Mengalami masalah psikologis Pembahasan

40 1. Mendapat dukungan dari orang tua 2. Mendapat dukungan dari sanak keluarga 3. Mendapat dukungan orang sekitar a. Orangtua menemani di rumah sakit b. Orangtua membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai untuk anak c. Orangtua membantu mengurangi rasa nyeri pada anak a. Sanak keluarga mengunjungi anak di rumah sakit a. Mendapat hadiah

4.4 Pembahasan

Dalam pembahasan ini diuraikan 4 tema yang telah dijelaskan oleh peneliti, meliputi: 1 Mengalami masalah psikologis, 2 Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis, 3 Mengetahui pengobatan yang dijalani, dan 4 Mendapat dukungan dari orang terdekat.

4.4.1 Mengalami masalah psikologis

Anak memiliki keterbatasan pengetahuan dan mekanisme koping dalam menghadapi berbagai stressor yang mungkin terjadi selama hospitalisasi. Seluruh proses selama hospitalisasi yang memungkinkan terjadinya gangguan fisik, luka dan nyeri dapat memberikan efek secara psikologis kepada anak Kyle, 2013. Beberapa hal yang dirasakan anak usia sekolah dengan penyakit kronis yang mengalami hospitalisasi adalah perasaan sedih, takut, bosan, cemas, marah, stress, dan merasakan kesakitan pada beberapa bagian tubuh. Perasaan sedih anak usia sekolah dengan penyakit kronis disebabkan oleh perasaan rindu kepada teman-teman dan tindakan pengobatan yang dijalani. Anak usia sekolah mungkin merasa rindu pada sekolah dan teman-teman ketika Universitas Sumatera Utara 41 mereka menyesuaikan diri pada lingkungan rumah sakit yang asing Kyle, 2013. Lamanya perawatan di rumah sakit dan jarak antara rumah dan rumah sakit yang jauh menyebabkan anak kehilangan waktu bermain dengan teman-temannya. Keseluruhan partisipan merupakan pasien dari luar kota Medan sehingga teman- teman partisipan tidak bisa mengunjunginya ke rumah sakit. Menurut Wong 2013 masalah psikologis yang dialami anak lebih diakibatkan oleh perpisahan daripada berfokus pada penyakit, pengobatan dan lingkungan rumah sakit. Mayoritas partisipan mengalami rasa takut selama di rumah sakit akibat tindakan pengobatan yang dijalani, misalnya pemberian obat melalui suntikan. Selain itu, sikap perawat yang suka marah-marah juga menyebabkan ketakutan pada anak. Menurut Boyse et al., 2012 hospitalisasi dapat menjadi tempat yang menakutkan dan menimbulkan rasa kesepian pada dirinya. Perasaan bosan yang dirasakan anak usia sekolah disebabkan oleh tidak adanya kegiatan seperti, tidak memiliki teman untuk diajak bermain dan tidak adanya hiburan seperti televisi dan permainan. Tugas perkembangan anak pada usia 6 tahun seperti: bermain, menggunting, melipat, menempel kertas dan suka bermain kasar. Tugas perkembangan anak usia 7 tahun seperti: anak laki-laki lebih suka bermain dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih suka bermain dengan anak perempuan. Tugas perkembangan anak 8-9 tahun seperti: bermain dengan teman sesama jenis, tetapi mulai bermain dengan teman lawan jenis Wong, 2013. Perasaan cemas yang dirasakan anak usia sekolah biasanya muncul saat akan dilakukannya tindakan pengobatan dan saat ditinggal oleh orangtuanya. Hal yang menyebabkan anak cemas saat ditinggal orangtua adalah karena tidak ada Universitas Sumatera Utara 42 yang menemani anak selain orangtua. Menurut Wong 2013 anak mengalami cemas sebelum dilakukannya prosedur pengobatan karena ketidaktahuan anak tentang prosedur yang akan dijalani. Perasaan stress yang dialami partisipan selama hospitalisasi diakibatkan oleh beberapa faktor seperti: tindakan pengobatan, tidak bisa bermain, terlalu lama di rumah sakit dan belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Tindakan pengobatan yang menyebabkan partisipan stres misalnya seperti pemberian obat melalui suntikan, pemasangan infus, dan pengambilan sampel darah. Tindakan pengobatan yang dijalani menyebabkan anak merasakan sakit pada beberapa bagian tubuh. Anak usia sekolah biasanya dapat menceritakan tipe, lokasi dan intensitas nyeri yang dirasakan. Anak diatas usia 8 tahun dapat menggunakan kata yang lebih spesifik untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya, misalnya seperti: “tajam seperti pisau”, “terbakar”, dan “sakit seperti ditarik-tarik” Kyle, 2013. Saat proses wawancara anak mampu menunjukkan lokasi nyeri, dimana mayoritas partisipan menunjukkan lokasi nyeri pada bagian tangan dan kaki akibat suntikan, nyeri pada bagian punggung akibat prosedur BMP Bone Marrow Puncture. Beberapa partisipan menggambarkan rasa sakit akibat suntikan seperti digigit semut, sedangkan untuk nyeri yang lebih hebat, misalnya akibat prosedur BMP, partisipan menggambarkan rasa sakit seperti digigit harimau. Dalam sebuah penelitian kualitatif pada anak berusia 5-9 tahun, anak menggambarkan hospitalisasi dalam pengalaman merasa takut, sedih, atau marah dan sendirian. Anak juga mendeskripsikan kebutuhan akan perlindungan dan ditemani selama hospitalisasi Wilson, Megel, Enenbach et al., 2010 dalam Wong Universitas Sumatera Utara 43 2013. Sedangkan menurut Wong 2013 penyakit yang diderita anak mungkin juga dapat menyebabkan perasaan anak lepas control. Salah satu masalah yang paling signifikan pada anak usia sekolah adalah kebosanan.

4.4.2 Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis