43
2013. Sedangkan menurut Wong 2013 penyakit yang diderita anak mungkin juga dapat menyebabkan perasaan anak lepas control. Salah satu masalah yang
paling signifikan pada anak usia sekolah adalah kebosanan.
4.4.2 Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis
Saat merasakan masalah psikologis selama hospitalisasi, partisipan biasanya melakukan beberapa kegiatan untuk mengalihkan perasaan tersebut.
Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anak saat mengalami masalah psikologis misalnya seperti: bermain, jalan-jalan, tidur, menangis, nonton tv dan berteriak.
Pengalihan rasa bosan yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain, tidur dan jalan-jalan disekitar rumah sakit. Pada saat dilakukan
wawancara, salah satu partisipan mengatakan terkadang membaca buku jika sedang merasa bosan.
Pengalihan rasa cemas yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain dan tertawa. Saat proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan
untuk menghilangkan cemas saat akan dilakukan penyuntikan, partisipan bermain untuk melupakan rasa sakit saat penyuntikan.
Pengalihan stres yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain, menonton, menangis, dan berteriak. Saat dilakukan proses wawancara,
salah satu partisipan mengatakan untuk menghilangkan stres hal yang dilakukan menonton televisi, bermain, menangis dan berteriak.
Pengalihan rasa sakit yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah istighfar, bermain, menonton tv dan tidur. Saat dilakukan proses wawancara, salah
satu partisipan mengatakan hal untuk menghilangkan rasa sakit adalah dengan tidur.
Universitas Sumatera Utara
44
Menurut Hatfield et al., 2007 bermain adalah kegiatan anak dan merupakan hal yang penting dimana mereka belajar bertumbuh, berkembang dan
dapat mengalihkan anak dari masalah dan perasaan yang tidak menyenangkan. Bermain dapat membantu anak menghilangkan rasa sakit, kecemasan, dan
perpisahan yang biasa terjadi selama hospitalisasi. Perawat harus meyakinkan keluarga untuk membawa mainan anak seperti boneka favorit anak dan mainan
binatang sebagai hiburan anak di rumah sakit sehingga akan mengurangi perasaan kesepian dan kebosanan Hatfield et al., 2007.
4.4.3 Mengetahui pengobatan yang dijalani Anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi tidak lepas dari
pengobatan. Menurut Boyse et al., 2012, anak dengan penyakit kronis akan lebih sering menjalani hospitalisasi, pengobatan, dan kunjungan untuk kunjungan
pemeriksaan kesehatan dengan paramedik. Pengobatan yang diterima mulai dari pengambilan darah, memasukkan obat melalui suntikan, BMP, memasukkan
selang kedalam tubuh pada prosedur pemasangan NGT dan kateter urin. Anak usia sekolah lebih mampu untuk mengerti tentang penyakit dan pengobatan yang
mereka jalani Boyse et al., 2012. Saat ditanya tentang pengobatan yang diterimanya, beberapa partisipan
dapat menyebutkan jenis obat yang dikonsumsi, jadwal pengobatan, dampak pengobatan dan prosedur pengobatan. Mereka juga dapat menjelaskan tentang
asupan yang diterima, misalnya seperti pembatasan asupan cairan bagi partisipan yang menderita gagal ginjal kronik untuk mencegah rasa sesak. Mayoritas
partisipan memperoleh informasi tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan asupan yang diterima dari orangtua. Menurut Kyle 2013 biasanya, anak usia
Universitas Sumatera Utara
45
sekolah memiliki pemahaman yang realistis tentang alasan penyakitnya dan dapat memahami penjelasan yang diterima dengan lebih baik. Mereka ingin tahu
mengapa mereka harus menjalani berbagai prosedur dan tes serta dapat mengerti sebab dan akibat dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan penyakit yang
mereka alami. Usia, tingkat kognitif dan tingkat perkembangan akan mempengaruhi
persepsi anak tentang keadaan yang dialaminya dan hal tersebut juga mempengaruhi reaksinya terhadap penyakit dan hospitalisasi Kyle, 2013.
Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah sudah mulai memandang secara realistis terhadap dunianya dan mengetahui tujuan rasional
tentang kejadian Hurlock, 2004.
4.4.4 Mendapatkan dukungan dari orang terdekat