Klasifikasi Batubara Kualitas Batubara

5C H O → C H O + 3CH + 8H O +6CO + CO selulosa lignit gas metan Gas metana yang terbentuk selama proses coalification akan masuk kedalam celah-celah vein batu lempung, dan inisangat berbahaya. Apabila lapisan lignitnya tersingkap dipermukaan tanah, gas akan keluar dan apabila temperatur udara luar meningkat, akan terjadi kebakaran. Apabila lignit masih berada di dalam tanah diantara lapisan batubara, dan padanya terjadi peningkatan temperatur, gas akan keluar secara mendadak dan terjadi lah ledakan. Oleh sebab itu mengetahui bentuk endapan batubara, dapat membantu menentukan cara penambangan yang tepat.

2.1.4. Klasifikasi Batubara

Berdasarkan kualitasnya, batubara memiliki kelas grade yang secara umum diklasifikasikan menjadi empat kelas utama menurut standar ASTM Kirk- Othmer, 1979 atau lima kelas jika dimasukkan peat atau gambut sebagai jenis batubara yang paling muda Larsen, 1978. Dalam hal ini kelas batubara disertai dengan kriteria berdasarkan analisis proximate dan nilai kalornya, juga kriteria berdasarkan analisis ultimate dan kandungan sulfur total serta densitasnya. 1. Peat gambut, biasa juga disebut brown coal batubara muda, merupakan jenis batubara yang paling rendah mutunya, bersifat lunak, dapat dilihat dari warna dan struktur kayu, mudah pecah saat pemanasan. 2. Lignite , yaitu jenis batubara di atas brown coal, namun kualitasnya masih tergolong rendah. Jenis batubara ini berwarna coklat mengkilat, Universitas Sumatera Utara struktur kayu masih nampak, kandungan air dan oksigen relatif tinggi, dengan kandungan kalor yang rendah. 3. Sub-bituminous sering juga disebut black lignite adalah jenis batubara transisi antara lignite dan bituminous, dengan kualitas sedang. 4. Bituminous , yaitu jenis batubara yang termasuk kategori kualitas baik, memiliki sifat lebih keras dari sub-bituminous, kandungan oksigen rendah, sedangkan kandungan karbon dan kalor relatif tinggi. 5. Anthracite , yaitu jenis batubara dengan kandungan karbon cukup tinggi, zat mudah menguap volatile matter dan kandungan oksigennya relatif rendah, pada saat pembakaran tidak atau kurang menghasilkan asap. Anthracite memiliki kandungan kalor tertinggi dengan kualitas terbaik diantara jenis batubara yang telah disebutkan sebelumnya. Anthracite yang paling keras, dengan struktur kompak dan padat dikenal dengan nama graphite merupakan jenis batubara dengan kualitas tertinggi Aladin, 2011.

2.1.5. Kualitas Batubara

Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan pasti mengandung bahan pengotor impurities. Pada saat terbentuknya, batubara selalu bercampur dengan mineral penyusun batuan yang selalu terdapat bersamaan selama proses sedimentasi, baik sebagai mineral anorganik ataupun sebagai bahan organik. Disamping itu, selama berlangsung proses coalification terbentuk unsur S yang tidak dapat dihindarkan. Keberadaan pengotor dalam batubara hasil penambangan diperparah lagi, dengan adanya kenyataan bahwa tidak mungkin membersihkanmemilihmengambil batubara yang bebas dari mineral. Hal Universitas Sumatera Utara tersebut disebabkan antara lain, penambangan batubara dalam jumlah besar selalu mempergunakan alat-alat berat antara lain : bulldoser, backhoe, tractor, truck, belt conveyor, ponton, yang selalu bergelimang dengan tanah. Dikenal dua jenis impurities yaitu:

1. Inherent impurities

Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah dicuci washing dan dikecilkan ukuran butirnya diremuk crushing sehingga dihasilkan ukuran tertentu, ketika dibakar habis masih memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada waktu proses pembentukan batubara ketika masih berupa gelly. Pengotor tersebut dapat berupa gipsum CaSO .2H O, anhidrit CaSO , pirit FeS , silika SiO , dapat juga terbentuk tulang-tulang binatang diketahui adanya senyawa fosfor dari hasil analisis abu selain mineral lainnya. Pengotor bawaan ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan. Proses ini dikenal sebagai teknologi batubara bersih.

2. External impurities

Merupakan pengotor yang berasal dari luar, timbul pada saat proses penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup overburden. Kejadian ini sangat umum dan tidak dapat dihindari, khususnya pada penambangan batubara dengan metode tambang terbuka open pit. Batubara merupakan endapan organik yang mutunya sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tempat terdapatnya cekungan batubara, umur, banyaknya pengotor kontaminasi. Sebagai bahan baku pembangkit energi yang Universitas Sumatera Utara dimanfaatkan dalam industri, peralatan yang dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam menentukan mutukualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain : 1. Heating Value HV Calorific ValueNilai kalor Dinyatakan dalam kkalkg, banyaknya jumlah kalor yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dalam kilogram. Dikenal nilai kalor net net calorific value atau low heating. Fixed Carbon = 100 - Moisture Content – Ash Content Apabila nilai moisture content dan ash content disamakan dengan nilai volatile matter, persamaan tersebut diatas menjadi : Fixed Carbon = 100 -Volatile Content Dari rumusan tersebut tampak bahwa makin berkurang kandungan air berarti moisture content makin kecil, nilai Fixed Carbon makin tinggi.

2. Hardgrove Grindability Index HGI

Suatu bilangan yang menunjukkan mudah atau sukarnya batubara digilingdigerus menjadi bahan baku serbuk. Di dalam praktek sebelum batubara dipergunakan sebagai bahan bakar, ukuran butirnya dibuat seragam, dengan rentang halus sampai kasar. Butir paling halus dengan ukuran 3 mm, sedang ukuran paling kasar sampai 50 mm. Butir paling halus perlu dibatasi dengan sifat dustness ukuran partikel agar tidak diterbangkan oleh angin, dengan harapan tidak mengotori lingkungan, sedangkan dustness dan tingkat kemudahan untuk Universitas Sumatera Utara diterbangkan angin dipengaruhi pula oleh kandungan lengas moisture content. Makin kecil nilai HGI, maka makin keras keadaan batubaranya. Harga HGI diperoleh dengan menggunakan rumus : HGI = 13,6 + 6,93 W Di mana W adalah berat dalam gram dari batubara halus berukuran 200 mesh. Sebagai catatan, harga HGI batubara Indonesia berkisar antara 35-60. Dalam penelitian Amperiadi 2005 terhadap batubara dari daerah Sebulu, Kalimantan timur didapatkan nilai HGI antara 41-45.

3. Ash fusion character of coal

Batubara apabila dipanaskan bersama-sama terutama anorganik impurities akan meleburmeleleh. Apabila ini sampai terjadi akan berpengaruh pada tingkat pengotoran fouling, pembentukan kerak slagging, dan akibat terjadinya gangguan pada blower.

2.1.6. Analisis Batubara