BERITA PENAYANGAN TARIAN PENDET DALAM IKLAN VISIT MALAYSIA YEAR 2009 (Analisis Framing Tentang Berita Penayangan Tarian Pendet Pada Situs Berita Online Okezone.com dan Detik.com).

(1)

Berita Online Okezone.com dan Detik.com) SKRIPSI

(Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana)

Disusun Oleh :

Lusi Gresita Praselia 0643010193

YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Skripsi berjudul “BERITA PENAYANGAN TARIAN PENDET DALAM IKLAN VISIT MALAYSIA YEAR 2009. (Analisis Framing Tentang Berita Penayangan Tarian Pendet  Pada Situs Berita Online Okezone.com dan Detik.com)”.

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan akaademis bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh bebragai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Suparwati, Msi, selaku Dekan FISIP UPN “VETERAN” Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos., Msi., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “VETERAN” Jawa Timur.

3. Dosen Pembimbing Dra. Dyva Clareta, Msi yang senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.


(3)

5. Kakak ku (Mas Dian dan Mbak Mirna) yang selalu mengawasi perkembangan skripsi dari awal hingga akhir.

6. Yoko Refany Hengky, teman seperjuangan yang sudah menemani selama magang hingga skripsi.

7. Anak-anak Vidy Vany : Icha, Ponda, Bunda, dll. Yang sudah memberikan keceriaan disaat suntuk mengerjakan skripsi.

8. Sahabatku Meme, Sasa yang sudah menjadi teman setia dari awal semester. I will miss u all.

9. Terakhir, untuk calon pendamping hidupku, Opa. Terima kasih selalu menemani disetiap sudut ceritaku, disetiap detil susah senangku menyelesaikan skripsi ini. I Love You.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas keridhoan-Nya yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Karenanya apabila terdapat kekurangan didalam menyusun skripsi ini, peneliti dengan senang hati menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.


(4)

(5)

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 T ujuan Penelitian... 9

1.4 M anfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1.Jurnalisme Online Sebagai Media Massa... 11

2.2.Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas... 16


(6)

2.7.Teori Penjaga Gerbang (Gatekeeper Theory)... 39

2.8.Kerangka Berpikir... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Metode Penelitian... 43

3.2. Subyek dan Obyek Penelitan... 45

3.3. Unit Analisis... 45

3.4. Korpus Penelitian... 46

3.5. T eknik Pengumpulan Data... 48

3.6. T eknik Analisis Data... 48

3.7. L angkah-langkah Analisis Framing... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 51

4.1.1 Sejarah Okezone.com...51

4.1.2 Sejarah Detik.com...52


(7)

4.2.4 Main Frame

Detik.com... 89

4.2.5 Perbandingan Frame Detik.com dan Okezone.com... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104 5.1 Kesimpulan... 104

5.2 Saran... 106

DAFTAR PUSTAKA... 109


(8)

Lampiran 1 : Okezone.com

1. “Indonesia Harus Bawa Masalah Pendet ke Internasional” ... 111

2. “Tari Pendet Diklaim, Rakyat Indonesia Wajib Marah”... 112

3. “Soal Pendet, Indonesia Tunggu Malaysia Minta Maaf”... 113

4. “Malaysia Belum Resmi Minta Maaf Soal Pendet”... 115

Lampiran 2 : Detik.com 1. “Discovery Channel Cabut Iklan 'Tari Pendet' Malaysia”... 116

2. “Deplu: Ada Upaya Korektif dari Pihak Malaysia”... 117

3. “Pelaku Budaya Harus Tampilkan Identitas Daerahnya”... 118

4. “Deplu: Malaysia Telah Minta Maaf”... 119


(9)

ABSTRAKSI

LUSI GRESITA PRASELIA, “BERITA PENAYANGAN TARIAN PENDET DALAM IKLAN VISIT MALAYSIA YEAR 2009. (Analisis Framing Tentang Berita Penayangan Tarian Pendet  Pada Situs Berita Online Okezone.com dan Detik.com)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembingkaian pada situs berita online tentang pemberitaan penayangan tarian pendet dalam iklan visit malaysia year 2009 lalu pada okezone.com dan detik.com.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Penjaga Gerbang (Gatekeeper Theory). Karena teori ini dapat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya untuk memberikan gambaran mengenai suatu fenomena secara terperinci. Subyek dalam penelitian ini adalah situs berita online okezone.com dan detik.com. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah berita mengenai penayangan tarian pendet.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media okezone.com memberikan pemberitaan yang bersifat provokatif. Sedangkan detik.com memberikan pemberitaan yang bersifat solutif. Dimana kasus tersebut adalah kasus yang sempat hangat diperbincangkan oleh masyarakat, apalagi kasus ini melibatkan kehormatan dan harga diri masyarakat Indonesia.


(10)

1.1 Latar Balakang Masalah

Secara harfiah, kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.


(11)

Kita mengenal dan mempelajari kebudayaan Indonesia secara turun temurun dari dahulu kala, tetapi kenyataan yang ada negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia justru dengan seenaknya mengklaim kebudayaan Indonesia secara gamblang. Malaysia berulang kali melakukan pengakuan kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaan Malaysia, dengan melalui iklan pariwisata maupun lewat pameran kebudayaan di Malaysia. Tetapi kita juga seharusnya menyadari bahwa Indonesia hingga saat ini tidak memiliki data lengkap mengenai seni budaya yang tersebar di setiap daerah. Perlindungan hak cipta terhadap seni budaya juga sangat lemah, sedangkan publikasi multimedia secara Internasional mengenai produk seni budaya masih sangat minim. Pemerintah sudah mengimbau pemerintah daerah agar menginventarisasi seni budaya lokal yang ada di daerahnya. Namun, dari 33 provinsi yang ada di Tanah Air, baru tiga provinsi, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, dan DI Yogyakarta, yang melakukan inventarisasi seni budaya mereka. Hasilnya, terdapat sekitar 600 seni budaya yang ada di ketiga provinsi tersebut. Akibat berbagai kelemahan inilah, seni budaya Indonesia sering diklaim negara lain.

Meski inventarisasi seni budaya belum dilakukan, pemerintah bisa lebih proaktif untuk melindungi seni budaya bangsa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, pada Pasal 10 Ayat 2 disebutkan, negara memegang hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang jadi milik bersama, di antaranya cerita, hikayat, dongeng, legenda, tarian, koreografi, kaligrafi, dan karya seni lainnya. Berdasarkan kewenangan itu, pemerintah bisa melakukan publikasi multimedia secara Internasional secara besar-besaran, baik


(12)

melalui televisi, internet, media luar ruang maupun buku-buku mengenai seni budaya. Melalui publikasi dan penyajian data yang baik di lembaga internasional, klaim pihak asing terhadap seni budaya Indonesia bisa dihindarkan. Bisa dibayangkan, kebudayaan Indonesia terus saja di klaim oleh Malaysia, seolah-olah tidak dijadikan pelajaran yang berarti untuk negara ini. Pemberitaan ini sempat menjadi bahan pemberitaan yang hangat bagi masyarakat Indonesia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran media massa yang menjadikan peristiwa penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 ini sebagai berita utama.

Berangkat dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pemberitaan penayangan tarian pendet yang dilakukan oleh media massa (dalam hal ini media online) di Indonesia. Meskipun obyek pemberitaan semua media adalah sama, yaitu isu penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009, namun pemberitaan yang muncul di setiap media pastilah berbeda. Perbedaan ini terlihat dalam banyak hal, yaitu pemilihan sudut pandang (angle) penulisan berita, pemilihan judul dan diksi dalam isi berita, tampilan foto dan grafis yang digunakan oleh media yang satu dengan yang lain pasti berbeda. Di balik perbedaan yang tampak pada pemberitaan setiap media, sebenarnya ada pesan lebih dalam yang ingin disampaikan oleh media kepada khalayaknya. Pesan yang berbeda itu ditampilkan lewat perbedaan tampilan foto, penggunaan bahasa, penulisan judul, pemilihan sudut pandang, dan sebagainya. Bisa jadi ideologi tersebut merupakan ideologi yang memang dianut oleh institusi media tersebut. Ideologi itulah yang menjadi dasar dalam kebijakan redaksional


(13)

setiap media dan pada akhirnya tercermin dalam setiap pemberitaannya. Setiap institusi media tentunya mempunyai kepentingan dan ideologi yang ingin disampaikan kepada khalayak sesuai pemberitaannya. Hal ini didukung oleh kapasitasnya sebagai sumber informasi yang mempunyai pengaruh besar dalam membentuk pola pikir masyarakat. Paling tidak, isi media massa memberikan topik pemikiran untuk masyarakat.

Munculnya internet memunculkan julukan baru bagi media senior-nya yaitu televisi, radio, media cetak sebagai Traditional Media. Ini berarti bertambahlah channel bagi para jurnalis untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat yaitu internet yang disebut sebagai the new media yang menurut Denis McQuail (2000) lebih interaktif dan memberikan otonomi kepada user untuk menjadi audience aktif. Pengaruh media baru terlihat dari perubahan channel informasi dari media tradisional menjadi online media. Saat ini semua media tradisional di Indonesia sedang berlomba membuat versi online seiring dengan perkembangan jumlah pemakai internet di Indonesia, dimana saat ini sudah mencapai 25% dari total penduduk Indonesia (Tempo, edisi 5 April 2009). Ini artinya dunia jurnalistik di Indonesia sedang memasuki era baru globalisasi informasi yang tentunya tidak akan bisa terhidar dari tantangan-tantangan yang dikemukakan diatas.

Sebagai individu dan sebagai bagian dari sebuah institusi media, wartawan atau reporter yang menjadi ujung tombak penyaji berita juga memiliki framing yang berbeda untuk satu peristiwa. Sejak awal proses produksi berita,


(14)

yaitu saat melakukan penentuan angle, pembuatan question list untuk wawancara, peliputan, dan penelitian, seorang wartawan sudah memiliki kotak pemikirannya sendiri. Pendek kata, berita yang disajikan di media massa sudah bukan lagi cermin dari kondisi yang sebenarnya, namun merupakan hasil seleksi framing yang dilakukan oleh individu redaksional sebuah media. Bagaimana pemahaman masyarakat mengenai dunia sangat dipengaruhi oleh framing yang dibuat oleh sumber informasi mereka, dalam hal ini media. Permasalahan biasanya mulai timbul ketika sebuah institusi media ternyata memiliki kepentingan politis yang terselubung di dalam pemberitaannya. Tentu saja berita yang disajikan oleh media tersebut akan menjadi bias dan tidak sesuai dengan realita yang sedang terjadi.

Celakanya lagi, jika khalayak konsumennya diarahkan untuk mengikuti pola pikir tersebut dan menjadi sekumpulan massa yang tercipta untuk kepentingan tertentu. Karena itulah banyak pengamat media yang kemudian melakukan penelitian-penelitian terhadap isi berita di media massa. Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka melakukan kontrol terhadap media yang menyalahgunakan fungsinya sebagai sumber informasi. Dengan penelitian tertentu, seperti melakukan analisis framing, para pengamat media bisa melihat bagaimana suatu berita bisa menunjukkan sikap sebuah institusi media, bagaimana ideologi dipresentasikan. Kini dalam pemberitaan perebutan kebudayaan Indonesia oleh Malaysia, peneliti ingin mengkonstruksi peristiwa tersebut melalui okezone.com dengan detik.com

Yang saya lakukan pertama adalah bagaimana membingkai kasus tersebut, detik.com dan okezone.com mengembangkan bingkai dan konstruksi


(15)

yang berbeda tentang penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009. Bingkai itulah yang digunakan oleh kedua situs berita tersebut dalam menilai seluruh peristiwa yang ada di Indonesia. Di dalam pemberitaan kedua situs berita tersebut, okezone.com menyebutkan bahwa Malaysia membantah pemberitaan yang beredar di Indonesia. Sekilas nampak bahwa media ini bertindak provokatif karena dalam beritanya, mewajibkan rakyat Indonesia marah terhadap kelancangan Malaysia menayangkan tarian pendet tanpa seijin Indonesia.

Sedangkan pembingkaian detik.com jika dilihat dalam pemberitaannya adalah pemberian kebijakan solutif dalam isu penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 dan tidak menyalahkan kedua belah pihak. Media ini menyarankan kedua negara tersebut agar jangan sampai mengganggu hubungan bilateral yang sudah terjalin dengan baik.

Peneliti memilih okezone.com dan detik.com, karena Okezone.com merupakan portal online berita dan hiburan yang berfokus pada pembaca Indonesia baik yang berada di tanah air maupun yang tinggal di luar negeri. Berita okezone.com diupdate selama 24 jam dan mendapatkan kunjugan pembaca sebanyak hampir 100 juta page views setiap bulannya.okezone.com adalah situs berita dan informasi di Indonesia yang memiliki beberapa cakupan wilayah yang cukup besar di wilayah provinsi Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, dan Semarang. Dengan mengutamakan berita yang faktual, aktual cepat diakses oleh pembaca, dan memiliki link yang lengkap sehingga bisa diakses oleh pembaca jika ingin berita yang lainnya. Okezone.com hadir untuk memberikan terobosan baru dengan menggunakan media online. Situs okezone.com berisi


(16)

beragam konten, antara lain; News, International, Economy, Lifestyle, Sports, Techno dan masih banyak lainnya. Konten berita okezone.com ditulis secara tajam, singkat, padat, dan dinamis sebagai respons terhadap tuntutan masyarakat yang semakin efisien dalam membaca berita. Selain itu konsep portal berita online juga semakin menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang up-to-date dan melaporkan kejadian peristiwa secara instant pada saat itu juga sehingga masyarakat tidak perlu menunggu sampai esok harinya untuk membaca berita yang terjadi.

Sedangkan Detik.com adalah sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel online di Indonesia. Detik.com merupakan portal kepada banyak situs, di antaranya; DetikNews, DetikFinance, DetikHot, Detik-Net, DetikSport, DetikSurabaya dan beberapa fasilitas lainnya Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, detik.com hanya mempunyai edisi online dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Meskipun begitu, Detik.com merupakan yang terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news). Detik.com mengandalkan berita yang cepat, akurat dan memiliki berita terlengkap mulai bisnis, ekonomi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Berita detik.com tergolong jenis berita hard news sehingga lebih sering menerbitkan peristiwa berbau politik, ekonomi, kebudayaan, dan lainnya.

Peneliti mengambil berita yang memuat tentang penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 di situs berita okezone.com dan


(17)

detik.com mulai 22 Agustus 2009 - 28 Agustus 2009 karena sampai sekarang pemberitaan tersebut masih menjadi pemberitaan yang hangat untuk dibicarakan.

Pemberitaan Okezone.com dan Detik.com antara lain : Okezone.com :

a. Sabtu, 22 Agustus 2009 - 09:12 wib

“Indonesia Harus Bawa Masalah Pendet ke Internasional” b. Senin, 24 Agustus 2009 - 13:21 wib

“Tari Pendet Diklaim, Rakyat Indonesia Wajib Marah”

c. Kamis, 27 Agustus 2009 - 17:17 wib

“Soal Pendet, Indonesia Tunggu Malaysia Minta Maaf”

d. Jum'at, 28 Agustus 2009 - 14:15 wib

“Malaysia Belum Resmi Minta Maaf Soal Pendet”

Detik.com :

a. Senin, 24/08/2009 15:53 WIB

“Discovery Channel Cabut Iklan 'Tari Pendet' Malaysia” b. Senin, 24/08/2009 20:32 WIB

“Deplu: Ada Upaya Korektif dari Pihak Malaysia” c. Selasa, 25/08/2009 16:47 WIB


(18)

d. Jumat, 28/08/2009 12:50 WIB

“Deplu: Malaysia Telah Minta Maaf”

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti adalah : Apa yang ingin dikonstruksikan oleh media online okezone.com dan detik.com dalam pemberitaan penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009?

1.3 Tujuan Penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui apa yang ingin dikonstruksikan oleh media online okezone.com dan detik.com dalam pemberitaan penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini kelak diharapkan dapat menjadi rujukan dan masukan bagi penelitian komunikasi berkaitan dengan analisis media online yang menggunakan metode analisis framing.

1.4.2 Manfaat Praktis

Peneliti berharap penelitian ini mempunyai manfaat praktis bagi para pelaku media. Penelitian ini diharapkan bisa memiliki peran kontrol terhadap


(19)

pemberitaan media massa. Meskipun subjektivitas adalah suatu hal yang wajar dan sering tak dapat dihindari, namun sebaiknya media massa sedapat mungkin meminimalisir bias dalam pemberitaannya.


(20)

2.1 Jurnalisme Online Sebagai Media Massa

Sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi yang lama, namun mensubstitusinya. Radio tidak menggantikan surat kabar, namun menjadi sebuah alternatif, menciptakan sebuah kerajaan dan khalayak baru. Demikian halnya dengan televisi, meskipun televisi melemahkan radio, tetapi tetap tidak dapat secara total mengeliminasinya. Maka, cukup adil juga untuk mengatakan bahwa jurnalisme online mungkin tidak akan bisa menggantikan sepenuhnya bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita. Jurnalisme online tidak akan menghapuskan jurnalisme tradisional, namun meningkatkan intensitasnya. Dengan menggabungkan fungsi-fungsi dari teknologi internet dengan media tradisional. (Santana, 2005:135)

Secara teknis, momen paling fundamental dalam jurnalisme online adalah penemuan WWW. Namun secara profesional, momen tersebut dimulai dari pecahnya berita mengenai Drudge Report yang menyangkut skandal Lewinsky, ketika sebuah e-mail dikirimkan ke 50 ribu pelanggan pada tanggal 18 Januari 1998. Dalam setiap aspek penting kisah ini, menurut Lasica ketika menulis Internet Journalism and The Clinton-Lewinsky Investigation, medium internet


(21)

digunakan untuk “membongkar berita-berita skandal, menyuarakan tuduhan-tuduhan baru, dan merilis secara keseluruhan laporan final Starr atas investigasinya.” Jurnalisme online telah memicu tren alternatif, mengklaim bahwa jurnalisme online telah mengubah segala aktivitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme. Sejak itu, jurnalisme online telah maju secara dramatis. Kini, hampir seluruh media berita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk. Terdapat tiga kelompok situs berita dalam kaitannya dengan isi. (Santana K, 2005:136)

Model situs berita secara general yang kebanyakan digunakan oleh media berita tradisional sekadar merupakan edisi online dari medium induknya. Isi orisinalnya diciptakan kembali oleh internet dengan cara mengintensifkan isi dengan kapasitas-kapabilitas teknis dari cyberspace. Washington Post Online (www.washingtonpost.com), CNN Interactive (www.CNN.com) adalah contoh-contoh tipikal tipe ini.

Pada model situs kedua, bentukan situs Web-nya berisikan orisinalitas indeks, dengan cara mendesain ulang dan merubah isi dari berbagai media berita. Saloon, Slate and Drudge Report masuk ke dalam tipe ini. Situs ini memendekkan portal-portal pemberitaan melalui indeksisasi dan kategorisasi, hasil seleksi berbagai media dan isi mereka. Model situs ini memfokuskan isu-isu spesifik, melayani kepentingan komunitas dan kelompok-kelompok sosial tertentu, serta membuat saluran pertukaran pikiran dan diskusi interaktif dengan pembacanya.


(22)

Model situs ketiga berisi diskusi dan komentar-komentar pendek tentang berita dan media. Media-media watchdogs masuk ke dalam kelompok ini. Mereka menjadi saluran untuk diskusi masyarakat mengenai permasalahan yang mencuat.

Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena apa yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produksi dan perangkatnya. (Hilf, 2000:27)

Teori konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus merentang dari sejak awal siklus penemuannya. Setiap model media terbaru tersebut cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi, dari model-model terdahulu. Dalam konteks ini, internet bukanlah suatu pengecualian. (Stoval, 2005:116)

Sebagai bagian dari institusi komunikasi massa formal, jurnalisme online pun menganut ciri-ciri dan sifat media massa, yaitu :

a. Komunikat

or melembaga

b. Pesan

teroganisir

c. Program

berlanjut


(23)

e. Universal

f. Komersial

g. Memiliki

status hukum

h. Aktualitas

pesan tinggi

i. Secara

stimultan/publikatif

j. Profesional

k. Komunikas

i heterogen

Jurnalisme online adalah tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan meyebarkan berita, J.Pavlik dalam bukunya Journalism and New Media menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai “contextualized journalism”, karena mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik, yaitu kemampuan-kemampuan berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi online, dan fitur-fitur yang ditatanya (costumizeable features). (Santana, 2005:137)


(24)

Ensiklopedia online terbesar Wikipedia.org mendefinisikan Jurnalisme online sebagai “The Reporting of Facts Produced and Distributed Via The Internet”. Pada dasarnya, jurnalisme konvensional dengan jurnalisme online tidak jauh berbeda, yang membedakan hanya medium penyebarluasannya saja. Dari segi sifat, keduanya dituntut untuk menyajikan berita paling up to date. Perbedaan yang paling jelas, terletak pada media dan efisiensi pencarian, pengolahan dan penyebarluasan beritanya.

Karakter jurnalisme online yang paling terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun masyarakat untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengakses artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya juga dapat dilakukan oleh jurnalisme konvensional, namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat karena informasi yang disebarluaskan lebih cepat daripada jurnalisme konvensional. Sebagai bagian dari media massa, jurnalisme online pun memiliki dan menjalankan fungsi-fungsi media massa, yaitu :

a. Fungsi

Informasi

Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat mendapatkan informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan bernegara, mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi, sampai dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana


(25)

komunikasi yang efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dengan masyarakat. Dalam berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pertama kepada masyarakat.

b. Fungsi

Edukasi

Merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam emberikan pendidikan kepada masyarakat, termasuk pembinaan moral dan pendidikan budi pelerti. Informasi yang diberikan kepada masyarakat memberikan wawasan kepada masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun norma-norma yang mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti mengenai ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dan aspek lain yang pada intinya informasi yang diberikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.

c. Fungsi

Hiburan

Media massa juga memiliki fungsi hiburan, terlebih dengan media elektronik yang secara umum merupakan sarana hiburan bagi masyaakat Indonesia pada umumnya. Setiap hari berbagai acara hiburan ditayangkan di televisi, baik hiburan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Bahkan media massa sekarang seolah-olah menjadi “agama baru” yang dapat menggeser nilai-nilai moral dari institusi lain, baik keluarga, sekolah, maupun agama.

d. Fungsi


(26)

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melaksanakan fungsi kontrol sosial. Media memberikan sosialisasi nilai baik dan buruk, media juga menjadi sarana yang efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil kebijakan dengan memberitakan isu yang memancing opini publik.

Situs berita online cenderung lebih bebas, tidak terlalu terpaku pada kaidah-kaidah bahasa dan jurnalistik yang berlaku umum, jadi intinya bahasa yang digunakan pada situs berita online haruslah singkat, padat dan menarik. (http:/jonru.multiply.com/journal/item/128)

2.2 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Berita adalah nyawa dari media massa. Keberadaan media massa, baik pada awal kelahirannya, masa perkembangannya, maupun era kejayaannya ini sehingga memasuki era informasi, bukan saja penting tetapi juga sangat menentukan arah peradaban umat manusia. Dengan demikian, berita yang memberi hidup media massa. Karena tanpa berita, media massa tidak akan bermakna apa pun.

Berita menurut Fishman, bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada diluar sana. Berita adalah apa yang pemberita buat, jika berita merefleksikan sesuatu maka refleksi itu adalah praktek pekerja dalam organisasi yang memproduksi berita. Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir (memilah-milah) dan mementukan peristiwa da tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Berita adalah produksi dari institusi sosial dan


(27)

melekat dalam hubungan dengan institusi lainnya. Berita adalah produk dari profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikonstruksi.

Dalam pandangan Tuchman, berita adalah hasil transaksi antara wartawan dengan sumber, realitas yang terbentuk dalam pemberitaan bukanlah apa yang terjadi dalam dunia nyata, melainkan relasi antara wartawan dengan sumber dan lingkungan sosial yang membentuknya. Berita tidak mungkin merupakan cerrminan dan refleksi dari realitas, karena berita yang membentuk merupakan konstruksi atas realitas. Menurut kaum konstruksionis berita adalah hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan atau media.

Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti riil. Di sini realitas bukan dioper begitu saja menjadi berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. (Eriyanto, 2002:17)

Menurut Noam Chomsky, fakta di media massa hanyalah hasil rekonstruksi dan olahan para pekerja redaksi. Walaupun mereka telah bekerja dengan menerapkan teknik-tenik jurnaalistik yang presisi, tetapi tetap saja kita tidak dapat mengatakan bahwa apa yang mereka tulis adalah fakta yang sebenarnya. Informasi di media hanyalah sebuah rekonstruksi tertulis atas suatu realitas yang ada di masyarakat. Rekonstruksi, tentunya sangat tergantung pada bagaimana orang di balik media dalam melakukan kerja-kerjanya. (Chomsky, 2006:1)


(28)

Jadi berita yang kita baca setiap hari pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik. Berita bukanlah representasi dari realitas melainkan konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya akan menghasilkan realitas yang berbeda pula.

2.3 Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Realitas

Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkapkan kebenaran dan menginformasikan publik seluas mungkin tentang temuan dari fakta-fakta yang berhasil digalinya, apa adanya, tanpa rekayasa dan tanpa tujuan subyektif tertentu, semata-mata demi pembangunan kehidupan dan peradaban kemanusiaan yang lebih baik (Djatmika, 2004:25). Sedangkan Walter Lipman, menganggap bahwa kerja jurnalistik (tugas wartawan) hanyalah mengumpulkan fakta yang tampak dipermukaan yang konkret. (Panuju, 2005:27)

Sebagai seorang agen, wartawan telah menjalin transaksi dan hubungan dengan obyek yang diliputnya, sehingga berita merupakan produk dari transaksi antara wartawan dengan fakta yang diliputnya. (Eriyanto, 2007:31). Menurut filsafat Common Sense Realisme, adanya suatu obyek tida tergantung pada diri kita dan menempati posisi tertentu dalam ruang. Suatu obyek mencirikan sebagaimana orang mempersepsikannya. Sesungguhnya, relasi antara realitas empiris dengan fakta yang dibangun oleh seorang jurnalis, sangat tergantung pada kemampuan mengorganisasikan elemen-elemen realitas menjadi sederetan makna.


(29)

Dengan demikian, fakta dalam jurnalis menjadi sangat dinamis, tergantung pada persepsi yang dimiliki dan perspektif (sudut pandang) yang dihadirkan, dan satu lagi tergantung pada pencarian atau penemuan fakta. (Panuju,2005:27)

Setelah proses penyeleksian tersebut maka peristiwa itu akan dibingkai sedimikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian akan dilakukan oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atas suatu realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2007:vi). Kata penonjolan (Salience) didefenisikan sebagai alat untuk membuat informasi agar lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. (Siahaan, Purnomo, Imawan, Jacky, 2001:78)

Wartawan sebagai individu, memiliki cara berfikir (frame of thinking) yang khas atau spesifik dan sangat dipengaruhi oleh acuan yang dipakai dan pengalaman yang dimiliki. Selain itu, juga sangat ditentukan oleh kebiasaan menggunakan sudut pandang. Setiap individu juga memiliki konteks dalam “membingkai” sesuatu sehingga menghasilkan makna yang unik. Konteks yang dimaksud, misalnya senang-tidak senang, menganggap bagian tertentu lebih penting daripada bagian lain, dapat juga konteks sesuai bidang (sosial, politik, ekonomi, keagamaan, agama, dll), juga konteks masa lalu atau masa depan, dan seterusnya (Panuju, 2005:3)

Jadi meskipun wartawan mempunyai ukuran tentang “nilai sebuah berita” (news value), tetapi wartawan juga punya keterbatasan visi, kepentingan


(30)

ideologis, dan sudut pandang yang berbeda, dan bahkan latar belakang budaya dan etnis. Peristiwa itu baru disebut memiliki nilai berita dan karenanya layak diberitakan kalau peristiwa tersebut berhubungan dengan elite atau orang yang terkenal, mempunyai nilai dramatis, terdapat unsur humor, human interest, dapat memancing kesedihan, keharuan, dan sebagainya. Secara sederhana, semakin besar peristiwa, maka semakin besar pula dampak yang ditimbulkannya, lebih memungkinkan dihitung sebagai berita. (Eriyanto, 2007:104)

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, maka makin meningkat pula tingkat harga berita. Hipotesis inilah yang melahirkan paradigma 5W+1H (what, who, when, where, why, how); bahwa berita tidak sekedar apa, siapa,kapan,melainkan juga mengapa dan bagaimana. “Mengapa” adalah latar belakang dari suatu peristiwa, sedangkan “Bagaimana” adalah deskripsi tentang jalannya peristiwa. Jadi, semakin mendalam penjelasan atas why dan how, maka semakin tinggi nilai suatu berita dan tentu saja semakin mahal harga berita tersebut. (Pareno, 2005:3)

Oleh karena itu, untuk mengetahui mengapa suatu berita cenderung seperti itu atau mengapa peristiwa tertentu dimaknai dan dipahami dalam pengertian tertentu, dibutuhkan analisis kognisi sosial untuk menemukan struktur mental wartawan ketika memahami suatu peristiwa. Menurut Van Dijk, analisis kognisi sosial yang memusatkan pada struktur mental, proses produksi berita. Analisis kognisi sosial menekankan bagaimana peristiwa dipahami, didefinisikan, dianalisis dan ditafsirkan kemudian ditampilkan dalam suatu model dalam memori.


(31)

Menurut Berger dan Luckman, realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Menurut Barger dan Luckman, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.

Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckman ini terdiri dari realitas obyektif, realitas simbolik, dan realitas subyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar diri indovidu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolik ke dalam individu, melalui proses internalisasi. (Bungin, 2001:13)

Wartawan menggunakan model atau skema pemahaman atas suatu peristiwa. Pertama, model ini menentukan bagaimana peristiwa tersebut dilihat. Model ini dalam taraf tertentu menggambarkan posisi wartawan. Wartawan yang berada dalam posisi mahasiswa memiliki pemahaman dan pandangan yang berbeda dengan wartawan yang telah memiliki pengalaman. Kedua, model ini secara spesifik menunjukkan opini personal dan emosi yang dibawa tentang mahasiswa, polisi, atau objek lain. Hasil dari penafsiran dan persepsi ini, kemudian dipakai oleh wartawan ketika melihat suatu peristiwa. Tentu saja wartawan yang berbeda dalam hal fokus, titik perhatian, dan kemenarikan


(32)

dibandingkan dengan wartawan lain, yang ditentukan diantaranya untuk perbedaan model yang dimilikinya. Disinilah model adalah proses yang dapat digunakan sebagai dasar dalam memproduksi berita. (Eriyanto, 2006:268)

2.4 Pengertian Kebudayaan dan Hukum Media

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.


(33)

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia

dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Pengertian_kebudayaan)

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

1. alat-alat teknologi 2. sistem ekonomi 3. keluarga

4. kekuasaan politik

b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

1. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya


(34)

2. organisasi ekonomi

3. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

4. organisasi kekuatan (politik)

Berikut beberapa difinisi kebudayaan menurut para pakar :

a. Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia, adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

b. Sutan Takdir Alisyahbana

Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat luas. Sebab, semua laku dan perbuatan tercakup di dalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir termasuk di dalamnya perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.


(35)

Koentjaraningrat mengatakan, bahwa kebudayaan antara lain ber¬arti keseluruhan gagasan dan karya .manusia yang harus dibiasakan nya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.

d. A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn

A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya “Culture, a critical review of concepts and definisitions” (1952) mengatakan, bahwa kebudayaan adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.

e. Malinowski

Malinowski menyebutkan, bahwa kebudayaan pada prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya, guna memenuhi kebutuhan manusia akan keselamatannya, maka timbul kebudayaan yang berupa perlindungan, yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu, seperti lembaga kemasyarakatan.

f. C.A. van Peursen

C.A. van Peursen mengatakan bahwa dewasa ini kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang dapat berlainan dengan hewan. Maka, manusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah alam. Oleh karena itu, untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala sesuatu yang telah disediakan oleh alam. Misalnya, beras agar dapat dimakan harus diubah dulu menjadi nasi. Terwujudnya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh


(36)

sejumlah faktor, yaitu hal-hal yang menggerakkan manusia untuk menghasilkan kebudayaan sehingga dalam hal ini kebudayaan merupakan produk kekuatan jiwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang tertinggi.

Menurut Dr. H. Th. Fischer dalam bukunya Pengantar Antropologi ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebudayaan, dan secara garis besar disebutkan berikut ini.

a. Faktor Kitaran Geografis (lingkungan hidup, geografisch milieu)

Faktor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan sesuatu corak budaya sekelompok masyarakat. Dengan kata lain, faktor kitaran geografis merupakan determinisme yang berperan besar dalam pem-bentukan suatu kebudayaan

b. Faktor Induk Bangsa

Ada dua pandangan yang berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan Barat dan pandangan Timur. Pandangan barat ber-pendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaruh terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan Barat, umumnya tingkat peradaban didasar-kan atas ras. Oleh karena itu, bangsa-bangsa yang berasal dari ras Caucasoid dianggap lebih tinggi daripada ras lain, yaitu Mongoloid dan Negroid yang lebih rendah dari ras Mongoloid yang memiliki ras khusus seperti Bushman (Afrika Selatan), Vedoid (Sri Langka), dan Australoid (Australia). Tetapi, pandangan Timur berpendapat, bahwa peranan induk bangsa bukanlah sebagai faktor yang mem-pengaruhi kebudayaan. Karena, kenyataannya dalam sejarah budaya Timur sudah lebih dulu lahir dan cukup tinggi justru pada


(37)

saat bangsa Barat masih “tidur dalam kegelapan”. Hal tersebut semakin jelas ketika dalam abad XX, bangsa Jepang yang termasuk ras Mongoloid mampu membuktikan bahwa mereka bangsa-bangsa timur tidak J dapat dikatakan lebih rendah daripada bangsa barat.

c. Faktor Saling Kontak antarbangsa

Hubungan yang makin mudah antarbangsa akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menyebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangsa lain. Akibat adanya hubungan antarbangsa ini, dapat atau tidaknya suatu bangsa mempertahankan kebudayaannya tergantung dari pengaruh kebudayaan mana yang lebih kuat. Apabila kebudayaan asli lebih kuat daripada kebudayaan asing maka kebudayaan asli dapat bertahan. Tetapi, apabila kebudayaan asli lebih lemah daripada kebudayaan asing maka lenyaplah kebudayaan asing dan terjadilah budaya jajahan yang sifatnya tiruan (colonial and imitative culture). Tetapi, dalam kontak antarbangsa ini, yang banyak terjadi adalah adanya keseimbangan yang melahirkan budaya campuran (acculturation). Indonesia yang terletak dalam posisi silang (cross position) dunia, kebudayaannya memiliki konsekuensi yang besar dari pengaruh luar.

Dalam hal ini, sejarah telah menggambarkannya dengan nyata. Selain pengaruh luar, masalah waktu sebenarnya juga ikut berperan dalam pembentukan suatu kebudayaan. Misalnya, dalam fase pertama, Indonenia mendapat pengaruh Hindu-Budha (abad V – X), dalam fase ke dua, Indonesia mendapat pengaruh


(38)

Islam (abad XI – XVI), dan dalam fase ke tiga mendapat pengaruh dari kebudayaan barat (abad XVI – XX).

Unsur-unsur kebudayaan manusia menurut (Alo Liliweri 2003:117), antara lain:

1. sejarah kebudayaan

2. identitas sosial

3. budaya material

4. peranan relasi

5. kesenian

6. bahasa dan interaksi

7. stabilitas kebudayaan

8. kepercayaan atas kebudayaan & nilai

9. etnosentrisme

10. perilaku non verbal

11. hubungan antarruang

12. konsep tentang waktu

13. pengakuan dan ganjaran


(39)

15. aturan-aturan budaya

Dalam hal ini, kesenian Indonesia termasuk dalam perebutan kekuasaan oleh Malaysia. Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain:

1. Batik :

a. Berasal dari Jawa oleh Adidas

b. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia

2. Naskah Kuno :

a. Berasal dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

b. Berasal dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

c. Berasal dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia

d. Berasal dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

3. Makanan dan Minuman :

a. Rendang :

Berasal dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia


(40)

a) Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda

b) Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda

c) Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda

c. Tempe :

Berasal dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asin

d. Kopi :

a) Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda

b) Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang

4. Lagu :

a. Lagu Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

b. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia

c. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia

d. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia

e. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia

f. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia

g. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia


(41)

a. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

b. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia

c. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia

d. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

6. Alat Musik :

a. Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia

b. Angklung oleh Pemerintah Malaysia

7. Ukiran :

a. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis

b. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris

8. Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika

9. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd

10. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia


(42)

(http://budaya-indonesia.org/iaci/Data_Klaim_Negara_Lain_Atas_Budaya_Indonesia)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, pada Pasal 10 dan pasal 12 disebutkan, bahwa :

Pasal 10

a. Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya.

b. Negara memegang Hak Cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya. c. Untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaan tersebut pada ayat (2),

orang yang bukan warga negara Indonesia harus terlebih dahulu mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan kewenangan itu, pemerintah bisa melakukan publikasi multimedia secara internasional secara besar-besaran, baik melalui televisi, internet, media luar ruang maupun buku-buku mengenai seni budaya.


(43)

(1) Dalam Undang-undang ini Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:

a. buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain

b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks

e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim

f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan

g. arsitektur

h. peta

i. seni batik

j. fotografi

k. sinematografi

l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.


(44)

(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan hasil karya itu.

(http://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_19_Tahun_2002)

2.5 Analisis Framing

Dalam ranah komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni komsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya. (Sudibyo dalam Sobur, 2001:162)


(45)

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. (Sobur, 2001:162)

Framing menurut Robert E.Entman merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Entman juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lain. (Eriyanto, 2007:67)

G.J.Aditjondro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo dalam Sobur, 2006:165).

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih


(46)

fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnya. Intinya, peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Kedua, penulisan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu: penemoatan yang mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar, dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas.

Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas (Eriyanto, 2007:69-70).

2.6 Perangkat Framing Robert N.Entman

Dalam pendekatannya, Entman membagi perangkat framing ke dalam empat struktur besar, yaitu pendefinisian masalah (define problems),


(47)

memperkirakan penyebab masalah (diagnose causes), membuat keputusan moral (make moral judgement) dan menekankan penyelesaian (treatment recommendation). Konsepsi mengenai framing tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.

Define problems (pendefisian masalah) merupakan elemen bingkai yang paling utama (master frame) yang menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.


(48)

Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menillai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

Skema Framing Robert N.Entman

Define problems (pendefinisan masalah)

Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?


(49)

Diagnose causes

(memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make moral judgement (membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendeligitimasi suatu tindakan?

Treatment recommendation (menekankan penyebab masalah)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Sumber: Eriyanto ,”Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media”, 2005, hlm. 188-189

Hubungan pemberitaan dengan pembingkaian pada situs berita online okezone.com adalah berita-berita yang dimuat mengarah pada keempat perangkat analisis Robert N.Entman yaitu menganalisis masalah seperti penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 yang terjadi secara berulang-ulang dengan sumber masalah yaitu Malaysia, lalu ada faktor kesengajaan dari Malaysia


(50)

dan akhirnya Indonesia mematenkan salah satu kebudayaan nya yaitu batik kepada UNESCO.

Jika dilihat dari detik.com, perangkat framing Robert N.Enmant mengidentifikasi masalah isu sebagai instrospeksi Indonesia karena kurang menghargai kebudayaan sendiri. Dengan sumber masalah yaitu Discovery Channel yang telah salah memasukkan tarian pendet milik Indonesia ke dalam iklan Visit Malaysia Year 2009, lalu isu tersebut merupakan faktor ketidaksengajaan, dan dalam penyelesaiannya Malaysia meminta maaf kepada Indonesia atas isu pemberitaan yang beredar di media massa Indonesia.

Entman mengkaji bagaimana pemberitaan Okezone.com dengan Detuk.com atas peristiwa tersebut. Ternyata kedua media membingkai peristiwa tersebut secara berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:

Perangkat Framing

Robert N.Entman Okezone.com Detik.com

Define Problems Perampasan kebudayaan Instrospeksi Indonesia

Diagnoses Causes Malaysia Discovery Channel

Make Moral Judgement Faktor kesengajaan Ketidaksengajaan Suggest Remmedies Indonesia meminta

klarifikasi dari Malaysia

Malaysia meminta maaf kepada Indonesia


(51)

Framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan), melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita. Bagaimana peristiwa dibingkai, kenapa peristiwa dipahami dalam kerangka tertentu atau bingkai tertentu bukan semata-mata disebabkan oleh struktur skema wartawan, melainkan juga rutinitas kerja dan institusi media secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan peristiwa. Wartawan hidup dalam institusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja dan aktivitas masing-masing bisa terjadi. Institusi media itu yang mengontrol dalam pola kerja tertentu yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa dalam kemasan tertentu atau bisa juga terjadi wartawan sebagai bagian dari anggota komunitas menyerap nilai yang ada dalam komunitasnya (Eriyanto, 2007:99).

Semua saluran media massa mempunyai sejumlah gatekeeper dan memainkan peranan dalam beberapa fungsi. Gatekeeper bisa juga menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate) bagi keluarnya informasi yang lain. Gatekeeper sangat menentukan berkualitas tidaknya informasi yang akan disebarkan. Baik buruknya dampak pesan yang disebarkannya pun tergantung pada fungsi pentapisan informasi atau pemalang pintu ini (Nurdin,2003:110).

Peranan penjaga gerbang atau gatekeeper menurut John R.Bittner dalam buku Nurdin (2003:115) adalah :

1. Menyiarkan


(52)

2. Untuk membatasi informasi yang kita terima dengan mengedit informasi ini sebelum disebarkan pada kita

3. Untuk

memperluas kuantitas informasi dengan menambahkan fakta dan pandangan lain

4. Untuk

menginterpretasikan informasi.

Terlepas dari konsep gatekeeper, isi berita yang ada di media mungkin saja diperoleh dengan cara dicari, dipesan sebelumnya atau penemuannya direncanakan secara sistematis. Kadang-kadang berita harus diolah atau dibentuk oleh redaksi. Pembentukan berita semacam itu seperti halnya penyeleksian berita, tidak dilakukan secara acak dan bersifat subjektif. Menurut Fishman (1982) dalam McQuail, apa yang diketahui atau dapat diketahui oleh media tergantung pada kemampuan mengumpulkan informasi dan sumber-sumber informasi dari agen-agen pencari berita media tersebut. (McQuail, 1994:163).

Gatekeeper keberadaannya sama pentingnya dengan peralatan mekanisme yang harus dipunyai media dalam komunikasi massa. Oleh karena itu, gatekeeper menjadi keniscayaan keberadaannya dalam media massa dan menjadi salah satu cirinya. (Nurdin, 2003:30).


(53)

2.8 Kerangka Berpikir

Seperti yang telah diketahui bahwa pekerjaan media adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Sehingga, pada dasarnya berita yang tersaji di hadapan khalayak merupakan hasil olahan atau konstruksi wartawan sebagai perpanjangan tangan dari media. Karena semua pekerja jurnalis adalah agen : bagaimana peristiwa yang acak dan kompleks itu disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita yang dapat dipahami dan dimengerti oleh khalayak.

Demikian halnya dengan berita-berita mengenai penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 pada situs berita okezone.com dan detik.com yang memiliki sudut pandang yang berbeda pula dalam pemberitaannya masing-masing mengenai realitas yang sama. Pemuatan berita-berita mengenai penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 di media online khususnya okezone.com dan detik.com yang cenderung berbeda, dipilih peneliti sebagai subyek penelitian.

Penulis tertarik untuk memilih situs berita okezone.com sebagai media yang diteliti, dalam pemberitaan okezone.com memberikan kebijakan provokatif dengan mewajibkan rakyat Indonesia marah terhadap kelancangan Malaysia di dalam pemberitaan.


(54)

Sedangkan pembingkaian detik.com adalah pemberian kebijakan solutif dalam isu penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009. Media ini menyarankan kedua negara tersebut agar jangan sampai mengganggu hubungan bilateral yang sudah terjalin dengan baik.

Pemberitaan pada dua media tersebut cenderung berbeda, kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi berita pada khalayak dapat diketahui dari pelapisan yang melingkupi institusi media. Berita-berita mengenai penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 yang muncul di situs berita online okezone.com dan detik.com tersebut dianalisis menggunakan analisis Framing model Robert N.Entman yang terdiri dari empat elemen, yaitu pendefinisian masalah (diagnose causes), memperkirakan penyebab masalah (diagnose causes), membuat keputusan moral (make moral judgement) dan menekankan penyelesaian (treatment recommendation). Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat mewujudkan framing dari suatu media. Selengkapnya, tertera pada bagan dibawah ini.

Perampasan Kebudayaan Indonesia oleh Malaysia

Media Online Okezone.com dan

Detik.com

Konstruksi Berita oleh Wartawan

Perangkat Framing Robert N.Entman


(55)

(56)

 

3.1 Metode Penelitian

Sebagai konsekuensi dari paradigma penelitian yang berlandaskan pada paradigma konstriktivis, maka penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian ini pada dasarnya mencoba untuk menangkap perspektif pemberitaan dalam kaitannya dengan bagaimana pemberitaan itu memperlihatkan orientasi sebuah media dengan cara tertentu dalam memperlakukan suatu realitas atau fakta. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara khas berkaitan dengan observasi, wawancara dengan nara sumber, menelaah terhadap teks-teks dari berbagai teknik kebahasaan, seperti percakapan dan analisis data.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003:53). Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya memberikan gambaran mengenai suatu fenomena tertentu secara terperinci yang ada pada akhirnya akan memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai fenomena yang diteliti. Pada penelitian deskriptif ini. Hanya memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjalankan hubungan dan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. (Rakhmat, 2001:24)


(57)

Pada penelitian ini, yang akan dipaparkan adalah bagaimana cara media dalam membingkai atau mengkonstruksi pemberitaan penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 pada media online okezone.com dan detik.com, yang meliputi penyeleksian isu dan penulisan berita. Penelitian ini, terdiri dari bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta, mengisahkan fakta dan menentukan fakta.

Metode framing yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode framing milik Robert N.Entman, dimana model framing ini terbagi menjadi empat elemen, yaitu pendefinisian masalah, memperkirakan masalah, memperkirakan penyebab masalah, membuat pilihan moral, dan menekankan penyelesaian.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Menurut Robert N.Entman, framing merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Selain itu, ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lain.

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Apa yang dijelaskan Entman tersebut menggambarkan secara lebih jelas pengertian tentang framing, peristiwa yang sama bisa dimaknai secara


(58)

berbeda oleh media. Pemaknaan dan pemahaman yang berbeda itu bisa ditandai dari pemakaian label, kata, kalimat, grafik, dan penekanan tertentu.

Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terrhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain sebagainya. Semua itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitan

Subyek dalam penelitian ini adalah situs berita online okezone.com dan detik.com. Sedangkan obyek dari penelitan ini adalah berita-berita mengenai penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 yang muncul mulai 22 Agustus 2009 - 28 Agustus 2009.


(59)

Pada penelitian ini, unit analisis yang diguanakan adlah unit analisis reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat atau kata yang dimuat dalam teks berita mengenai penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009. Analisis teks media dengan hubungan antar kalimat, penulisan narasumber, penulisan latar, penggunaan gaya bahasa untuk mrngungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh media online, situs berita okezone.com dan detik.com dalam melihat suatu peristiwa, yang dalam hal ini berita-berita perampasan kebudayaan Indonesia oleh Malaysia.

3.4 Korpus Penelitian

Korpus pada penelitian ini adalah pemberitaan tentang penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009. Pada penelitian ini korpus yang diperoleh pada situs berita online okezone.com dan detik.com 22 Agustus 2009 - 28 Agustus 2009 dengan total berita okezone.com terdapat empat berita sedangkan detik.com terdapat empat berita seputar penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009, antara lain:

Okezone.com :

a. Sabtu, 22 Agustus 2009 - 09:12 wib


(60)

b. Senin, 24 Agustus 2009 - 13:21 wib

“Tari Pendet Diklaim, Rakyat Indonesia Wajib Marah”

c. Kamis, 27 Agustus 2009 - 17:17 wib

“Soal Pendet, Indonesia Tunggu Malaysia Minta Maaf”

d. Jum'at, 28 Agustus 2009 - 14:15 wib

“Malaysia Belum Resmi Minta Maaf Soal Pendet”

Detik.com :

a. Senin, 24/08/2009 15:53 WIB

“Discovery Channel Cabut Iklan 'Tari Pendet' Malaysia” b. Senin, 24/08/2009 20:32 WIB

“Deplu: Ada Upaya Korektif dari Pihak Malaysia” c. Selasa, 25/08/2009 16:47 WIB


(61)

d. Jumat, 28/08/2009 12:50 WIB

“Deplu: Malaysia Telah Minta Maaf”

Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama, dan karena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan. (Arkoum dalam Achmad, 2001 : 43).

Tetapi sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam. Sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan. Kelebihannya adalah bahwa dalam mendekati teks kita tidak didahului oleh pra anggapan atau interpretasi tertentu sebelumnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini kumpulkan dari sumber data dan jenis data primer berupa berita yang dimuat di situs berita online okezone.com mulai tanggal 22 Agustus 2009 hingga 28 Agustus 2009, sedangkan detik.com mulai 24 Agustus 2009 hingga 28 Agustus 2009. Data yang dimaksud adalah berita mengenai penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009.

Selain itu dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari informasi-informasi yang relevan dari buku, surat


(62)

kabar, internet, yang digunakan untuk menambah perspektif kajian analisis peneliti dalam upaya menjawab permasalahan penelitian. Data-data sekunder penelitian ini diperoleh dari literatur dan sumber data media online, yang merupakan informasi-informasi tambahan dilakukan dengan cara studi kepustakaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang akan diteliti dan menyajikan sebagai temuan orang lain.

Analisis framing yang dipilih adalah konsep framing milik Entman yang menggunakan empat cara untuk analisis framing. Pertama, Problem Identification yaitu bagaimana media mengidentifikasikan masalah. Peristiwa tersebut dilihat sebagai apa oleh media. Kedua, Casual Interpretation yaitu bagaimana media mengidentifikasi masalah yakni siapa yang diangga sebagai penyebab masalah dalam peristiwa yang diberitakan. Ketiga, Moral Evaluation yaitu bagaimana media melakukan penilaian atas penyebab suatu masalah, dan bagaimana cara penanganan suatu masalah atau Treatment Recommendation yaitu bagaimana media menawarkan dan merekomendasikan suatu cara penanganan masalah dan bahkan memprediksi hasilnya.


(63)

3.7 Langkah-langkah Analisis Framing

Dengan menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman peneliti hendak menguraikan berita-berita yang memuat berita penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 pada situs berita online okezone.com dan detik.com antara lain:

1. Peneliti mengumpulkan semua berita yang memuat berita-berita penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 pada situs berita online okezone.com mulai 22 Agustus 2009 hingga 28 Agustus 2009, sedangkan detik.com mulai 24 Agustus 2009 hingga 28 Agustus 2009. Kemudian membuat kerangka framing berdasarkan model Robert N. Entman.

2. Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut, kemudian membuat interpretasi-interpretasi terhadap berita-berita tersebut berdasarkan model Robert N. Entman yang meliputi empat struktur besar, yaitu : Problem Identification, Casual Interpretation, Moral Evaluation, dan Treatment Recommendation.

Sebagai contoh pada pemberitaan penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 yang banyak dibahas oleh berbagai media massa, contohnya : okezone.com dan detik.com. Dikedua media online tersebut membingkai satu berita secara berbeda dilihat dari sudut Robert N.Entman, antara lain:


(64)

Perangkat Framing

Robert N.Entman Okezone.com Detik.com

Define Problems Penayangan tarian pendet Instrospeksi Indonesia

Diagnoses Causes Malaysia Discovery Channel

Make Moral Judgement Faktor kesengajaan Ketidaksengajaan Treatment

Recommendation

Indonesia mematenkan budaya ke UNESCO

Malaysia meminta maaf kepada Indonesia.


(65)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Okezone.com

Okezone.com merupakan portal online berita dan hiburan yang berfokus pada pembaca Indonesia baik yang berada di tanah air maupun yang tinggal di luar negeri. Berita okezone.com diupdate selama 24 jam dan mendapatkan kunjungan pembaca sebanyak hampir 100 juta page views setiap bulannya. Situs okezone.com berisi beragam konten, antara lain; News, International, Economy, Lifestyle, Sports, Techno dan masih banyak lainnya.

Konten berita okezone.com ditulis secara tajam, singkat, padat, dan dinamis sebagai respons terhadap tuntutan masyarakat yang semakin efisien dalam membaca berita. Selain itu konsep portal berita online juga semakin menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang up-to-date dan melaporkan kejadian peristiwa secara instant pada saat itu juga sehingga masyarakat tidak perlu menunggu sampai esok harinya untuk membaca berita yang terjadi. Prosedur okezone.com adalah melaporkan setiap kejadian penting paling lambat 20 menit s/d 1 jam dari lokasi kejadian.

Okezone.com resmi didirikan pada tanggal 29 Desember 2006 dan merupakan cikal-bakal bisnis online pertama milik PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC), sebuah perusahan media terintegrasi yang terbesar di Indonesia. MNC juga memiliki dan mengelola bisnis media TV (RCTI, TPI, Global TV), media


(66)

cetak (Koran Seputar Indonesia, Tabloid Genie, Tabloid Mom & Kiddie, majalah HighEnd, dan Trust), media radio (Trijaya FM, ARH Global, Radio Dangdut TPI, Women Radio), serta sejumlah bisnis media lainnya (mobile VAS, Manajemen artis, rumah produksi film, agen iklan, dll).

Sampai dengan 15 November 2008, Okezone.com berada di peringkat ke 26 dari Top 100 website terpopuler di Indonesia (Sumber: Alexa.com), peringkat ini terus naik yang disebabkan semakin banyak pengunjung situs yang mengakses okezone.com setiap harinya. Selain daripada itu, jumlah pengguna internet yang mencapai 25 juta (Sumber: data APJII per 2005) diperkirakan untuk terus tumbuh dengan signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

4.1.2 Sejarah Detik.com

Detik.com adalah sebuah portal web yang berisi berita aktual dan artikel online di Indonesia. Detik.com merupakan salah satu situs berita terpopuler di Indonesia. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, detik.com hanya mempunyai edisi online dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Meskipun begitu, Detik.com merupakan yang terdepan dalam hal berita-berita baru (breaking news).

Detik.com merupakan portal kepada banyak situs, di antaranya; DetikNews, DetikFinance, DetikHot, Detik-Net, DetikSport, DetikSurabaya dan beberapa fasilitas lainnya

Server Detik.com sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Tanggal 9 Juli itu


(67)

akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com. Detik.com didirikan oleh Budiono Darsono (eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan (eks wartawan DeTik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugraha. Semula peliputan utama Detik.com terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, Detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.

Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk Detik.com yang update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang dijual Detik.com adalah breaking news. Dengan bertumpu pada vivid description macam ini Detik.com melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet.

Pada Juli 1998 situs Detik.com per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.420.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detikcom mencapai 2,5 juta lebih per harinya.

Selain perhitungan hits, Detik.com masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa besar potensi yang dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang diakses). Page view Detik.com sekarang mencapai 3 juta per harinya.


(68)

Menurut situs alexa.com, portal Detik.com berada di peringkat 9 dari top 100 situs terpopuler di Indonesia. Beberapa situs underbow Detik.com pun masuk ke jajaran 40 besar, seperti Detiknews.com di posisi 17,. Detiksport.com di posisi 18, Detikhot.com di posisi 21, Detikfinance.com di peringkat 33, dan Detikinet.com di peringat 36

Salah satu kritik yang sering dialamatkan pada Detik.com adalah banyaknya iklan yang memenuhi halaman utama. Saat diakses pertama kali, halaman muka Detik.com pada browser berukuran 1024x768 akan dipenuhi iklan yang mengisi sekitar 80% ruangnya. Hal ini menyebabkan masa loading yang cukup lama. Menurut Alexa.com pada Agustus 2005, rata-rata masa yang diperlukan untuk membuka sebuah halaman Detik.com adalah 10,3 detik, yang dianggap "sangat lambat". Sebagai perbandingan, situs berita lain, Kompas.com, hanya membutuhkan 4 detik (id.wikipedia.org).

4.2 Analisis Isu pada Okezone.com dan Detik.com

Berita-berita yang mengarah pada perampasan kebudayaan Indonesia sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru. Dimulai dari polemik yang cukup seru tentang kepemilikan yang sah produk kesenian Reog. Malaysia menyatakan bahwa tarian itu sejenis kesenian barongan. Tapi itu tidak tepat karena ada karakter burung merak yang sangat jelas tidak terdapat pada barongan. Kesenian Reog lahir karena sebuah legenda yang muncul pada jaman kerajaan Majapahit. Lalu klaim mereka terhadap lagu Rasa Sayange yang sudah dijadikan theme song tahun kunjungan wisata Malaysia. Lagu ini berasal dari Maluku yang unsur


(69)

budayanya jelas lebih dipengaruhi unsur budaya kawasan papua, bukan Melayu. Setelah lagu ‘rasa sayange’, batik, angklung, reog ponorogo, bunga raflesia, dan yang terbaru tarian sakral Bali, tari pendet. Pola pengklaimannya pun dilakukan melalui momentum formal kenegaraan. Seperti melalui media promosi ‘Visit Malaysia Year’ yang diselipkan kebudayaan nasional Indonesia. Geram dan marah muncul dari masyarakat Indonesia menyikapi klaim kebudayaan yang dilakukan Malaysia. Berbagai aset budaya nasional dalam rentang waktu yang tak begitu lama, diklaim negara tetangga. Persoalan seperti klaim tari pendet oleh Malaysia masih berpeluang terus terjadi dan tidak hanya dari Malaysia, namun negara lainnya di sekitar Indonesia.

Berkaitan dengan kasus penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009, berkembang dua pandangan yang berbeda dari pemberitaan media. Media yang diantaranya berbeda pandangan adalah Okezone.com dan Detik.com. Okezone.com menekankan bahwa Malaysia adalah negara yang kerap merampas kebudayaan Indonesia, media ini bertindak provokatif sehingga rakyat Indonesia melihat sepenuhnya atas kesalahan Malaysia. Sedangkan Detik.com lebih menekankan bahwa ulah Malaysia bukan sepenuhnya kesalahan negara itu, karena Indonesia sendiri tidak memiliki Undang-Undang Budaya yang paten. Sehingga wajar bila negara tetangga merampas kebudayaan kita yang tidak dipatenkan. Media ini mengarah kepada tindakan yang bersifat solutif dan tidak mengintimidasi kedua belah pihak.

Dari dua frame di atas, beberapa media kemudian ikut mengangkat kasus tersebut, bahkan harian Surya sempat menempatkan berita ini sebagai


(70)

headlinenya. Dengan mengangkat suatu berita yang menjadi pembicaraan publik, akan membuat masyarakat ikut berpikir dan beropini tentang kasus tersebut. Contohnya saja, ketika penulis mengumpulkan bahan berita tentang kasus pengklaiman budaya ini dari media online, banyak sekali pembaca yang menuliskan opininya pada kolom opini pembaca.

4.2.1 Frame Okezone.com

Okezone.com menurunkan berita mengenai kasus pengklaiman penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009 sebanyak 4 berita pada bulan Agustus 2009. Di penelitian ini, yang dijadikan korpus penelitian sebanyak empat berita. Berita tersebut dirilis pada rentang waktu 22 s.d 28 Agustus 2009.

1. Berita Okezone.com, Sabtu 22 Agustus 2009 - 09:12 wib

Okezone.com merilis berita berjudul Indonesia Harus Bawa Masalah Pendet ke Internasional. Ini merupakan berita pertama Okezone.com yang mengangkat kasus penayangan tarian pendet dalam iklan Visit Malaysia Year 2009.


(1)

2. Causal Interpretation (Memperkirakan Penyebab Masalah). Dalam pemberitaan Okezone.com, yang menyebabkan sampai terjadinya kasus ini adalah Pemerintah Malaysia. Karena mereka dinilai sebagai pelaku perusak hubungan bilateral kedua negara ini. Sementara Detik.com menganggap yang menjadi penyebab masalah adalah dengan Production House (PH) dengan Pemerintah Malaysia. Production House (PH) yang memproduksi iklan tersebut mengaku bahwa pihak mereka yang telah menyantumkan tarian pendet ke dalam iklan tersebut.

3. Moral Evaluation (Membuat Penilaian Moral). Okezone.com membuat

beberapa penilaian moral atas pengklaiman kebudayaan ini. Pertama, kurangnya kesadaran dalam menjaga kebudayaan sendiri, sehingga negara lain menganggap bahwa negara Indonesia adalah negara yang kebudayaan nya bisa diklaim dengan seenak hati. Kedua, bahwa Pemerintah Indonesia kurang tegas dalam mengambil setiap keputusan mengenai sikap Pemerintah Malaysia yang seakan tidak bertanggungjawab. Sementara Detik.com memiliki penilaian moral juga atas kasus tersebut. Pertama, Pemerintah Malaysia adalah korban kesalahan prosedur oleh Production House (PH). Kedua, Pemerintah Malaysia tidak salah sepenuhnya atas pengklaiman tarian pendet tersebut dan kini masalah tersebut telah selesai.

   


(2)

4. Treatment Recommendation (Penyelesaian Masalah). Akhirnya, berdasarkan berita-beritanya dapat disimpulkan bahwa Okezone.com menekankan penyelesaian bahwa proses hukum atas pengklaiman kebudayaan ini harus dilanjutkan ke dalam masalah Internasional dan permohonan maaf yang hanya melalui surat elektronik tersebut dianggap belum resmi. Sementara Detik.com justru sebaliknya beranggapan bahwa proses penyelesaian sudah selesai karena Production House (PH) sudah melayangkan permohonan maaf meski belum secara langsung kepada Pemerintahan Indonesia.

5.2 Saran

Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar para calon peneliti peka dalam mencari permasalahan yang hendak diteliti. Dalam melakukan analisis framing, pilihlah berita-berita atau isu-isu sensitif yang berdampak luas di masyarakat. Dalam meneliti frame berita, hendaklah peneliti menggunakan paradigma kritis, agar penelitiannya dapat mengikutsertakan konteks ruang waktu, sosial politik di mana berita itu dibuat, sehingga hasil penelitian menjadi lebih komprehensif.

Bagi media massa, khususnya Okezone.com dan Detik.com, peneliti menyarankan hendaklah membuat berita secara lebih berimbang dan objektif. Dalam menulis berita, terutama berita kasus hukum, media akan mudah jatuh pada subjektivitas. Subjektivitas ini terutama dalam hal pemilihan sumber / narasumber.


(3)

Bagi masyarakat luas, konsumen media massa, hendaklah kita bisa lebih kritis dalam mengkonsumsi berita maupun informasi dari media. Media sesungguhnya tak sekedar menyampaikan, melainkan juga mengarahkan. Sebagai konsumen yang cerdas kita seharusnya kritis dan tak mudah dipengaruhi oleh media. Melainkan sebaliknya mampu mengontrol media agar media dapat terus menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi dan corong kebenaran.

Konflik perseteruan antara Malaysia dengan Indonesia sebenarnya muncul karena media massa yang memberitakan secara besar-besaran di Indonesia. Tapi, di Malaysia masalah ini tidak muncul sebagai masalah besar di media massa. Adanya perbedaan mencolok antara media massa cetak di Malaysia dengan Indonesia karena media massa di Indonesia masih memegang prinsip “Bad news is a good news”. Beda halnya dengan Malaysia, secara bentuk negara kerajaan dan pemerintahannya dikendalikan perdana menteri. Malaysia mengawasi seluruh isi khutbah Jumat dan ceramah di masjid-masjid yang mendatangkan banyak jamaah. Setting Malaysia sangat rapi. Masyarakat Malaysia ditata agar tidak terjadi pergolakan.

Saya menyarankan, agar pemerintah mendata ulang kekayaan budaya Nusantara dengan menerbitkan hak cipta. Menurut saya, kasus seperti klaim Tari Pendet dan kasus lain yang telah terjadi sebelumnya seharusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dan menyadarkan pemerintah untuk cepat bertindak. Persoalan klaim kebudayaan Indonesia oleh Malaysia ada baiknya telunjuk Indonesia tak hanya menuding pihak Malaysia semata. Tak salah jika melakukan

   


(4)

introspeksi atas ketahanan dan kepedulian bangsa ini terhadap warisan nenek moyangnya. Perlunya kesadaran aspek hukum oleh masyarakat Indonesia terhadap perlindungan dan pelestarian produk budaya Indonesia juga harus ditingkatkan. Ketidaktahuan tentang adanya Hak Kekayaan Intelektual atas produk-produk makanan, budaya, kesenian dan lain-lain menjadikan budaya kita sebagian tidak terlindungi oleh hukum. Sehingga celah ini bisa dimasuki dan di manfaatkan oleh negara-negara lain untuk mengklaim budaya Indonesia.

Melalui tulisan ini semoga bisa menambah khasanah pengetahuan pembaca tentang Hak Kekayaan Intelektual/HKI, sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ataupun disampaikan ke orang lain dalam upaya untuk melindungi produk-produk budaya Indonesia dari klaim negara lain. Sesungguhnya, media massa di Indonesia masih memegang prinsip “Bad news is a good news”. Beda halnya dengan Malaysia, secara bentuk negara kerajaan dan pemerintahannya dikendalikan perdana menteri. Perlunya kesadaran aspek hukum oleh masyarakat Indonesia terhadap perlindungan dan pelestarian produk budaya Indonesia juga harus ditingkatkan.Persoalan klaim kebudayaan Indonesia oleh Malaysia ada baiknya telunjuk Indonesia tak hanya menuding pihak Malaysia semata. Tak salah jika melakukan introspeksi atas ketahanan dan kepedulian bangsa ini terhadap warisan nenek moyangnya. Ketidaktahuan tentang adanya Hak Kekayaan Intelektual atas produk-produk makanan, budaya, kesenian dan lain-lain menjadikan budaya kita sebagian tidak terlindungi oleh hukum. Sehingga celah ini bisa dimasuki dan di manfaatkan oleh negara-negara lain untuk mengklaim budaya Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Ana Nadhya, 1995. Refleksi Atas Fenomena Jurnalistik, Yogyakarta : Universitas Atmajaya

Bungin, Burhan, 2001. Imaji Media Massa : Konstruksi dan Makna, Jakarta : PT Rajagrafindo

Djuroto, Totok, 2002. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Djatmika, Prija, 2004. Strategi Sukses Berhubungan Dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya, Malang : Bayumedia

Effendy, Onong Uchana, 1993. Dinamika komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya

Eriyanto, 2007. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta : LKIS

Junaedi, Kurniawan, 1992. Ensiklopedi Pers Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka

Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi, 2001. Pers Indonesia Era Transisi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Kriyanto, Rahmad, 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi , Jakarta : Kencana Kountur, Ronny, 2003. Metode Penelitian Untuk Penelitian Skripsi dan Tesis, Jakarta : PPM

Kurniawan, 2001. Semiologi Roland Bathez, Jakarta : Indonesiaantara McQuail, Dennis, 1994. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga Nurdin, 2003, Kamas, Malang : Cespur

Panuju, Redi, 2005. Nalar Jurnalistik : Dasarnya Dasar-Dasar Jurnalistik Malang : Banyumedia

Pareno, Sam Abede, 2005. Media Massa Antara Realitas dan Mimpi, Surabaya : Papyrus

Sobur, Alex, 2006. Analisis Teks Media, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

   


(6)

Non Buku : detik.com okezone.com

http:/jonru.multiply.com/journal/item/128

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Pengertian_kebudayaan

http://budaya-indonesia.org/iaci/Data_Klaim_Negara_Lain_Atas_Budaya_Indonesia