Nongkrong dalam perspektif hadis

(1)

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh: Ana Fauziah NIM. 107034001574

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh: Ana Fauziah NIM. 107034001574

Pembimbing:

Dr. Atiyatul Ulya, MA NIP. 19700112 199603 2 001

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

i

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Mei 2014


(4)

ii Hari, tanggal : Selasa, 13 Mei 2014 Pukul : 10.00 – 11.30 WIB Pembimbing : Dr. Atiyatul Ulya, MA

Ketua Sidang : Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA Sekretaris : Jauhar Azizy, MA

Tim Penguji : 1. Rifqi Muhammad Fathki, MA 2. Muhammad Zuhdi Zaini, MA


(5)

iii

PERSETUJUAN PARA PENGUJI

Skripsi berjudul “NONGKRONG DALAM PERSPEKTIF HADIS” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 13 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Program Studi Tafsir-Hadis.

Jakarta, 13 Mei 2013 Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA Jauhar Azizy, MA

NIP. 19711003 199903 2 001 NIP. 19820821 200801 1 012 Anggota,

Penguji I Penguji II

Rifqi Muhammad Fatkhi, MA Muhammad Zuhdi Zaini, MA

NIP. 19770120 200312 1 003 NIP. 19650817 200003 1 001 Pembimbing,

Dr. Atiyatul Ulya, MA NIP. 19700112 199603 2 001


(6)

ii ABSTRAK

Ana FauziahNongkrong dalam Perspektif Hadis. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini didasari atas fenomena kebiasaan kaum remaja masa kini, yang cenderung memilih nongkrong dan berkumpul bersama teman-temannya untuk mengekspresikan luapan emosi. Namun, dari fenomena nonnegatif, mulai obrolan yang tidak jelas, ledekan terhadap teman sendiri, membicarakan kekurangan orang lain atau yang disebut dengan ghibah. Bahkan tidak hanya itu, dalam kegiatan nongkrong terkadang ditemui kegiatan negatif seperti: merokok, berjudi, minum-minuman keras, dan lain-lain. Dengan kebiasaan kegiatan ini kemungkinan terbentuklah sebuah komunitas tertentu atau disebut dengan “genk”, baik sekumpulan genk motor, premanisme dan lain-lain. Inilah yang disebabkan kenakalan remaja yang suka nongkrong di pinggir jalan.

Nonkrong adalah sebuah kegiatan yang melibatkan pembicaraan segala macam hal, mulai dari yang remeh sampai yang serius. Pengertian lain mengatakan nongkrong adalah sebuah kegiatan berkumpul yang tidak mempunyai tujuannya

Penelitian ini berisi penggambaran nongkrong sebagaimana makna yang terkandung dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī serta memberikan informasi tambahan tentang topik yang dibahas, berkaitan dengan nongkrong di pinggir jalan seperti Kenakalan Remaja, Problem Remaja, Kriminologi dan Remaja. Juga menjelaskan hadis Nabi tentang tema tersebut dengan memaparkan segala aspek yang terkandung dalam hadis tersebut serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya. Bahwa pada masa nabi dahulu, kegiatana nongkrong sudah merupakan kebiasaan yang wajar. Namun dalam hal ini, nabi memperbolehkan menongkrong dengan ketentuan-ketentuan yang sudah nabi tentukan seperti; menjawab salam, menundukkan pandangan, tidak mengganggu dan beramar ma’ruf nahi munkar.


(7)

iii

Akan tetapi kematian telah menghilangkan ilmunya Sepanjang masa orang-orang bisa meminum airnya

Tapi sekarang bagaikan gelas yang kosong Hidupnya dipenuhi dengan ilmu yang menjadikan cahaya

Dan takwa yang menjadikan tujuan (Penyair: Ibn Dārid)

Puji Syukur kehadirat Allah swt., Dzat yang memberikan nikmat, yakni hembusan nafas, pandangan mata, sehingga dapat memandang indahnya alam semesta dan nikmat-nikmat lain yang tidak mampu dihitung oleh hamba-Nya. Penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya.

Ṣalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada sosok Raḥmatan li

al-‘ lamīn, cahaya di atas cahaya, manusia paling sempurna, Nabi

Muhammad saw., Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga zaman menutup mata.

Alḥamdulillāh, berkat rahmat dan ‘inayah Allah swt. penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini adalah karena keterlibatan berbagai pihak yang jika tanpanya karya ini tidak akan terwujud. Kepada beliau-beliau penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, alḥamdulillāh dapat teratasi berkat tuntunan


(8)

iv

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu Dekan.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis yang baru. Bapak Jauhar Azizy, MA., selaku Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis.

4. Bapak Dr. Bustamin, M.Si., yang selalu tersenyum demi para mahasiswa untuk semangat dalam belajar.

5. Ibu Dr. Atiyatul Ulya, MA., selaku pembimbing yang selalu memberikan didikasinya kepada penulis, bersabar memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah bimbingannya. 6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan

didikasinya mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta pengarahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Dan yang paling terpenting adalah kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Alm. H. Mifthussurur dan ibunda Hj. Atikah Hasanah, serta Mama Tjijik Mursyidah, yang telah mengarahkan, dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih, tak pernah lelah dan tak bosan dalam


(9)

v

Nawwal Fakhriya. Kakakku M. Fawaid - Mbak Ike dan si bungsu Muhtar, Adik ipar Naily Yasin beserta suami, Mbak Kiki yang selalu mensupport, Adik-adikku tercinta Fahmi dan Lukman, yang setia antar jemput dan nemenin anak-anak saat ke kampus. mana kalian senantiasa memberikan dukungan dan do’a.

9. Untuk sahabatku Siti Fatimah Zahro, yang senasib seperjuangan mengarungi lika-liku kuliah dan skripsi. Dan kepada teman-teman se angkatan 2007 Tafsir Hadis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu yang selalu kompak memberikan warna-warni indahnya persahabatan. 10. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa mengurangi rasa terima kasih penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga Allah swt. selalu memberkahi dan membalas semua kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini.

mīn yā Rabb al- lamīn.


(10)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI A.Konsonan

ء ═ ‟ ا═ r غ═ gh

═ b ز═ z ف═ f

ا═ t ═ s ق ═ q

ث═ th ش═ sh ك═ k

ج═ j ص═ ṣ ل═ l ═ ḥ ض═ ḍ م═ m

خ═ kh ط ═ ṭ ا ═ n

د═ d ظ ═ ẓ ═ w

ذ═ dh ع═ „ (ayn) ه/ة═ h ي ═ y

B.Vokal dan Diftong

Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong

َ

═ a —

َ

═ ā ى

ِ

═ ī

ِ

═ i ى—

َ

═ á ْ

َ

═ aw

ُ

═ u —

ُ

═ ū ْي

َ

═ ay

C. Keterangan Tambahan

1. Kata sandang ل (alif lam maʽrifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya ( جا ) al-jizyah, (ا ثآ ) al-āthār dan ( مذا ) al-dhimmah. Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.


(11)

vii

2. Tashdīd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-muwaṭṭaʽ.

3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur‟an, hadis dan lainnya.


(12)

viii

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... PEDOMAN TRANSLITERASI ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Pembatasaan dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... D. Kajian Pustaka ... E. Metodologi Penelitian ... F. Sistematika Penulisan ... BAB II NONGKRONG DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI REMAJA ... A. Pengertian Nongkrong ... B. Faktor yang Menyebabkan Remaja Suka Menongkrong ... 1. Faktor Internal ………... 2. Faktor Eksternal ……… C. Dampak Positif dan Negatif dari Nongkrong ...

1. Ghibah (membicarakan keburukan orang lain) ... 2. Merokok ...

ii iii vi viii 1 1 8 9 10 11 12

14 14 16 18 18 19 21 26


(13)

ix

PINGGIR JALAN ... A. Nongkrong dalam Pandangan Hadis ... 1. Menundukan Pandangan ... 2. Tidak Mengganggu ... 3. Menjawab Salam ... 4. Menyuruh Kebaikan dan Melarang Kejelekan ... B. Penjelasan Faedah Hadis dan Istinbth Hukum ... C. Kehujjahan Hadis ... D. Asbabul Wurud ... BAB IV PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

38 38 42 46 47 49 52 63 63 68 68 68 70


(14)

1

Hadis1 atau Sunnah2 merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang menduduki posisi yang sangat signifikan, baik secara stuktural maupun fungsional. secara struktural menduduki posisi kedua setelah al-Qur‟an, namun jika dilihat secara fungsional, ia merupakan bayan terhadap ayat-ayat al-Qur‟an yang bersifat ‘am, mujmāl, atau muṭlāq.3

Hadis Nabi saw dalam pandangan umat Islam merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang secara struktural menduduki posisi kedua setelah al-Qur‟an. Secara fungsional hadis merupakan bayan (penjelas) terfhadap al-Qur‟an. Sehingga hadis mempunyai posisi yang sangat signifikan dan strategis dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an yang masih global. Oleh karena itu, sebagai ummat Islam sangat berkepentingan untuk menggali butir-butir ajaran Islam yang terdapat dalam hadis-hadis tersebut.4

Dalam kaitannya dengan fungsi dan kedududkan hadis Nabi terhadap al-Qur‟an, Allah swt telah menerangkannya dalam QS. al-Naḥl/ 44:

1

Hadis berasal dari bahasa arab; al- adīth jamaknya al-Aḥādīth, al- adīthan dan

al-udthan. Secara bahasa kata ini memiliki banyak arti, antara lain: al-Jadîd (yang baru) dan al-Khabar (kabar atau berita). Lihat Endang Soetari, Ilmu Hadis (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), cet. 2, h. 1.

2Sunnah secara etimologi berarti “tata cara”. Walaupun secara bahasa Hadis dan

Sunnah

berbeda, akan tetapi dari sudut terrminologis menurut ahli hadis tidak membedakan keduanya. Menurut mereka baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, maupun sifat beliau dan sifat-sifat ini baik berupa sifat-sifat-sifat-sifat fisik, moral, maupun perilaku, dan hal itu baik sebelum beliau

menjadi Nabi maupun sebelumnya. Lihat Ali Mustafa Yakub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2008), cet. Ke-5, h. 32-33. 3

Said Agil Husain al-Munawwar, Asbabul Wurud (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),

Cet I, h. 3. 4

Sayyid Agil Husein al-Munawwar, Studi Hadis Nabi (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,


(15)



















“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada

umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya

mereka memikirkan,” (QS. al-Naḥl: 44).

Hadis Nabi saw sebagai penjelas al-Qur‟an, secara teologis juga dapat memberi inspirasi untuk membantu menyelesaikan problematika yang muncul dalam masyarakat kontemporer sekarang. Karena, bagaimanapun tampaknya disepakati bahwa pembaharuan pemikiran Islam atau rektualisasi ajaran Islam harus mengacu kepada teks-teks yang menjadi landasan ajaran Islam, yakni al-Qur‟an dan hadis.5

Al-Fāruqī mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk religius, yaitu makhluk yang kesadarannya terfokus pada kehadiran Tuhan sebagai suatu yang bersifat sentral. Ungkapan tersebut menegaskan bahwa bagi manusia, posisi Tuhan adalah pusat dalam kehidupannya. Tuhan adalah tempat bergantung segala sesuatu.6

Sudah merupakan fitrah bagi manusia untuk saling berinteraksi. Berbagi cerita, bersenda gurau, dan bertukar pikiran, adalah hal yang wajar untuk dilakukan. Apalagi manusia memang diperintahkan untuk saling menasehati, saling belajar dan mengajarkan, saling meringankan beban serta kesusahan, dan mendukung kebahagiaan satu sama lain.7

5

M. Syuhudi Ismail, Hadīts Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 14. 6

Al-Faruqi, Prinsip-prinsip Islam (Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1997), h. 78.

7 Agus Hery, “Nongkrong” di Pinggir Jalan Sambil Menebar Kebaikan”, artikel ini diakses pada tanggal 23 februari 2014 dari http://alifmagz.com/?p=14258


(16)

Untuk memenuhi kebutuhan berinteraksi dan bersosialisasi itu, berkumpul dengan teman atau saudara di berbagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama adalah hal wajar untuk saling bertukar pikiran, mengobrol dan lain sebagainya. Salah satu tempat yang biasa digunakan untuk keperluan tersebut, seperti yang sudah sangat umum ditemui dalam kebiasaan pergaulan masyarakat adalah di pinggir jalan.8 Sering para laki-laki, khususnya yang berusia muda, duduk berkumpul di pinggir jalan, menghabiskan waktu mereka sambil mengobrol atau melakukan kegiatan lainnya. kegiatan inilah yang mengantarkan mereka menjadi sosok yang “nakal”.

Namun banyak faktor yang menjadi pencetus dari kenakalan remaja. Salah satu yang akan dibahas ini adalah nongkrong di pinggir jalan yang berkaitan dengan keluarga. Keluarga merupakan sosialisasi manusia yang terjadi pertama kali sejak lahir hingga perkembangannya menjadi dewasa. Itulah sebabnya sebelum berlanjut kepada kenakalan remaja yang disebabkan oleh faktor yang lebih banyak lagi, maka akan lebih baik mulai memperhatikan dari permasalahan yang paling mendasar yaitu akibat dari nongkrong tersebut.

William J. Goode mengartikan keluarga sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Fungsi keluarga adalah berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong, melindungi, dan sebagainya.9 Keluarga dapat dibagi menjadi bermacam-macam, seperti keluarga inti, keluarga besar, dan lain-lain.

8 Agus Hery, “Nongkrong” di Pinggir Jalan Sambil Menebar Kebaikan”, artikel ini

diakses pada tanggal 23 Februari 2014 dari http://alifmagz.com/?p=14258 9

William J. Goode, Sosiologi Keluarga, terj. Lailahanoum Hasyim (Jakarta: Bina Aksara,


(17)

Tetapi dalam kenyataannya, lebih sering keluarga dideskripsikan dengan gambaran keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan saudara kandung. Secara idealnya, keluarga adalah ayah dan ibu yang bersatu dan bahu-membahu dalam mendidik dan membimbing. Ayah dan ibu adalah panutan anak sejak kecil hingga remaja dan hal tersebut akan berlangsung terus menurus sampai mereka memiliki anak lagi dan berlanjut terus seperti ini. Peran keluarga sangat penting bagi sosialisasi anak di masa perkembangnnya.10 Berdasarkan asumsi ini, maka keluarga memiliki peran yang sangat signifikan dalam menciptakan individu-individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.11

Di zaman era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini kenakalan remaja semakin mengkhawatirkan. Perlu adanya bimbingan dan pendekatan secara psikologis agar kenakalan remaja tidak semakin parah. Banyak hal yang menjadi penyebab kenakalan remaja, salah satu di antaranya adalah mengenai latar belakang remaja itu sendiri. Setiap remaja memiliki lingkungan yang berbeda-beda serta latar belakang ekonomi yang berbeda-beda, pergaulan, keluarga, pendidikan dan seterusnya. Pergaulan yang salah menjadi salah satu penyebab terjadinya kenakalan remaja. Apalagi di zaman sekarang ini dengan alasan modernisasi para remaja ingin mencoba sesuatu yang seharusnya tak pantas dikerjakan. Misalnya penggunaan obat terlarang seperti narkoba, minum-minuman keras, pergaulan bebas dan sebagainya. Apabila kenakalan remaja

10

Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 89.

11


(18)

dibiarkan begitu saja, tentu akan merusak masa depan mereka sendiri, terlebih masa depan bangsa ini.12

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.13

Kegiatan nongkrong di pinggir jalan ini, bukannya dilarang sama sekali. Namun, karena berada di tempat umum yang terbuka dan bersinggungan dengan kepentingan banyak orang lain yang juga menggunakan jalan tersebut untuk berbagai keperluan, maka ada adab-adab yang perlu diperhatikan.14

Rasulullah saw. bersabda:

ْنَع َمَلْسَأ َنْبا ِِْعَ ي ٍدْيَز ْنَع ٍدمَُُ َنْبا ِِْعَ ي ِزيِزَعْلا ُدْبَع اَنَ ثدَح َةَمَلْسَم ُنْب ِهللا ُدْبَع اَنَ ثدَح

ّيِرْدُْاا ٍد ِعَس ِ َأ ْنَع ٍراَسَي ِنْب ِءاَطَع

َسوُلُْْاَو ْمُكايِإ َلاَق َملَسَو ِهْ َلَع ُهللا ىلَص ِهللا َلوُسَر نَأ

12Didi, “Kenakalan Remaja dan Solusi Perspektif Islam”, artikel ini diakses pada tanggal 17 februari 2014 dari http://rururudididi.blogspot.com/

13Eva Emania Eliasa, “Kenakalan Remaja: Penyebab dan Solisinya”,

artikel ini diakses

pada tanggal 25 Februari 2014 dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Microsoft%20Word%20-%20KENAKALAN%20REMAJA_PENYEBAB%20DAN%20SOLUSI_.pdf

14 Agus Hery, “Nongkrong” di Pinggir Jalan Sambil Menebar Kebaikan”, artikel ini diakses pada tanggal 23 februari 2014 dari http://alifmagz.com/?p=14258


(19)

ُهللا ىلَص ِهللا ُلوُسَر َلاَقَ ف اَه ِف ُثدَحَتَ ن اَنِسِلاََ ْنِم اَنَل دُب اَم ِهللا َلوُسَر اَي اوُلاَق ِتاَقُرطلاِب

ِرَصَبْلا ضَغ َلاَق ِهللا َلوُسَر اَي ِقيِرطلا قَح اَمَو اوُلاَق ُهقَح َقيِرطلا اوُطْعَأَف ْمُتْ َ بَأ ْنِإ َملَسَو ِهْ َلَع

ِرَ ْنُمْلا ْنَع ُ ْه نلاَو ِووُرْعَمْلاِب ُرْمَْْاَو ِم ََسلا دَرَو ىَذَْْا فَكَو

.

15

Dikisahkan oleh Abdullah Ibn Maslamah mengatakan kepada kami „Abd al-„Azīz berarti putra Muḥammad Zaid berarti anak Aslam dari „Aṭā bin Yasār dari Abū Sa‟id al-Hudrī bahwa Rasulullah saw bersabda: Berhati-hatilah duduk-duduk di pinggir jalan. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagi kami sesuatu yang tidak dapat kami tinggalkan. Dalam berkumpul (majelis) itu kami berbincang-bincang.” Nabi Saw menjawab,

“Kalau memang suatu keharusan maka berilah jalanan itu haknya.” Mereka bertanya lagi, “Apa yang dimaksud haknya itu, ya Rasulullah?” Nabi Saw menjawab, “Palingkan pandanganmu (dari memandang kaum

wanita) dan jangan menimbulkan gangguan. Jawablah tiap ucapan salam

dan beramar ma’ruf nahi mungkar.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim).

Berkumpul tanpa tujuan yang jelas, tentu saja membuang waktu yang sangat berharga dengan percuma. Ketika hal ini dilakukan di pinggir jalan, maka tidak hanya membuang waktu, kemungkinan untuk menimbulkan keburukan juga meningkat. Hal-hal seperti ini telah menjadi sebuah kelaziman dikalangan remaja. Padahal remaja atau pemuda adalah harapan agama dan bangsa. Merupakan sebuah tonggak harapan, yang menjadi agent of change, social control dan iron stock.

Dampak negatif lain yang dapat ditimbulkan oleh orang-orang yang melakukan aktifitas di jalan seperti duduk-duduk di pinggir jalan ialah adanya perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang dapat menghina dan meremehkan orang lain. Padahal perbuatan dan perkataan seperti itu sangat bertentangan dengan al-Qur‟an, yaitu:

15

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitāb al-Maẓālim (46), Bāb Afnaitu al-Dūr wa

al-Julūs Fihā(22). Lihat Muḥammad Fu‟ād „Abd al-Bāqi, Al-Lū’lū’ wa Marjān FimāIttaqafa ‘Alaihi al-Shaikhānī al-Bukhārī wa Muslim, terj. Arif Rahman Hakim, Kumpulan Hadis Shahih Bukhari-Muslim (Sukoharjo Jawa Tengah: Insan Kamil Solo, 2013), cet. 11, h. 641-642.


(20)

                                                                                                                 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat

lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujurāt [49]: 11-12).

Melihat fenomena yang terjadi seperti itu, maka penting sekali untuk mengetahui hal-hal yang mungkin dapat dijadikan sebagai pegangan dan pedoman dalam menyikapi hal tersebut, mengingat bahwa aktifitas seperti duduk-duduk di pinggir jalan yang sering dilakukan oleh sebagian masyarakat merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan.

Informasi yang menjelaskan secara tegas tentang kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang duduk-duduk di pinggir jalan dan apa saja dampak negatif yang ditimbukan di dalamnya serta bagaimana bagaimana perkembangan nongkrong itu sendiri dari masa kemasa. Membahas satu hadis


(21)

yang menjelaskan tentang nongkrong di pinggir jalan termasuk sesuatu yang sangat penting. Karena hadis tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk menjawab salah satu problem yang dihadapi masyarakat pada masa sekarang ini. Penelitian ini juga sekaligus dapat dijadikan sebagai bukti bahwa sumber hukum Islam ini masih tetap relevan atau tidak jika dikontekskan pada zaman sekarang.

Dari pemaparan di atas, penulis merasa tergugah untuk melihat lebih jauh lagi bagaimana sesungguhnya hadis memberikan landasan atau pedoman hukum terhadap persoalan nongkrong di pinggir jalan. Oleh karena itu penulis memilih judul “NONGKRONG DALAM PERSPEKTIF HADIS”.

B. Pembatasaan dan Perumusan Masalah

Ada banyak masalah atau dampak buruk dari kegiatan nongkrong dipinggir jalan yang sering ditimbulkan oleh mereka atau para remaja (khususnya) yang hobi nongkrong ini seringkali menimbulkan efek yang negatif. Semisal, bergunjing/ghibah, merokok, berjudi, minum-minuman keras dan lain sebagainya.

Penulis dalam melakukan penelitian ini melakukan pembatasan agar dalam penelitian ini lebih terfokus dan tidak melebar dari koridor penelitian yang penulis lakukan.

Dalam pelacakan kata ُ ُجا َ ُا َ dalam kutūb al-Sittah, penulis menemukan terdapat dalam riwayat al-Bukhārī dalam Kitāb al-Maẓālim, Bāb Afnaitu al-Dūr wa al-Julūs Fihā (2333 dan 2465) dan Bāb Qauluhu [Ya Iyuhā al-Ladhīna] (6229). Riwayat Muslim dalam Bāb al-Nahy ‘an al-Julūs (2121 dan 5685) dan Bāb Man aq al-Julūs (2161 dan 5774). Riwayat Abī Dawūd dalam


(22)

Untuk menghindari pembiasan dalam memahami penelitian ini, penulis memberikan batasan mengenai penelitian ini hanya menggunakan hadis riwayat al-Bukhārī dalam Kitāb al-Maẓālim, Bāb Afnaitu al-Dūr wa al-Julūs Fihā. Hadis ini yang berkaitan Nongkrong di pinggir jalan sebagai sebuah metode ilmiah dalam tataran teoritis, bagaimana kondisi disaat hadis ini ada pada masa nabi sehingga penulis perlu menyajikan asbabul wurud dari hadis ini untuk menyingkronisasikannya dengan kondisi kekinian, termasuk menggali substansi matan hadis dan muatan-muatan yang terkandung di dalamnya.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemaknaan nongkrong dalam pandangan hadis Nabi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan permasalahan di atas, orientasi penelitian ini diarahkan pada upaya memahami serta menganalisis kandungan hadis. Jelasnya, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemaknaan nongkrong dalam pandangan hadis.

Manfaat dari penulisan skripsi ini:

1. Memberikan gambaran bahwa bagaimana pemaknaan nongkrong yang baik dan sesuai dengan anjuran nabi.

2. Agar dapat mengungkap data-data hadis yang bekaitan dengan nongkrong di pinggir jalan dan menemukan bukti data kualitas hadis yang dapat dijadikan pedoman.


(23)

3. Memenuhi tugas akhir perkuliahan untuk mencapai gelar kesarjanaan Strata Satu (S-1) pada jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi ini dengan skripsi yang lain, terlebih dahulu penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi acun penulis untuk tidaka mengangkat metodologi atau pendekatan yang sama, sehingga kajian yang penulis lakukan tidak terkesan plagiat dari kajian yang telah ada.

Berdasarkan pengamatan pencarian yang penulis lakukan, penulis belum menemukan skripsi yang secara khusus membahas tentang nongkrong di pinggir jalan dalam perspektif hadis. Hanya ada satu skripsi yang membahas tentang tema “Hak Bagi Pengguna Jalan dalam Kitāb Sunan Abū Dawud”16. yang mana judul tersebut hanya menjelakan hadis tentang hak bagi pengguna jalan saja dan meneliti atau mentakhrij sanad dan matannya.

Kajian yang penulis lakukan dalam skripsi ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Akhmad Nggufron, walaupun membahas tema yang hampir sama, namun Akhmad Nggufron hanya fokus kepada pentakhrijan hadis, sedangkan skripsi ini lebih fokus mendalami bagaimana hadis memandang kebiasaan nongkrong yang sering dilakukan oleh masyarakat khususnya para remaja yang

16

Akhmad Nggufron “Hak Bagi Pengguna Jalan Dalam Kitab Sunan Abu Daud” (Skripsi


(24)

sering dijumpai di pinggir jalan, sehingga nabi perlu memberi batasan seperti apa nongkrong yang dianjurkan. melihat dampak negatif dari nongkrong di pinggir jalan ini sering meresahkan warga yang melintasi jalan.

E. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau teknis yang dilakukukan dalam penelitian ilmiah yaitu proses dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.17

Untuk mencapai hasil yang optimal, sistematis, metodis, juga secara moral dapat diperanggungjawabkan, maka sebuah penelitian atau penulisan haruslah mempunyai metode tertentu sebagai sebuah sistem atuaran yang menentukan jalan untuk mencapai pengertian baru pada bidang ilmu pengetahuan tertentu.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji dan menelaah sumber atau buku-buku yang ada relevansinya dengan tema yang akan dikaji lebih dalam.18 Karena data yang digunakan berasal dari bahan-bahan kepustakaan. Adapun sumber penulis terbagi menjadi dua kategori, yaitu sumber primer dan sumber data sekunder. Sumber data primernya adalah penggambaran pemaknaan nongkrong sebagaimana makna yang terkandung dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Sedangkan data sekunder,19 yaitu data yang memberikan informasi

17

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),

h. 24. 18

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1996), h. 245. 19


(25)

tambahan tentang topik yang dibahas, berkaitan dengan nongkrong seperti Kenakalan Remaja, Problem Remaja, Kriminologi dan Remaja serta buku-buku yang bersifat melengkapi seperti yang sejenisnya.

Lankah pembahasan yang penulis lakukan dalam penulisan skripsi ini adalah memakai metode deskriptif-analitis20 yaitu menjelaskan hadis Nabi tentang pemaknaan nongkrong dalam hadis tersebut sebagaimana dalam Sharaḥ Fatḥ al-Bārī karya Ibn ajar al-Asqalānī yang penulis pilih.

Adapun pedoman yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah buku “Pedoman Akademik-Tehnik Penulisan Makalah dan Skripsi” yang disusun oleh Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah jakarta, tahun 2006-2007.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi empat bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub-sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyususnan serta mempelajarinya, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penilitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan.

Bab kedua membahas tentang Nongkrong dalam Perspekif Sosiologi Remaja. Juga akan dibahas tentang pengertian nongkrong, faktor yang menyebabkan seseorang/remaja suka nongkrong, dampak positif dan negatif nongkrong, serta bagaimana cara mengatasi remaja yang suka menongkrong.

20

Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatan (Yogyakarta: YPI


(26)

Bab ketiga membahas Kajian Matan Hadis Tentang Nongkrong di Pinggir Jalan yang meliputi di antaranya: Nongkrong dalam pandangan hadis Nabi; seperti Menundukan Pandangan, tidak mengganggu orang yang melintas di jalan, menjawab salam dan menyuruh kebaikan. pembahasan selanjutnya penulis juga membahas tentang penjelasan faedah hadis dan istinbath hukum, kehujjahan hadis, serta Asbabul Wurud hadis Nongkrong di Pinggir jalan.

Bab empat, bab ini merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, juga memuat saran-saran yang diperlukan.


(27)

14 BAB II

NONGKRONG DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI REMAJA

Pada bab ini, penulis mengulas berbagai permasalahan yang dialami oleh kalangan remaja saat ini. Dengan ini penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimana kondisi remaja yang suka nongkrong, apakah ada dampak positif ataukah ada dampak negatif yang ditimbulkan. Maka, perlu adanya kajian lebih serius agar memberi manfaat bagi setiap kalangan. Oleh karena itu penulis memberi gambaran sebagai berikut:

A. Pengertian Nongkrong

Pengertian nongkrong dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata tongkrong/ tong.krong/me.nong.krong artinya: “ berjongkok, duduk-duduk saja karena tidak bekerja, berada di suatu tempat1. Mira mengartikan nongkrong sebagai kongko-kongko bersama teman, biasanya seumur, melibatkan pembicaraan segala macam hal, mulai dari yang remeh sampai yang serius.2 Berbeda dengan Andre, ia mengartikan kata itu berarti “sedang duduk nongkrong di suatu tempat/lokasi”. Bisa dilakukan sendiri atau dengan teman-teman.3 Selain Mira dan Andre, Mantos mengartikan nongkong sebuah kegiatan jongkok sambil ngobrol tidak jelas tujuannya. Bisa memakan waktu sangat lama.4 Nongkrong, kata ini pasti sudah tidak asing lagi buat anak anak yang bisa di bilang gaul.

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://kbbi.web.id/tongkrong

2

Mira, “Arti Kata Nongrong”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari

http://kitabgaul.com/word/nongkrong 3

Andre, “Kongkow”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari

http://kitabgaul.com/word/kongkow 4

Mantos, “Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari


(28)

Dalam beberapa orang nongkrong itu punya arti, sebagian arti nongkrong adalah sebagai tempat ketemu teman dan sharing dan sebagiannya lagi sedang galau.5

Dalam arti lain, nongkrong merupakan gabungan dari dua kata yaitu „ngonkong‟ dan „nagkring‟, namu lebih dikenal sebagai kegiatan berkumpul, berbincang, bercanda dan bersantai disuatu tempat yang dilakukan sendiri ataupun beramai-ramai.6

Istilah nongkrong mungkin sudah tidak asing lagi dilingkungan masyarakat, ketika mendengar kata nongkrong mungkin yang terbayang adalah anak muda, gitar-gitaran, nyanyi-nyanyian, teriak-teriak, atau kegiatan yang mengacu pada hal yang tidak bermanfaat atau bahkan meresahkan orang sekitar.7

Di zaman Rasulullah Budaya nongkrong ini sudah tidak bisa lagi dilepaskan dalam lingkungan masyarakat umum. sehingga pada suatu hari Rasul mendapati para sahabat yang asyik menongkrong di pinggir jalan. Rasul bersabda, “Berhati-hatilah duduk-duduk di pinggir jalan”. Para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah, bagi kami sesuatu yang tidak dapat kami tinggalkan. Dalam berkumpul itu kami berbincang-bincang.” Nabi saw menjawab, “Kalau memang suatu keharusan, maka berilah jalan itu haknya.” Mereka bertanya lagi, “Apa yang dimaksud haknya itu, ya Rasulullah?” Nabi saw menjawab, “Palingkan pandanganmu dan jangan menimbulkan gangguan. Jawablah tiap ucapan salam dan ber-amar ma’rūf nahī munkar.” (HR. al-Bukhārī dan Muslim)

5

Yudha Prayogi, “Arti Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari

http://wekawek.blogspot.com/2012/08/arti-nongkrong.html 6

Shane, “Arti Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 15 Januari 2014 dari

http://shanexa.wordpress.com/author/shanexa/ 7

Shane, “Apa Sih itu Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 15 Januari 2014 dari


(29)

Melihat penjelasan Nabi di atas, nongkrong bukanlah kegiatan yang dilarang sama sekali dalam Islam, namun ada batasan-batasan disana yang harus ditaati seperti menundukkan pandangan, menjawab salam dan lain sebagainya. namun dikalangan masyarakat umum, nongkrong lebih banyak dilakukan oleh anak-anak muda atau remaja untuk menghabiskan waktu senggang mereka. jika saja hal yang mereka lakukan mengacu pada apa yang telah nabi anjurkan dalam menongkrong, itu akan menjadi kegiatan nongkrong yang positif. Namun faktanya, nongkrong tak lagi banyak memberi manfaat baik bagi pengguna jalan ataupun warga sekitar. kejahatan seperti mabuk-mabukan, mengggoda pengguna jalan, merokok bahkan berjudi menjadi pemandangan yang biasa ditemukan ketika ada sekelompok orang nongkrong di pinggir jalan.

Dengan fenomena remaja yang suka nongkrong di tepi jalan, hendaklah ada tindakan-tindakan pencegahan yang dapat mengurangi penjamuran remaja yang suka nongkrong ini karena jika dibiarakan akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Hendaklah para remaja-remaja ini dibimbing dan dibina ke perkumpulan ceramah-ceramah atau tausiah agama, karena selain mempererat kekuatan umat Muslim juga akan menghindari dari dampak negatif nongkrong yang tidak bermanfaat ini.

B. Faktor Yang Menyebabkan Remaja Suka Menongkrong

Perkembangan sosial pada masa remaja menuntut remaja untuk memisahkan diri dari orang tuanya dan menuju ke arah teman-teman sebayanya. Hal itu merupakan proses perkembangan remaja, yaitu bahwa secara naluriah


(30)

anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi “dependent” (ketergantungan) ke posisi “independent” (bersikap mandiri). Melepaskan diri dari orang tuanya merupakan salah satu bentuk dari proses perkembangan tersebut.8 Menurut Erikson ditinjau dari perkembangan sosial menamakan proses ini sebagai pencarian identitas diri, yaitu menuju pembentukan diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian. Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa, pada jenjang ini kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya, Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.

8

Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta: Citra Press, 2001),


(31)

Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya. Menurut Erick Erison, bahwa masa remaja terjadi masa krisis, masa pencarian jati diri. Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural.Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok-kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.9

Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja terbagi menjadi dua bagian, yakni faktor remaja itu sendiri (internal) dan faktor dari luar (eksternal).

1. Faktor Internal

Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor Eksternal

Faktor ini sangat berpengaruh besar terhadap remaja saat ini, antara lain:

9

Sari Yunita, Fenomena dan tantangan Remaja Menjelang Dewasa (Yogyakarta:


(32)

a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Ini menunjukkan bahwa faktor yang berkenaan dengan orangtua secara umum tidak mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.10

b. Teman sebaya yang kurang baik

Teman sebaya adalah hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.11

c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.12

C. Dampak Positif dan Negatif dari Nongkrong

Kegiatan ini banyak sekali dilakukan oleh banyak orang bahkan hampir semua orang. Kegiatan “nongkrong” di sini ialah berkumpul dalam suatu kumpulan untuk menbicarakan pelajaran (berdiskusi), berkumpul untuk melakukan ekstrakulikuler dan lain-lain. Contohnya yaitu wawasan dapat

10

Atmasasmita Romli, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja (Bandung: Yuridis Sosk

Kriminologi, 1993), h. 56. 11

Jhon W santrock, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 114.

12

Haryanto, “Kenakalan Remaja”, artikel ini diakases pada tanggal 23 Maret 2014 dari


(33)

bertambah, saling memahami sesama teman, saling bertukar pikiran dengan sesama teman “nongkrong” dan masih banyak lagi.

Tujuan utama nongkrong dalam kegiatan positif adalah meningkatkan generasi muda yang berakhlak mulia, bermoral yang baik, berbudi pekerti yang baik, sedangkan tujuan yang lain adalah menunjang kreavitas generasi muda dan mengikuti semua kegiatan yang baik guna melancarkan komunikasi antarpelajar, di samping itu pula dapat meningkatkan minat siswa dan mengembangkan bakat pada diri siswa, namun bila dikaitkan program di sekolah tujuan “nongkrong” yang bersifat positif yaitu:

1. Menanamkan rasa cinta kepada Sang Pencipta contohnya mengikuti kegiatan Rohis dan Rokris.

2. Mempererat tali silaturrahmi antarpelajar.

3. Mengarahkan siswa agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. 4. Membuat siswa agar dapat bertemu dengan temannya.

5. Meningkatkan rasa kepedulian antar siswa.13

Adapun dampak nongkrong, nongkrong biasanya identik dengan menghabiskan waktu secara sia-sia bersama dengan teman-teman. Sebenarnya masih ada banyak kegiatan bermanfaat lain yang bisa dilakukan, namun karena faktor solidaritas sesama teman, bisa memaksa seseorang yang tidak suka nongkrong menjadi anak nongkrong. Orang yang gemar nongkrong akan rela menghabiskan banyak waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya.

13Suli, “Mengharap Generasi Penerus Bangsa”,

artikel ini diakses pada 14 Mei 2014 dari http://nongkrongdisiniyuk.blogspot.com/2012/05/mengharap-generasi-penerus-bangsa.html


(34)

Hal yang sering dijumpai ketika ada satu perkumpulan biasanya pembahasan yang mereka bicarakan tidak luput dari membicarakan seseorang terlebih mereka sering membahas tentang kekurangannya. inilah yang dikhawatirkan pula oleh nabi sehingga beliau pun juga menganjurkan untuk menjauhi nongkrong di pinggir jalan sebab tepi jalan adalah majelis setan seperti hadis beliau yang berbunyi;

)

ِا ّلا ِ َ ِا َلْ ّلا ِيُلُس ْ ِم ٌي ِلَس َهّ ِ َ

14

.(

“Sesungguhnya (tepi) jalanan itu adalah salah satu dari jalan-jalan setan atau neraka”.

Berkumpul tanpa tujuan yang jelas, tentu saja dapat menyebabkan membuang waktu yang sangat berharga dengan percuma. Ketika hal ini dilakukan di pinggir jalan, maka tidak hanya membuang waktu, kemungkinan untuk menimbulkan keburukan juga meningkat. Beberapa kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang yang suka nongkrong:

1. Ghibah (membicarakan keburukan orang lain)

Nongkrong adalah tempat faforit untuk berkumpul bersama teman-teman. Banyak hal yang dilakukan disaat menongkrong salah satunya adalah mengobrol, biasanya obrolan yang paling asyik diperbincangkan adalah menceritakan kejelakan seseorang. Seorang muslim menggunjing saudaranya sesama muslim tanpa merasa berdosa sedikitpun. Mereka asyik dengan gunjingannya itu, dan puas mengupas tuntas kejelekan, kelemahan, dan kesalahan saudaranya, yang

14Lihat Fatḥ al


(35)

semestinya dicintai, dikasihi dan dijaga nama baiknya karena Allah. Inilah yang disebut dengan ghibah.

Secara bahasa, kata “ghibah” ( ل ) berasal dari akar kata “ghāba, yaghību” (ب غ ) yang artinya tersembunyi, terbenam, tidak hadir, dan tidak tampak. Kita sering menyebut kata “ghaib”, yang berarti tidak hadir.

Pengertian ghibah secara istilah adalah mengatakan sesuatu yang benar tentang seseorang di belakangnya tetapi hal itu tidak disukai oleh orang yang dibicarakan.15 Atau dalam definisi lain ghibah diistilahkan dengan perbuatan membicarakan sesuatu yang terdapat pada diri seorang Muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan) baik dalam soal jasmaniahnya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriahnya dan sebagainya. Sebagaimana definisi ini telah diterangkan dalam sebuah hadis:

نَأ َةَرْ يَرُ َِِأ ْنَع ِه ِبَأ ْنَع ِءَََعْلا ِنَع ُل ِعاَْمِإ اَنَ ثدَح اوُلاَق ٍرْ ُح ُنْباَو ُةَبْ َ تُ قَو َبويَأ ُنْب ََََْ اَنَ ثدَح

ِهللا َلوُسَر

-ملسو ه لع ها ىلص

َلاَق

«

ُةَب ِغْلا اَم َنوُرْدَتَأ

»

.

ُمَلْعَأ ُهُلوُسَرَو ُهللا اوُلاَق

.

َلاَق

«

َكُرْكِذ

َُرْ َي اَِِ َكاَ َأ

»

.

َلاَق ُلوُقَأ اَم ىِ َأ ِِ َناَك ْنِإ َتْيَأَرَ فَأ َل ِق

«

ْنِإَو ُهَتْبَتْغا ِدَقَ ف ُلوُقَ ت اَم ِه ِف َناَك ْنِإ

ُهتَهَ ب ْدَقَ ف ِه ِف ْنُ َي َْ

».

16

Dikisahkan Yaḥya bin Ayyūb dan Qutaiba dan Ibn ajar mengatakan Ismā‟īl memberitahu kami tentang Ala dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw telah bersabda: “Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda:“(Ghibah itu) adalah engkau mengatakan tentang saudaramu mengenai apa yang ia benci.” Dikatakan kepada beliau: “Apakah pendapatmu jika yang ada pada saudaraku sesuai apa yang saya katakan.” Beliau bersabda: “Jika yang ada padanya sesuai apa yang engkau katakan, maka itulah ghibah, dan jika tidak sesuai yang ada padanya, maka sungguh engkau telah mendustakannya.” (HR. Muslim).

15 Ahmad Syahrin Thoriq, “Ghibah”, artikel ini diakses pada 1 Februari 2014 dari http://nahnudai.blogspot.com/

16


(36)

Shaikh Abū Isḥāq al- uwainī menjelaskan dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Ibn Mas‟ūd ra berkata:”Ghibah adalah engkau menyebutkan apa yang kau ketahui pada saudaramu, dan jika engkau mengatakan apa yang tidak ada pada

dirinya berarti itu adalah kedustaan”,17 Contoh ghibah misalnya kita mengatakan tentang seseorang: ”Dia dari keturunan orang rendahan, atau dia akhlaknya jelek, orang yang pelit, atau dia pendusta, dia tukang makan atau dengan perkataan „si fulan lebih baik dari pada dia‟ dan lain-lain.

Ulama sepakat tentang keharaman perbuatan ghibah. Bahkan sebagian para ulama ahli tafsir dan ahli fiqih berpendapat bahwa ia termasuk dari golongan dosa besar. Imām al-Qurṭubī menjelaskan dalam tafsirnya, “Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama bahwa ghibah termasuk dosa besar, dan barang siapa mengghibah seseorang, maka ia harus bertaubat kepada Allah.18 Sebagaimana firman-Nya:                                                          

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Hujurāt: [49]:12)

17

Kitab al-Samt no 211, berkata Shaikh Abū Isḥāq al- uwainī: “Rijal-nya (para

perawinya) thiqah(terpercaya)”

18 Abū „Abdillāh Muḥammad al

-Qurṭubī, al-Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’ān, terj.

Fathurrahman dan Ahmad Hotib, Ta‟līq: Muḥammad Ibrahīm al-Hifnawī, takhrīj: Maḥmūd amid


(37)

Dari ayat yang telah disebutkan Allah swt telah menyamakan ghibah dengan perbuatan kanibal, yakni memakan daging sesama manusia yang bahkan telah menjadi bangkai. Ini adalah gambaran sangat buruknya ghibah seperti buruknya kanibalisme yang juga amat sangat dibenci oleh jiwa manusia.

Gambaran buruknya perbuatan ghibah juga diberikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Qais: „Amrū bin Al-„Aṣ ra melewati bangkai seekor bighal (hewan hasil persilangan kuda dengan keledai), lalu beliau berkata, “Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang Muslim).” (HR. al-Bukhārī).19

Al-Ᾱmīr al-Ṣan‟ānī menjelakan sebagaimana al-Zarkashī berkata: “Dan sungguh aneh orang yang menganggap bahwasanya memakan bangkai dan daging manusia sebagai dosa besar, (tetapi) tidak menganggap bahwasanya ghibah juga sebagai dosa besar, padahal Allah menempatkan ghibah sebagaimana memakan bangkai daging manusia. Hadis-hadis yang memperingatkan ghibah sangat banyak sekali yang menunjukan kerasnya pengharaman ghibah.20

Imām al-Ghazālī dan Imām al-Baihāqī meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah saw bersabda, “Janganlah sekali-kali kamu melakukan pergunjingan, karena pergunjingan itu lebih berat dari perzinaan. Karena, jika seseorang yang berzina kemudian bertobat maka Allah mengampuninya. Sedangkan penggunjing

19

Lihat al-Qurṭubī, al-Jāmi’, h. 110.

20

Muḥammad bin al-Amīr al-Ṣan‟ānī, Subūl al-Salām Syarah Bulūgh al-Marām (Beirut:


(38)

tidak akan diampuni Allah, sebelum orang yang digunjingkan itu

memaafkannya.”

Adapun bahaya ghibah sebagaimana peringatan Allah dan Rasul-Nya tentang larangan berbuat ghibah dalam kehidupan, karena dapat merusak hubungan persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah islāmīyah). Padahal kita diperintahkan untuk saling bersaudara, saling menghargai, dan saling menguatkan.

Ghibah dapat merusak keharmonisan keluarga, tetangga, teman sekerja dan siapapun, bahkan dapat memecah-belah dan meruntuhkan sebuah organisasi atau negara. Sejarah telah membuktikan, bagaimana sebab-sebab terjadinya perpecahan yang melanda umat Islam dulu dan sekarang di antaranya adalah ketika ghibah sudah meraja-lela.

Rasulullah saw pernah naik ke atas mimbar dan menyeru dengan suara yang lantang:

ْمِِِاَرْوَع اوُعِبتَ ت َََو اوُرِ َعُ ت َََو َْنِمِلْسُما اوُذْؤُ ت ََ ِهِبْلَ ق ََِإ ُناَِْْْا ِضْ َ ي َْ َو ِهَناَسِلِب َنَمآ ْنَم َرَشْعَم اَي

ِهِلْحَر ِوْوَج ِ وَلَو ُهَل ُهْحَ ْ َ ي ُها ِعَبتَ ي ْنَمَو ُهَتَرْوَع ُها َعَبتَ ت ِمِلْسُمْلا ِهْ ِ َأ َةَرْوَع ْعِبتَ ي ْنَم ُهنِإَف

“Wahai segenap manusia yang masih beriman dengan lisannya, namun iman itu belum meresap ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti kaum muslimin, dan janganlah kalian melecehkan mereka, dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan-kesalahan mereka. Karena sesungguhnya barangsiapa yang sengaja mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahan-kesalahannya. Dan barang siapa yang dikorek-korek kesalahannya oleh Allah maka pasti akan dihinakan, meskipun dia berada di dalam bilik


(39)

Demikian juga ghibah bisa menyebabkan rusaknya akhlaq, hati dan jatuhnya kehormatan seorang muslim. Padahal kita diperintahkan untuk menjaga hal-hal tersebut dari kerusakan.

2. Merokok

Di antara kemaksiatan yang tersebar di tengah masyarakat Muslim dan banyak orang yang terjebak padanya adalah perbuatan nongkrong dibarengi dengan ghibah dan merokok. Tidak tersembunyi bagi orang yang memahami (maqa id sharī’ah) kemaslahatan yang diinginkan oleh syari‟at bahwa merokok adalah perbuatan yang diharamkan, hal itu dilihat dari beberapa segi:

Pertama; Rokok termasuk barang yang buruk dan Allah swt telah berfirman:



                                                                            

“(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Qur’an), mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. al-A‟rāf: 157)


(40)

Tidak diragukan lagi bahwa merokok termasuk keburukan, dan tidak ada yang mengingkari bahayanya kecuali orang yang sombong, atau orang yang mengikuti hawa nafsu, dan banyak orang meminum khamar serta kecanduan dengan obat-obat terlarang karena diawali oleh rokok lalu berkembang kepada yang labih bahaya, sekalipun mereka telah diingatkan: bahwa penelitian medis menunjukkan 80% dari orang yang kecanduan obat-obat terlarang dimulai dari merokok.

Kedua; Merokok adalah bentuk menjerumuskan diri pada kehancuran. Allah swt berfirman: “...dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan dan berbuat baiklah, sesungguhnya Allah mencintai

orang-orang yang berbuat kebaikan”.(QS. al-Baqarah: 195).

Di dalam al-Ṣaḥīhainī dari Abī Hurayrah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang menelan racun lalu dia membunuh dirinya dengan racun tersebut, maka racun itu akan berada pada tangannya yang akan ditelannya di dalam api nerakan Jahannam dia kekal untuk selamanya padanya, dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu di tangannya yang akan memukul perutnya di dalam neraka Jahannam untuk selama-lamanya”.21 Di dalam al-Ṣaḥīhainī dari Thābit al-Dhahāk bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia maka dia akan disiksa dengannya pada hari kiamat”.22

Dan tidak diragukan lagi bahwa apabila orang yang merokok mati disebabkan oleh rokok tersebut maka dia dianggap telah membunuh dirinya

21

Al-Bukhārī no: 5778 dan Muslim: no: 109

22


(41)

dengan kandungan racun yang terdapat di dalam rokok sekalipun proses terbunuhnya tersebut agak lambat, sebab tidak ada perbedaan antara para ulama bahwa orang yang melangkah untuk membunuh dirinya baik dia mati dengan cepat atau lambat, dia tetap berdosa dengan perbuatannya tersebut.

Ketiga: Merokok dapat mengganggu kesehatan badan. Dan para dokter telah memperingatkan dengan keras terhadap akibat merokok ini, mereka berkata, “Rokok tersebut mengandung beberapa unsur racun, di antaranya adalah racun nikotin, dan seandainya dua tetes racun ini diteteskan pada mulut anjing maka dia pasti mati pada saat yang sama, dan jika diteteskan pada mulut onta sejumlah lima tetes maka dia akan mati pada saat yang sama dan seorang dokter pernah berkata, “Sesungguhnya jumlah nikotin yang teradapat pada satu batang rokok sudah cukup untuk membunuh manusia jika dituangkan pada manusia melalui urat leher, dan disebutkan dalam sebuah cerita bahawa dua orang bersaudara saling bertaruh siapakah di antara mereka berdua yang paling banyak merokok, maka salah seorang dari mereka mati sebelum mengisap rokok yang ke tujuh belas dan yang lain sebelum habis mengisap rokok yang ke delapan belas.

Di antara penyakit yang ditimbulkan oleh merokok adalah penyakit kanker. Para dokter berkata, “Sesungguhnya banyak para penderita kanker yang mengidap penyakit ini disebabkan oleh merokok, begitu juga dengan penyakit lever dan saluran alat pernapasan. Diriwayatkan oleh Imām Aḥmad di dalam musnadnya dari Ibn Abbās bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak ada

mudharat dan memudharatkan orang lain”.23

23


(42)

Keempat: Mengisap rokok adalah bentuk menyia-nyiakan harta. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. al-Isrā‟: 27). Tidak diragukan lagi bahwa perokok adalah orang yang paling pemboros, seandainya kita melihat seseorang yang sedang memegang uang di tangannya lalu dia membakarnya maka kita akan mengatakan bahwa dia gila.

Diriwayatkan oleh al-Turmudhī di dalam sunannya dari Abī Barzah al-Aslāmī bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Tidak akan melangkah dua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga dia akan ditanya tentang umurnya di manakah dia habiskan, tentang ilmunya apakah yang diperbuat dengannya,

tentang hartanya dari manakah dia dapatkan dan kemanakah disalurkan”.24

Kelima: Bahaya merokok tidak hanya terhenti pada pelakunya, bahkan bahayanya bisa menyebar kepada istrinya, anak-anaknya, keluarga dan teman duduknya dan hal itu telah diakui oleh para dokter, bahkan tindakan ini telah membawa pada tercemarnya udara dengan gas beracun yang dipancarkannya, dan telah dijelaskan dalam hadits sebelumnya: Tidak ada mudharat dan

memudharatkan orang lain”.25

Keenam: Merokok akan menimbulkan bau tidak sedap yang bersumber dari mulut, badan dan pakaian perokok, dia akan menganggu teman duduknya, terlebih pada saat memasuki mesjid dan bercampur dengan orang-orang yang shalat. Nabi Muhammad saw telah memerintahkan kepada orang yang menebarkan bau bawang untuk keluar dari mesjid, padahal kedua barang tersebut

24

Al-Turmudhī dalam Sunannya: 4/612 no: 2426

25


(43)

dihalalkan oleh Allah swt, lantas sekeras apakah larangannya jika perkara tersebut berkaitan dengan perokok?. Dan Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa yang telah memakan bawang merah dan bawang putih serta bawang bakung maka janganlah dia mendekati mesjid kita, sebab para malaikat merasa terganggu dengan sesuatu yang bisa menganggu anak Adam”.26

Di antara perkara yang perlu diingat bahwa harus memboikot semua toko yang menjajakan racun kepada manusia, dan sebaliknya mendukung toko-toko yang tidak menjual rokok, dan inilah bentuk kerja sama dalam urusan kebaikan dan taqwa. Allah swt berfirman: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. al-Mā‟idah: 2)

Sebagian orang terkadang berkata: Aku tidak bisa meninggalkan rokok, maka dikatakan kepadanya: Anda mampu meninggalkan rokok pada bulan ramadhan lebih dari sepuluh jam, maka masalahnya adalah membutuhkan tekad dan keinginan yang kuat, banyak orang yang telah mencobanya dan merasa bosan pada saat pertama, namun karena Allah swt telah mengetahui kebaikan niatnya maka Dia membantunya dan akhirnya meninggalkan merokok. Allah swt berfirman: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. al-Ankabūt: 69)

26


(44)

Terdapat banyak klinik untuk menanggulangi kecanduan merokok, yang dikelola oleh orang-orang profesional, dan Allah swt memberikan manfaat dengan keberadaanya sebab banyak para pecandu rokok meninggalkan rokok setelah mereka mendatangi poliklinik ini dan berobat dengan semestinya.

Diriwayatkan oleh Imām Aḥmad dari Abī Qatadah dan Abī Daḥma‟ bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali Dia akan menggantikan bagimu

dengan sesuatu yang lebih baik darinya”.27

3. Berjudi dan Minum-minuman Keras

Secara etimologi, khamr berasal dari kata “khamar” ( َ َ َ ) yang bermakna satara ( َ َ َس), artinya menutupi. Sedang khammara ( َ ّ َ ) berarti memberi ragi. Adapun al-khamr diartikan arak, segala yang memabukkan.28 Adapun menurut tafsir al-Lubāb terdapat empat sebab mengapa disebut khamr. Pertama karena menutupi akal, kedua dari kata “khimār” yang bermakna menutupi wanita, ketiga dari “al-khamaru” yang berarti sesuatu yang bisa dipakai bersembunyi dari pohon dan tumbuhan atau dengan kata lain semak-semak, dan yang keempat dari “Khāmir” yang bermakna orang yang menyembunyikan janjinya.29

Secara terminologi, terdapat berbagai qaul ulama mengenai pengertian khamr. Di dalam tafsir al-Alūsī, disebutkan bahwa makna khamr ialah zat yang

27

Musnad Imām Aḥmad dan sanadnya shahih dengan syarat Muslim: 1/62

28

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), h. 368 29

Tafsir al-Lubāb dalam CD ROM al-Maktabah al-Syamilah (Pustaka Ridwan:2008), h.


(45)

memabukkan dan terbuat dari sari anggur atau semua zat (minuman) yang dapat menutupi dan menghilangkan akal ( ي عا م خ م يا بلعا ع م ذخ ا لس ا ه ب شأ م ه لغ ).30

Sedangkan menurut pendapat Abū anifah, yang dimaksud khamr adalah nama jenis minuman yang dibuat dari perasan anggur sesudah dimasak hingga mendidih serta mengeluarkan buih dan kemudian menjadi bersih kembali. Sari dari buih itulah yang memabukkan.31 Dengan definisi ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa menurut Abū anifah jenis minuman yang tidak terbuat dari anggur tidak disebut khamr melainkan masuk kategori nabīdz (ذ ل ). Ini juga merupakan pendapat ulama-ulama Kuffah, al-Nakhā‟ī, al-Thaurī dan Abī Lailā. Namun menurut penulis sendiri, baik itu khamr maupun nabīdz ketika mengandung zat yang dapat memabukkan dan menghilangkan akal, maka hukumnya sama saja, yaitu haram. Sebagaimana sabda Rasulullah ketika ditanya Ᾱ‟ishah tentang hal tersebut:

َةَشِئاَع نَأ ِنَْمرلا ِدْبَع ُنْب َةَمَلَس وُبَأ َِِرَ بْ َأ َلاَق ِىِرْزلا ِنَع ٌبْ َعُش اَنَرَ بْ َأ ِناَمَ ْلا وُبَأ اَنَ ثدَح

اهنع ها ى ر

ِهللا ُلوُسَر َلِئُس ْتَلاَق

ملسو ه لع ها ىلص

، ِلَسَعْلا ُذ ِبَن َوَْو ِعْتِبْلا ِنَع

ِهللا ُلوُسَر َلاَقَ ف ، ُهَنوُبَرْشَي ِنَمَ ْلا ُلَْأ َناَكَو

ملسو ه لع ها ىلص

«

َوْهَ ف َرَ ْسَأ ٍباَرَش لُك

ٌماَرَح

»

.

Dikisahkan Abū al-Yamān mengatakan kepada kami Shu‟aib dari Zuhrī mengatakan kepadaku Abū Salamah bin Abd al-Raḥmān meriwayatkan dari Ᾱ‟ishah ra, ia berkata, pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw. tentang bit'u (minuman keras yang terbuat dari madu dan biasa dikonsumsi

30

Al-Alūsi, Rūḥ al-Ma’ānī dalam CD ROOM al-Maktabah al-Syamilah (Pustaka

Ridwan, 2008) h. 123. 31

Al-Alūsi,Rūḥ al-Ma’ānī dalam CD ROOM al-Maktabah al-Syamilah (Pustaka


(46)

penduduk Yaman). Lantas Rasulullah saw. bersabda, “Semua minuman yang memabukkan hukumnya haram.”32

Yang menjadi illat pada hadits tersebut adalah “memabukkan”. Oleh karena itu, minum nabīdz selagi tidak memabukkan itu dipebolehkan. Adapun hadis yang memperbolehkan meminum nabīdz adalah sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Muslim:

ِبِراَُُ ْنَع ٍناَنِس وُبَأ َةرُم ُنْب ُراَرِ اَنَ ثدَح ٍلْ َ ُف ُنْب ُدمَُُ اَنَ ثدَح ٍْرََُ ِنْب ِهللا ِدْبَع ُنْب ُدمَُُ اَنَ ثدَحَو

ِهللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق ِه ِبَأ ْنَع َةَدْيَرُ ب ِنْب ِهللا ِدْبَع ْنَع ٍراَثِد ِنْب

-ملسو ه لع ها ىلص

«

ِنَع ْمُ ُتْ َهَ ن

اًرِ ْسُم اوُبَرْشَت َََو اَهِلُك ِةَ ِقْسَْا ِِ اوُبَرْشاَف ٍءاَقِس ِِ َِإ ِذ ِبنلا

».

33

Sedangkan menurut al-Thabari dalam tafsirnya, al-khamr ialah segala jenis minuman yang dapat menutupi akal ه ع ىل ه س ي عا ّ ش يا.34 Adapun menurut jumhur ulama‟ (Mālikī, Shāfi‟ī dan anbalī), yang dimaksud dengan khamr ialah semua zat/barang yang memabukkan baik sedikit maupun banyak. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah saw dari Ibn „Umar:

ََََْ اَنَ ثدَح ََاَق ٍِِاَح ُنْب ُدمََُُو ََ ثُمْلا ُنْب ُدمَُُ اَنَ ثدَحَو

ُناطَقْلا َوَُو

اَنَرَ بْ َأ ِهللا ِدْ َ بُع ْنَع

ِِِنلا ِنَع َِإ ُهُمَلْعَأ َََو َلاَق َرَمُع ِنْبا ِنَع ٌعِفاَن

-ملسو ه لع ها ىلص

َلاَق

«

لُكَو ٌرََْ ٍرِ ْسُم لُك

ٌماَرَح ٍرََْ

».

35

Menceritakan Muḥammad bin al-Muthannā dan Muḥammad bin atim mengatakan kepada kami Yaḥyā al-Qaṭṭān dari „Ubaidillah mengatakan Nāfi‟ dari Ibn „Umar berkata, aku tahu tidak hanya tentang Nabi saw bersabda: Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr itu haram. (HR. Muslim).

32

Lihat Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, hadits no. 5158.

33

Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, bāb al-Nahī„an al-Intibādhī, juz 13, no. 286.

34

Ibn Jarīr al- abarī, Tafsīr al-Ṭabarīdalam CD ROOM al-Maktabah al-Syamilah

(Pustaka Ridwan:2008) h. 34. 35


(47)

Setidaknya ada 26 sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut dengan berbagai macam lafaznya.

Kemudian al-Maysir, dalam bahasa Arab, judi disebut س ا , yang berasal daripada akar kata yasira atau yasura yang bererti menjadi mudah atau yasara (memudahkan). Hal ini dapat difahami kerana judi menjanjikan keuntungan tanpa melalui cara yang wajar sebagaimana diajarkan dalam Islam.

Muḥammad Rashīd Riḍā, cendekiawan Islam yang berasal dari Mesir menafsirkan kata maysir dalam al-Qur‟an sebagai permainan untuk mencari keuntungan tanpa menggunakan akal dan bekerja keras.36

Al-Maisir (perjudian) terlarang dalam syariat Islam, dengan dasar al-Qur‟an, al-Sunnah, dan ijma‟. Dalam al-Qur‟an, terdapat firman Allah swt,

                        

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. al-Ma‟idah: 90).

Dari al-Sunnah, terdapat sabda Rasulullah saw dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī,

نَأ ِنَْمرلا ِدْبَع ُنْب ُدْ َُم َِِرَ بْ َأ َلاَق ٍباَهِش ِنْبا ِنَع ٍلْ َقُع ْنَع ُثْ للا اَنَ ثدَح ٍْرَ ُب ُنْب ََََْ اَنَ ثدَح

ِهللا ُلوُسَر َلاَق َلاَق َةَرْ يَرُ اَبَأ

ملسو ه لع ها ىلص

«

ِتَلاِب ِهِ ِلَح ِِ َلاَقَ ف ْمُ ْنِم َفَلَح ْنَم

ىزُعْلاَو

.

ُهللا َِإ َهَلِإ ََ ْلُقَ ْلَ ف

.

َكْرِماَقُأ َلاَعَ ت ِهِبِحاَصِل َلاَق ْنَمَو

.

ْقدَصَتَ ْلَ ف

».

Menceritakan Yahya bin Bakir memberitahu kami Laith tentang „Aqīl Ibn Shihāb mengatakan, mengatakan kepada saya umaid bin „Abd

36Rahman, “

Pengertian Berjudi dalam Islam dan Jenis Berjudi” artikel ini diakses pada

tanggal 12 Februari 2014 dari http://hildadamayanti48.wordpress.com/2012/09/15/pengertian-berjudi-dalam-islam-dan-jenis-berjudi/


(48)

Raḥmān sesungguhnya Abū Hurayrah berkata: Rasulullahsaw bersabda: “Barangsiapa yang menyatakan kepada saudaranya, „Mari, aku bertaruh denganmu.‟ maka hendaklah dia bersedekah.” (HR. Bukhārī dan Muslim).37

4. Terciptanya Aksi Geng Motor

Berawal dari sekedar nongkrong, anak-anak muda yang mengatas namakan solidaritas akan menciptakan satu perkumpulan demi mendukung aksi mereka. Menurut beberapa psikolog, remaja itu cenderung hidup berkelompok (geng) dan selalu ingin diakui identitas kelompoknya di mata orang lain. Oleh sebab itu, sikap perilaku yang muncul diantara mereka itu sulit untuk dilihat perbedaannya. Tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke dunia hitam, karena pengaruh teman pergaulannya. Karena takut dikucilkan dari kelompok/gengnya, maka seorang remaja cenderung menurut saja dengan segala tindak-tanduk yang sudah menjadi konsensus anggota geng tanpa berfikir lagi plus-minusnya.

Maraknya kriminalitas yang dilakukan geng motor terjadi akibat rasa frustasi para remaja yang tidak dapat menyalurkan energinya. “Kita harus melihat fenomena kriminalitas geng motor ini secara menyeluruh. Fenomena sosial ini terjadi akibat perilaku atau tindakan kekerasan yang dicontohkan oleh orang dewasa, termasuk guru dan orang tua serta media yang ditonton masyarakat,” ujar Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Aris kepada Republika, Jumat (21/2).

Lebih lanjut Aris mengatakan, anak-anak dan remaja yang tidak dapat menyalurkan energinya ke arah positif akan cenderung mendaur ulang perilaku kekerasan yang dicontohkan oleh orang dewasa.

37

Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, bāb kullu lahwī bi ithli idza shahalihi, juz 21, no. 74.


(1)

68 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: Nongkrong dipinggir jalan adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh para sahabat. Pada awalnya, nabi melarang sahabat yang biasa nongkrong dipinggir jalan karena melihat banyaknya mudlorot yang ditimbulkan di dalamnya. Namun, karena menjadi suatu kebiasaan dan tidak semua nongkrong menimbulkan dampak negatif maka nabi membolehkan dengan memberi ketentuan-ketentuan di dalamnya seperti:

1) Terhindar dari pandangan orang yang duduk di jalan yang bisa menimbulkan fitnah;

2) Terhindar dari ucapan maupun perbuatan yang negatif dari orang-orang yang duduk di pinggir jalan;

3) Dihormati dan dijawab salamnya apabila ia mengucapkan salam; dan

4) Diperintah untuk melakukan kebaikan dan dicegah dari perbuatan yang munkar.

B. Saran

Manusia yang mulia bukanlah yang banyak harta bendanya, tinggi kedudukannya, tampan rupanya ataupun keturunan bangsawan, akan tetapi yang


(2)

69

terpuji akhlaknya. Baik akhlak terhadap Allah swt. maupun akhlak terhadap sesama manusia.

Kunci akhlak yang baik adalah dari hati yang bersih. Dan hati yang bersih adalah hati yang selalu mendapatkan cahaya dan sinar dari Allah SWT. Dengan sinar itu, hati akan dapat melihat dengan jelas mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk. Mana perbuatan terpuji dan mana perbuatan yang tercela. Maka dari itu, berdoa kepada Allah swt. adalah upaya yang tepat untuk mendapatkan cahaya dari-Nya

Aktifitas duduk-duduk di pinggir jalan merupakan perbuatan yang sudah menjamur di masyarakat. Perbuatan tersebut seharusnya diimbangi dengan pengetahuan mereka terhadap tatanan agama yang mengatur berbagai perilaku manusia diantaranya ialah yang berkaitan dengan hak yang harus diberikan kepada para pengguna jalan. Sehingga perbuatan tersebut tidak membawa dampak yang negatif bagi orang lain.

Kajian terhadap hadis tentang hak bagi pengguna jalan dalam skripsi ini tentunya masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang perlu untuk disempurnakan, untuk itu diharapkan kajian ini dapat lanjutkan dengan lebih teliti dan mendalam. Sehingga kajian ini akan menjadi kontribusi bagi masyarakat pada umumnya lebih-lebih bagi umat Islam.


(3)

70

DAFTAR PUSTAKA

al-„Abbās Aḥmad bin Muḥammad, Shihāb al-Dīn Abī. Irsyād al-Sāri li Sharḥ

Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2009.

Al-Alūsi.Rūḥ al-Ma’ānī dalam CD ROOM al-Maktabah al-Syamilah, Pustaka

Ridwan, 2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.

Ali, Nizar. Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatan, Yogyakarta: YPI al-Rahmah, 2001.

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Akhmad Nggufron “Hak Bagi Pengguna Jalan Dalam Kitab Sunan Abu Daud” (Skripsi Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

al-Bāqi, Muḥammad Fu‟ād „Abd. Al-Lū’lū’ wa Marjān Fimā Ittaqafa ‘Alaihi al

-Shaikhānī al-Bukhārī wa Muslim, terj. Arif Rahman Hakim, Kumpulan Hadis Shahih Bukhari-Muslim, Sukoharjo Jawa Tengah: Insan Kamil Solo, 2013.

Darmansyah. Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Al-Faruqi. Prinsip-prinsip Islam, Bandung: PT Al-Ma‟arif, 1997.

Goode, William J. Sosiologi Keluarga, terj. Lailahanoum Hasyim, Jakarta: Bina Aksara, 1983.

al- anafī, Ibn amzah al- usaini. Al-Bayān wa al-Ta'rīf fī Asbāb Wurūd al -Hadīth al-Sharīf, Madinah: Al-Tsaqafah, 1999.

Hishām, Jamāl al-Dīn „Abdullāh bin. Audlah al-Masālik, Lebanon: Dār al-Fikr,

1994.

Ismail, M. Syuhudi. Hadīts Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan Pemalsunya, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Ibn ajar al-Asqalanī, Al-Imam al- āfiẓ. Fatḥ al-Bārī Syar Shahih al-Bukhari, terj. Amiruddin, Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.


(4)

71

al-Munawwar, Said Agil Husain. Asbabul Wurud, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

---. Studi Hadis Nabi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Mahmūd bin Ahmad al-„Ainī, Badruddīn Abī Muhammad. ‘Umdah al-Qarī Sharḥ

Shahīh al-Bukhārī,Lebanon: Dār al-Fikr, t.th.

al-Qurṭubī, Abū „Abdillāh Muḥammad. al-Jāmi’ li Aḥkām al-Qur’ān, terj.

Fathurrahman dan Ahmad Hotib, Ta‟līq: Muḥammad Ibrahīm al

-Hifnawī, takhrīj: Maḥmūd amid „Uthmān, Jakarta: Pustaka Azzam,

2008.

Romli, Atmasasmita. Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, Bandung: Yuridis Sosk Kriminologi, 1993.

Surahman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1982. Soetari, Endang. Ilmu Hadis, Bandung: Amal Bakti Press, 1997.

Symas al-Haq, Abū Thayyib Muhammad. ‘Aun al-Ma’būd Syarh Sunan Abī Dāwud, Lebanon: Dar al-Fikr, th.

Santrock, Jhon W. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2009.

al-Ṣan‟ānī, Muḥammad bin al-Amīr. Subūl al-Salām Syarah Bulūgh al-Marām,

Beirut: Dār Ibn Jauzī, 1421.

al- ahāwī, Abī Ja‟far. Musykil al- thār, Lebanon: Dār al-Kutūb al-„Ilmiyyah, t.th.

al- abarī,Ibn Jarīr. Tafsīr al-Ṭabarī dalam CD ROOM al-Maktabah al-Syamilah,

Pustaka Ridwan: 2008.

Tafsir al-Lubāb dalam CD ROM al-Maktabah al-Syamilah, Pustaka Ridwan: 2008.

al-Wasytani, Muhammad bin Khulaifah. Ikmāl Ikmāl al-Mu’allim, Lebanon: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2008.


(5)

72

Yusuf, Syamsu. Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Citra Press, 2001.

Yunita, Sari. Fenomena dan tantangan Remaja Menjelang Dewasa, Yogyakarta: Brilliant Books, 2011.

Website

Rahman, “Pengertian Berjudi dalam Islam dan Jenis Berjudi” artikel ini diakses

pada tanggal 12 Februari 2014 dari

http://hildadamayanti48.wordpress.com/2012/09/15/pengertian-berjudi-dalam-islam-dan-jenis-berjudi/

Januri, “Kriminalitas Geng Motor Akibat Rasa Frustasi Remaja” artikel ini diakses pada tanggal 14 Februari 2014 dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek- nasional/14/02/21/n1by5d-kriminalitas-geng-motor-akibat-rasa-frustasi-remaja

Siraj “Pengertian Geng Motor-Kenakalan Remaja”, artikel ini diakses „pada

tanggal 30 februari 2014 dari

http://www.kemhan.com/2012/04/pengertian-geng-motor-kenakalan-remaja.html

Haryanto, “Kenakalan Remaja”, artikel ini diakases pada tanggal 23 Maret 2014 dari http://belajarpsikologi.com/kenakalan-remaja/

Ahmad Syahrin Thoriq, “Ghibah”, artikel ini diakses pada 1 Februari 2014 dari http://nahnudai.blogspot.com/

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://kbbi.web.id/tongkrong

Mira, “Arti Kata Nongrong”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://kitabgaul.com/word/nongkrong

Andre, “Kongkow”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://kitabgaul.com/word/kongkow

Mantos, “Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://kamusslang.com/arti/nongkrong

Yudha Prayogi, “Arti Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 11 Januari 2014 dari http://wekawek.blogspot.com/2012/08/arti-nongkrong.html Shane, “Arti Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 15 Januari 2014 dari


(6)

73

Shane, “Apa Sih itu Nongkrong”, artikel ini diakses pada tanggal 15 Januari 2014 dari http://shanexa.wordpress.com/2013/02/13/apa-sih-itu-nongkrong/ Didi, “Kenakalan Remaja dan Solusi Perspektif Islam”, artikel ini diakses pada

tanggal 17 februari 2014 dari http://rururudididi.blogspot.com/

Eva Emania Eliasa, “Kenakalan Remaja: Penyebab dan Solisinya”, artikel ini diakses pada tanggal 25 Februari 2014 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Microsoft%20Word%20-%20KENAKALAN%20REMAJA_PENYEBAB%20DAN%20SOLUSI _.pdf

Agus Hery, “Nongkrong” di Pinggir Jalan Sambil Menebar Kebaikan”, artikel ini diakses pada tanggal 23 februari 2014 dari http://alifmagz.com/?p=14258 Agus Hery, “Nongkrong” di Pinggir Jalan Sambil Menebar Kebaikan”, artikel ini

diakses pada tanggal 23 februari 2014 dari http://alifmagz.com/?p=14258 Agus Hery, “Nongkrong” di Pinggir Jalan Sambil Menebar Kebaikan”, artikel ini diakses pada tanggal 23 Februari 2014 dari http://alifmagz.com/?p=14258