4.4.6. Penyebab terjadinya konflik
a. Perbedaan doktrin dan sikap mental
Penilaian doktrin yang dibuat jemaat bahwa nilai tertinggi selalu diberikan kepada gerejanya sendiri dan ajaran gerejanya sendiri
sedangkan gereja lain dinilai menurut patokannya itu. Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data
bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai perbedaan doktrin dan sikap mental antara gereka
bethel dengan gereja Huria Kristen Batak Protestan. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang berprofesi sebagai pendeta muda gereja
bethel yaitu Ratman sibuea 37: “Aliran gereja konvensional pada umumnya sama saja berbeda
dengan ajaran gereja bethel. Ajaran gereja bethel lebih bersifat ceria, enerjik dan bebas. Dasar doktrin dari gereja bethel adalah
alkitab sebagai inspirasi allah, trinitas, hukum moral apa yang mengikat seluruh umat manusia sebagai aturan hidup,
keselamatan melalui penebusan yesus, kebutuhan pertobatan dan iman kepada yesus, kesucian yang rela mengabdi kehendak
seseorang kepada kebaikan tertinggi allah dan kerajaan-Nya, kesucian yang terus menerus tumbuh dan berkembang sebagai
pengetahuan seseorang yang tumbuh dan berkembang, kesempurnaan kekristenan artinya bahwa seseorang dapat
sungguh-sungguh dikirim perbudakan kepada dosa, baptisan dalam roh kudus dan karunia rohani, penyembuhan ilahi,
spiritualitas kristiani yaitu persatuan dengan allah, bahwa iblis adalah pengatur dunia dan dewa dari abad ini, tetapi allah telah
memberikan kepada kita kekuatan dan kekuasaan mengalahkannya, keselamatan bersifat kekal walaupun
seseorang kehilangan keselamatan mereka, kebaikan terbaik adalah kebenaran orang percaya akan ketekunannya, ikatan
spiritual dalam gereja yang universal, sakramen baptisan dengan air dan persatuan dengan roh, termasuk kehadiran roti
dan anggur, serta kedatangan kedua dari yesus. Sangat berbeda
jika dibandingkan dengan doktrin gereja konvensional yang hanya pada sola gratia, sola fide dan sola scriptura.”
Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama olive tarigan 35:
…. “ gereja bethel enda lit ajaren ntah pe doktrin gereja lebih ku pada penyembahan ilahi, pembaptisen arah kesah si badia bage
pe karunia roh rasp e sakramen baptisen arah lau rasp e persadan kuasa termasuk kerehen roti bagepe lau anggur. La
bagi gereja konvensional si ku eteh hanya bas ajaren sola gratia, sola fide bage pe sola scriptura”. Gereja bethel Indonesia
memiliki doktrin atau ajaran gereja yang lebih pada penyembuhan ilahi, pembaptisan dalam roh kudus dan karunia
roh serta sakramen baptisan dengan air dan persatuan roh termasuk kehadiran roti dan anggur. Tidak seperti gereja
konvensional yang saya tahu hanya pada ajaran sola gratia, sola fide dan sola scriptura.
Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa jemaat gereja bethel Indonesia yang beraliran kharismatik ini lebih menilai berdasarkan apa
yang ada pada gerejanya yang lebih percaya akan penyembuhan ilahi, pembaptisan dalam roh kudus yang tidak ada pada gereja HKBP Huria Kristen
Batak Protestan dan gereja kesukuan pada umumnya. Selain itu dapat juga terlihat dari informan mengenai penilaian doktrin dari gereja konvensional
yaitu gereja HKBP Huria Kristen Batak Protestan. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang sering dipanggil dengan mak Harto 55:
….”Gereja kharismatik mengatakan bahwa ajaran mengenai keselamatan itu berasal dari dalam diri sendiri karena
keselamatan bagi jemaat gereja kharismatik adalah perbuatan baik dan ketekunan seseorang akan agamanya. Tetapi menurut
saya keselamatan itu anugerah dari Tuhan dan bukan melalui perbuatan baik. Manusia tidak bisa menyelamatkan dirinya
sendiri. Kalaupun bisa seperti itu sangat gampanglah bagi kita untuk masuk surga.”
Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang
bernama junita 38: ….”kadang ajaran gereja kharismatik sangat tidak sesuai
menurut saya. Hal ini disebabkan karena bagi jemaat kharismatik kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya harus disambut dengan
pujian dan penyembahan yang meriah seperti yang dilakukan mereka saat ini di acara kebaktian. tetapi bagi saya tidak
sepenuhnya melalui pujian dan penyembahan saja, kalau hati mereka tidak terbuka buat apa memuju dan menyembah dengan
enerjik. Itu hanya akan membuang-buang waktu. Sebaiknya kita sebagai jemaat gereja hanya menyiapkan hati kita untuk
menerima Tuhan untuk yang kedua kalinya.
Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa jemaat gereja HKBP Huria Kristen Batak Protestan juga menilai berdasarkan apa yang ada
pada gerejanya sama seperti jemaat gereja bethel yang menilai gereja HKBP Huria Kristen Batak Protestan berdasarkan ajaran mereka.
b. Perbedaan tingkat kebudayaan
Budaya disini digolongkan menjadi dua yaitu budaya tradisional dan budaya modern. Perbedaan budaya ini juga dapat menimbulkan terjadinya
konflik pada kelompok atau jemaat gereja. Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban
atau pandangan yang sama dari para informan mengenai perbedaan tingkat budaya yang mengakibatkan terjadinya konflik. Seperti pernyataan yang
diungkapkan informan yang bernama yusniarti 28: ….”gereja HBKP adalah gereja yang masih mengutamakan
budaya atau adat sitiadat yang berlaku pada suku batak. Hal ini terlihat pada setiap kegiatan-kegiatan rohani yang dilakukan
pada gereja seperti pernikahan, kematian, dan kegiatan lainnya
masih melibatkan adat istiadat. Selain itu gedung gerejanya juga masih berbentuk atau dengan model yang tradisional tidak
seperti gereja bethel yang sudah lebih modern di gedung bertingkat dan ada juga yang berada di mall.
Hal ini senada dengan jawaban yang disampaikan informan yang bernama Olive Tarigan 35:
….”Gereja si tradisional eme gereja konvensional, danci sin en arah kegiaten si lalap ilakukenna jarang nadingken budayana.
Bage pe gedung bangunenna pe masih bagi gereja pada umumna. La bagi gereja bethel enda si enggo lebih modern bage
pe ternen arah gedung-gedungna enggo bertingkat ntah pe bas rumah took ruko. Gereja bethel end ape mengkuti aliren arah
Negara Amerika Latin nari. gereja yang tradisional adalah gereja konvensional, terlihat dari setiap kegiatan yang dilakukan
jarang meninggalkan adat budayanya. Serta gedung gerejanya juga masih seperti gereja pada umumnya. Tidak seperti gereja
bethel yang sudah lebih modern dan terlihat dari gedung gereja yang sudah pada gedung-gedung bertingkat atau di rumah toko
ruko. Terlihat juga dari ibadah-ibadah yang dilakukan gereja kharismatik yang lebih modern karena mengikuti aliran dari
Negara Amerika Latin.
Dari hasil wawancara dengan para informan terlihat bahwa perbedaan tingkat budaya mempengaruhi kemungkinan terjadinya konflik antar jemaat
gereja konvensional dengan jemaat gereja kharismatik. penilaian setiap jemaat masih berdasarkan pandangan masing-masing sehingga setiap jemaat masih
merasa kurang akan berbagai aliran dalam gereja.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil analisis wawancara dan keterangan pada bab sebelumnya, maka dapat diartikan kesimpulan adalah hubungan interaksi antar
jemaat gereja kharismatik dengan jemaat gereja HKBP yang masih kurang karena tidak adanya keinginan dari setiap jemaat untuk membangun hubungan
serta beberapa jemaat yang membuat batasan-batasan dalam berhubungan dengan jemaat gereja lainnya. Adanya perbedaan mengenai tata ibadah atau
ajaran dalam beberapa agama gereja. Kegiatan-kegiatan kerohanian yang dilakukan jemaat gereja kharismatik
bertujuan untuk mendapatkan dan mengajak jemaat dari gereja lain untuk menjadi jemaat tetap gereja kharismatik. Kehadiran Gereja Bethel Indonesia
yang beraliran kharismatik di kota Kabanjahe masih tidak disenangi oleh jemaat dari gereja kesukuan khususnya jemaat gereja Huria Kristen Batak
Protestan karena adanya perbedaan ajaran agama sehingga perbedaan ini menimbulkan prasangka buruk bagi kedua jemaat gereja. Dalam hal tata ibadah
kedua gereja ini juga sangat berbeda dan dapat terlihat bahwa gereja kharismatik lebih modern terlihat dari penggunaan alat musik seperti gitar,
drum dan piano serta menyanyikan pujian dengan disertai tepuk tangan yang meriah berbeda halnya dengan tata ibadah di gereja konvensional yang lebih