Pengertian dan Jenis-Jenis Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN HUKUM

JAMINAN PADA UMUMNYA

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Perjanjian Kredit

1. Pengertian Perjanjian Kredit Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi,yaitu “credere” yang berarti percaya,dalam bahasa Belanda : “vetroowen”. Inggris : “believe”, ”trust” atau “confidence”. 12 “Pinjam-meminjam adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan pada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,dengan syarat bahwa pihak yang belakangan Dari istilah tersebut maka dapat dijelaskan bahwa dasar dari kredit adalah kepercayaan. Pihak kreditur percaya bahwa debitur akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya, jaminan, bunga maupun tujuan dari kredit tersebut. Perjanjian kredit menurut hukum perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata yaitu pada Pasal 1754 sampai dengan sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata. Perjanjian kredit yang menunjukkan unsur pinjam meminjam didalamnya, yaitu pinjam meminjam antara bank dengan pihak debitur. Menurut pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa : 12 Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H,”Perjanjian Kredit Bank”,Alumni, Bandung, 1978, selanjutnya disingkat Mariam Darus II, hal 21. ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”. Pasal 1754 KUH Perdata intinya menyebutkan, bahwa perjanjian pinjam-meminjam merupakan perjanjian yang isinya pihak pertama menyerahkan suatu barang yang dapat diganti, sedangkan pihak kedua berkewajiban mengembalikan barang dalam jumlah dan kualitas yang sama. R. Surbekti menyatakan, dalam bentuk apapun juga pemberian kreditur itu diadakan, semuanya itu pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam- meminjam sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. 13 a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar Meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, tetapi dalam membuat perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan asas atau ajaran umum yang terdapat dalam KUH Perdata seperti yang ditegaskan bahwa semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama khusus, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam KUH Perdata. Menurut Drs. Thomas Suyatna, ada 4 empat unsur yang terdapat dalam kredit. Unsur-unsur tersebut adalah : 13 R.Subekti. Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia. Alumni. Bandung. 1986. hlm. 13. diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. b. Waktu, yaitu suatu masayang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkadang pengertian nilai rasio dari uang yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontra prestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit dberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya, karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu maka masih selalu, terdapat unsur ketidakteraturan yang tidak dapat diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya resiko. Dengan resiko ini timbullah jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi, juga bentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan. 14 Di dalam Undang-Undang perbankan No.10 Tahun 1998 pada pasal I butir II disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan dengan itu berdasarkan persetujuan atau 14 Drs. Thomas Suyatno,” Dasar-dasar Perkreditan” PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cetakan III, hal . 14 kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pinjaman untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Bila ditinjau dari pengertian kredit diatas dapat dilihat bahwa antara kreditur dan debitur memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Di satu pihak yaitu bank kreditur berhak untuk memberikan kredit serta menuntut pengembaliannya dari debitur,sedangkan di pihak lain debitur berkewajiban melunasi hutangnya kepada debitur. Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H, menyebutkan bahwa “Perjanjian kredit adalah perjanjian perjanjian pendahuluan”. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah perjanjian pendahuluan dari penyerahan uang, dimana apabila kedua belah pihak telah mufakat mengenai semua unsur-unsur dalam perjanjian pinjam mengganti ini maka tidak berarti tentang perjanjian pinajm mengganti akan telah terjadi, persetujuan tersebut adalah bersifat konvensional obligatoir, bila uangnya telah diserahkan bersifat riil kepada peminjam, maka lahirlah perjanjian pinjam mengganti. Dalam membuat perjanjian kredit, terdapat beberapa judul dalam praktek perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, akad kredit, persetujuan pinjam meminjam uang, persetujuan membuka kredit, dan lain sebagainya. Meskipun judul perjanjian tersebut berbeda-beda, tetapi secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman berbentuk uang. 15 15 Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, Alfabeta, Bandung, 2003,hlm. 97. Di dalam praktek setiap bank biasanya menyediakan suatu formulir dari perjanjian kredit yang merupakan perjanjian jadi baku. Formulir ini ditunjukkan kepada pemohon kredit, pemohon tinggal menyetujui akan syarat-syarat yang diajukan atau tidak. Bila setuju maka pemohon hanya menandatangani perjanjian baku tersebut, dimana dalam hal ini pemohon tidak mempunyai kesempatan untuk mengajukan keberatannya. Jadi, pemohon kredit menyetujui syarat-syarat perjanjian kredit berdasarkan kesepakatannya yang fiktif belaka, ia dianggap menyetujuinya walaupun sebenarnya ia tidak mengetahui isi dari perjanjian tersebut. Oleh Hartono Soerapto Hadi,S.H disebutkan bahwa perjanjian kredit tumbuhy sebagai perjanjian standard standard contract, yaitu bila ditelaah lebih lanjut maka dapat dibedakan lagi atas dua bagian, yaitu : perjanjian induk hoofdeontract, algemeine voordewaden. Perjanjian induk mengatur hal-hal pokok dan perjanjian tambahan menguraikan apa yang terdapat di dalam perjanjian induk. 16 Mengenai pembakuan bentuk draft isi perjanjian kredit, antara bank sendiri belum terdapat kesepakatan. Namun mengenai isinya perjanjian kredit seperti dikemukakan oleh Hasanuddin, pada pokoknya selalu memuat hal-hal berikut. 17 a. Jumlah maksimum kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya b. Besarnya bunga kredit dan biaya-biaya lainnya c. Jangka waktu pembayaran kredit 16 Hartono Soerapto Hadi,S.H, Pokok-pokok Hukum Perikatan dan Jaminan,Liberty, Yogyakarta, 1989. 17 Hasanuddin Rahman, Op. Cit, hal. 60 d. Ada dua jangka waktu pembayaran yang digunakan yaitu jangka waktu angsuran biasanya secara bulanan dan jangka waktu kredit e. Cara pembayaran kredit f. Klausula jatuh tempo opeisbaar g. Barang jaminan kredit dan kekuasaan yang menyertainya serta persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan h. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh debitur, termasuk hak bank untuk melakukan pengawasan dan pembinaan kredit i. Biaya akta dan biaya biaya penagihan hutang yang juga harus dibayar debitur 2. Jenis-Jenis Perjanjian Kredit Jenis kredit perbankan dapat dibedakan atas beberapa bentuk yaitu : a. Kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia terdiri dari : 1. Kredit lansung : adalah kredit yang diberikan secara lansung kepada pihak ketiga bukan bank, seperti pertamina, lembaga keuangan bukan bank, jawatan pegadaian, perum perari. 18 2. Kredit Likuiditas : adalah kredit yang diberikan oleh bank sentral kepada bank-bank, baik dalam rangka pemberian kredit maupun untuk mengatasi kesulitan likuiditas dalam keadaan darurat, dan untuk pembiayaan lainnya. Kredit likuiditas ini dibagi atas dua golongan, yaitu : 18 Thomas Suyatno, Op. Cit, hal. 19 2a. Kredit Likuiditas gadai ulang, yaitu : kredit yang diberikan kepada bank-bank oleh bank sentral agar dapat memperluas pemberian kreditnya. Sebagai jaminan dari bank-bank tersebut dapat diberikan berupa barang-barang para debitur dengan persetujuan yang bersangkutan. 2b. kredit Likuiditas darurat khusus, yaitu : kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada bank yang mengalami kesulitan di dalam faktor-faktor intern, misalnya pelunasan sebagian kredit yang diberikan bank-bank kurang lancar, sehingga mengganggu likuiditas bank. 3. Fasilitas Diskonto Fasilitas diskonto dalam rupiah adalah penyediaan dana jangka pendek oleh Bank Indonesia dengan cara pembelian promes surat sanggup yang diterbitkan dengan dasar diskonto. Berlainan dengan kredit likuiditas, maka fasilitas diskonto ini hanya dapat dimanfaatkan oleh bank sebagai upaya terakhir dan merupakan bantuan dari sentral. b. Jenis-Jenis Kredit Perbankan Untuk Masyarakat Jenis–jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu sebagai berikut : 1. Kredit dilihat dari sudut jangka waktu, dimana kredit ini dibagi atas : 1a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka maksimum 1 tahun, kredit ini dapat berbentuk : 1 Kredit rekening koran, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat atau nasabahnya dengan plafond tertentu, perusahaan mengambilnya tidak sekaligus, melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhan. Bunga yang dibayar hanya untuk sejumlah yang benar-benar dipergunakan, walaupun perusahaan mendapat kredit lebih dari jumlah yang dipakai. 2 Kredit wessel, yaitu : terjadi bila suatu perusahaan mengeluarkan Surat Pengakuan Hutang SPH yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak terntentu dan pada saat tertentu, dan setelah ditandatangani surat wessel dapat dijual atau dituangkan kepada bank Surat Promes. 3 Kredit eksploitasi, yaitu : kredit yang diberikan oleh bank untuk membiayai operasi suatu perusahaan. 1.b Kredit jangka menengah, yaitu : kredit yang berjangka waktu antara 1 satu sampai dengan 3 tiga tahun. Misalnya : Kredit Modal Kerja Permanen KMKP yang diberikan oleh bank kepada pengusaha golongan ekonomi lemah yang berjangka waktu maksimum 3 tiga tahun. 1c. Kredit jangka panjang, yaitu : kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tiga tahun. Kredit ini pada umumnya modal dalam rangka melakukan rehabilitasi, ekspansi perluasan dan pendirian proyek baru. 2. Kredit dari sudut pandang penggunanya, kredit ini dibagi pula atas : a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta yang diberikan perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari. b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya prosesproduksi baik kredit investasi maupun kredit eksploitasi. Kredit investasi yaitu kredit yang ditujukan untuk penggunaan sebagai pembiayaan modal tetap yaitu peralatan produksi, gedung, mesin-mesin, rehabilitasi, ekspansi, relokasi proyek atas pendirian proyek baru. Kredit eksploitasi, kredit yang ditujukan untuk pembiayaan kebutuhan dunia usaha modal kerja berupa persediaan produk akhir, barang dalam proses prosuksi serta piutang, sedangkan jangka waktu berlakunya pendek. c. Perpaduan antara kredit konsumtif dengan kredit produktif semi konsumtif dan semi produktif 3. Kredit menurut keterikatannya dengan dokumen : Kredit ini jenis yang sangat terikat dengan dokumen-dokumen berharga yang memiliki substitusi nilai jumlah uang dan dokumen tersebut merupakan jaminan pokok pemberian kredit yang disebut documentary credit. Biasanya digunakan untuk transaksi yang berlainan tempat negara maka sangat terkait dengan valuta asing. Jenis kredit ini diantaranya : a. Kredit ekspor, yaitu semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. b. Kredit impor, yang unsur dan ruang lingkup dari kredit impor biasanya hampir sama dengan kredit ekspor karena jenis kredit tersebut merupakan kredit berdokumentasi. 4. Jenis kredit menurut Aktivitas Perputaran Usaha : Aktivitas perpustakaan usaha dilihat dari dinamika, sektor yang digeluti, aset yang dimiliki dan sebagainya terdiri dari : a. Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang tergolong sebagai pengusaha kecil. b. Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar daripada pengusaha kecil. c. Kredit besar, pada dasarnya ditinjau dari segi jumlah kredit yang diterima oleh debitur. Dalam pelaksanaan pemberian kredit yang besar ini bank dengan melihat resiko yang besar pula biasanya memberikan secara sindifikasi ataupun konsorsium. Hal demikian guna menekan resiko serta dana yang tersedia dapat disebar tidak hanya pada satu perusahaan saja, sehingga guna pemberian kredit yang besar dilakukan dengan cara pembiayaan bersama confinancingjoint financing. 5. Jenis Kredit menurut jaminannya. Jenis ini dapat dibedakan antara lain : a. Kredit tanpa jaminan atau kredit blank unsecured loan, yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materiil agunan fisik, pemberian sangat selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah bonafiditasnya, kejujurannya dan ketaatannya dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya. b. Kredit dengan jaminan secured low, kredit modal ini diberikan kepada debitur selain didasarkan adanya keyakinan atas kemampuan debitur juga disandarkan pada adanya agunan atau jaminan fisik collateral sebagai jaminan tambahan misalnya berupa tanah, bangunan, alat-alat produksi. c. Dengan adanya jaminan yang diikat dengan hak tanggungan dan fidusia, maka kreditur preferen yang didahulukan pemenuhan pembayarannya dibanding kreditur lainnya, sedangkan apabila tanpa jaminan yang dimintakan kreditnya itu masih terbuka, maka permohonan kredit dapat dipertimbangkan untuk proses lebih lanjut.

B. Prosedur Perjanjian Kredit dan Berakhirnya Perjanjian Kredit