website, lalu dari pihak Yusuf Mansur akan konfirmasi ke calon investor, setelah itu mentransfer dana yang sudah ditentukan, terakhir mendapat sertifikat hak kepemilikan usaha.

5. Apa keuntungan bisnis ini? Masyarakat yang punya hotel ini


(4)

6. Bagaimana pembagian keuntungannya?

Setelah 10 tahun bagi hasil dengan investor, indikasinya dapat 8%.

7. Bagaimana anda melihat berita di media terkait pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur?

Beritanya sangat beragam, dari yang tidak percaya bisnis ini sampai membela bisnis ini. Pihak Yusuf Mansur tidak menyalahkan siapa-siapa dan hal itu dikembalikan lagi ke masyarakat penilaiannya seperti apa sebab memang pada saat itu izinnya saja yang belum lengkap

8. Solusi apa yang di tawarkan oleh bisnis ini terkait pemberitaan tersebut?

Mengurus berkas-berkas yang belum lengkap, dan beralih jadi koperasi merah putih.

9. Sebelum berita ini meluas di masyarakat sudah berapa orang yang ikut ke dalam bisnis ini?

Sebelum bisnis ini diketahui masyarakat sudah banyak dari jama’ahnya

ustdaz yang ikut bisnis ini. Waktu itu kira-kira 2500 orang tapi untuk pastinya tidak tahu. Lalu timbul masalah dan berimbas dihentikan sementara untuk pendaftaran anggota baru.

10.Bagaimana respon investor serta masyarakat terkait pemberitaan ini? Kebanyakan responnya tidak terlalu memperdulikan berita ini.

11.Setelah bisnis ini legal apa ada pertambahan jumlah investor? Untuk saat ini jumlah investor lebih dari 2500 orang.


(5)

Tidak bisa beri tahu untuk pastinya. Yang jelas alhamdulillah bisnis ini masih dipercaya oleh masyarakat.

13.Biasanya apa alasan mereka ikut bisnis ini?

Beragam, dari yang mau sedekah sampai yang mencari untung. 14.Apa nilai moral dan pesan dari ikut bisnis ini?

Impian untuk membeli ulang Indonesia, dan untuk mempersatukan umat islam.


(6)