Indonesia terletak di provinsi Gorontalo 7,23 dan terendah di provinsi NAD sebesar 0,09. Prevalensi asma di Sumatera Utara didapati sebesar 1,82.
Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Asma merupakan
penyakit yang mengancam hidup. Penyakit asma menyebabkan disabilitas sebesar 1 penduduk dunia per tahun. 1 dari 250 orang di dunia meninggal karena asma
Masoli, 2004. Selain itu, apabila asma terjadi pada usia dewasa muda akan mempengaruhi tingkat produktivitas penderita. Oleh sebab itu, diperlukan
penelitian untuk mengetahui prevalensi asma pada usia dewasa muda di Kota Medan khususnya di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu dari universitas negeri di Sumatera. Berdasarkan survey awal yang dilakukan
peneliti didapati bahwa 1 dari 20 mahasiswa mempunyai riwayat asma. Ini membuktikan bahwa tingginya prevalensi asma pada mahasiswa yang merupakan
dewasa muda. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai prevalensi asma pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara T.A.
20142015.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah
Bagaimana prevalensi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun ajaran
20142015.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara pada tahun 20142015 berdasarkan jenis kelamin 2.
Untuk mengetahui distribusi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 20142015
berdasarkan kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui distribusi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara pada tahun 20142015 berdasarkan komorbid asma
4. Untuk mengetahui distribusi asma pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara pada tahun 20142015 berdasarkan ada tidaknya riwayat keluarga
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dimaksudkan dapat bermanfaat: 1.
Bagi Subjek Penelitian Untuk melakukan deteksi dini penyakit asma di kalangan mahasiswa dan
mendorong mahasiswa yang terdeteksi asma untuk melakukan kegiatan pencegahan asma secara massal.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian kesehatan khususnya asma 3.
Bagi Universitas Menambah referensi untuk kepustakaan yang berhubungan dengan asma
4. Bagi Institusi kesehatan
Menambah data tentang kasus asma di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Kata “asma” berasal dari bahasa Yunani, yang dapat diartikan sebagai “napas yang pendek” Holgate, 2010. Menurut RISKESDAS, asma adalah
penyakit kronis yang disebabkan oleh peradangan saluran napas. Peradangan saluran napas ini mengakibatkan lapisan dalam saluran membengkak dan sekresi
mukus berlebih. Selain itu, otot sekeliling saluran juga mengalami konstriksi Asthma Foundations Australia, 2009.
Dari sisi lain, WHO 2014 menyebutkan bahwa asma adalah suatu penyakit yang tidak menular, yang mempunyai karakteristik berupa serangan
sesak napas dan wheezing yang berulang. Gejala tersebut bervariasi berdasarkan keparahan dan frekuensi penyakit. Gejala asma yang berulang menyebabkan
kekurangan tidur, sehingga akan berdampak terhadap aktivitas seseorang. Dibandingkan dengan penyakit kronis lain, asma mempunyai tingkat fatalitas
yang rendah.
1.2. Epidemiologi
Sekitar 1960-an dan 1980-an, terjadi epidemik asma diakibatkan oleh pemakaian bronkodilator Holgate,2010. Prevalensi asma meningkat pesat
selama 30 tahun, sebelum akhirnya menjadi stabil, dengan sekitar 10-12 orang dewasa dan 15 anak-anak menderita asma Barnes, 2012. WHO2014
memperkirakan sebanyak 235 juta penduduk di dunia menderita asma. GINA Global Initiative for Asthma menggabungkan data dari fase I ISAAC pada tahun
1992-1996 dan data dari ECRHS pada tahun 1988-1994. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi asma terendah sebesar 0,7 di Macau dan tertinggi sebesar
18,4 di Scotland. Hasil ini mengestimasi sekitar 300 juta penduduk di dunia menderita asma, dan akan bertambah menjadi 400 juta pada tahun 2025, oleh
karena urbanisasi penduduk To, 2012.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil ISAAC fase tiga, anak-anak umur 6-7 tahun dan 13-14 tahun yang memiliki current wheezing terbanyak terdapat di negara berbahasa
Inggris 21 dan 22,9 dan Amerika Latin 17,3 . Prevalensi terendah terdapat di India 6,8 dan 7, Eropa bagian Utara dan Timur 8,7 dan
9,7,Mediteranea Timur 9,4 dan 9,3, dan Asia Pasifik 9,8 dan 8,8. Sedangkan benua Afrika memiliki tingkat prevalensi asma berat dengan current
wheezing tertinggi 55,2 dan 55,1, diikuti oleh Mediteranea Timur 44,2 dan 47,2 dan India 44,2 dan 48,2. Prevalensi negara tersebut lebih tinggi
daripada negara berbahasa Inggris yang hanya sebesar 43,6 dan 46. Ini menunjukkan bahwa penyakit asma cenderung lebih parah di negara berkembang
dibandingkan negara maju, walaupun negara maju memiliki prevalensi gejala asma yang tinggi. Ada beberapa alasan untuk menjelaskan fenomena ini. Pertama,
penatalaksanaan asma masih kurang di negara berkembang, walaupun telah diterbitkan berbagai guideline managemen asma. Kedua, wheezing tidak
diasumsikan sebagai gejala dari asma. Hal ini didukung dari banyaknya asma berat yang tidak terdiagnosa pada negara berpendapatan rendah. Anak-anak yang
tidak terdiagnosa ini tidak akan ditangani sesuai dengan penyakitnya. Ketiga, faktor lingkungan seperti polusi udara dan agen infeksius mempunyai pengaruh
terhadap angka kejadian asma. Sebuah penelitian meneliti prevalensi asma dalam kurun waktu tertentu. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi asma berkurang pada
negara yang sebelumnya memiliki tingkat prevalensi yang tinggi negara berbahasa Inggris dan prevalensi asma meningkat pada negara yang sebelumnya
memiliki tingkat prevalensi yang rendah negara berkembang Lai, 2009. Penelitian ISAAC fase III tahun 2001-2002 menunjukkan perbedaan
antara prevalensi asma pada Indonesia dan Malaysia. ISAAC mempunyai 3 pusat pada masing-masing negara. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi asma pada
anak usia 13-14 tahun di Alor Setar, Klang Valley, dan Kota Bharu masing- masing adalah 17, 21,6, dan 12. Sedangkan pada anak usia 6-7 tahun,
prevalensi pada masing-masing negara 9,4, 11,9, dan 7. Di Indonesia prevalensi asma pada anak usia 13-14 tahun di Bali, Bandung, dan Semarang
Universitas Sumatera Utara
masing-masing adalah 8,7, 12,4, dan 11,1. Penelitian prevalensi asma pada anak umur 6-7 tahun di kota Bandung sebanyak 4,8 ISAAC, 2013.
1.3. Tipe Asma