Hubungan Interaksi Antar Jemaat Gereja Huria Kristen Batak

4.4.3. Hubungan Interaksi Antar Jemaat Gereja Huria Kristen Batak

Protestan dengan Jemaat Gereja Kharismatik Interaksionis simbolik adalah suatu aktivitas yang menunjuk pada sifatkhas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya. Bukan hanya reaksi belaka dari tindakan orang lain, tapi didasarkan atas makna yang diberikan tehadap tindakan orang lain. Bagi Blumer interaksionis simbolik bertumpu pada tiga premis yaitu: 1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka. 2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”. 3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung. Menurut Blumer Poloma, 2010, bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam akan melahirkan batasan bagi orang lain. Melalui hasil wawancara dilokasi penelitian dengan para informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari para informan mengenai daya tarik yang dimiliki oleh gereja kharismatik. Seperti pernyataan yang diungkapkan informan yang kerap kali dipanggil dengan mak Harto 55 tahun: … “Bagi saya berhubungan dengan jemaat gereja kharismatik tidaklah perlu. Menurut saya jemaat gereja kharismatik itu adalah jemaat yang dulunya tercatat sebagai jemaat tetap gereja konvensional baik itu HKBP maupun GBKP. Mereka yang pindah ke gereja kharismatik karna kurang diterima sehingga mereka tidak merasakan kenyamanan untuk beribadah di gereja tersebut. Selain itu menjadi seoarang pendeta gereja kharismatik hanya membutuhkan kepintaran dalam berbicara dan menghafal. Dia juga mengatakan bahwa dia pernah berdebat dengan salah satu jemaat gereja kharismatik dan mengatakan bahwa menjadi seoarang pendeta di kharismatik tidak perlu sekolah karena tuhan sendiri pun tidak pernah bersekolah dan tuhan bisa menyebarkan injil. Tidak seperti gereja di HKBP atau gereja konvensional lainnya yang harus sekolah untuk menjadi seorang pendeta dan hal itu membuang-buang waktu saja. Hal inilah yang menyebabkan ketidaksukaan informan kepada jemaat gereja kharismatik.” Hal ini senada juga dengan apa yang dikatakan oleh informan yang kerap sekali dipanggil dengan Janus Sihombing 60 tahun: ….. “Menurut saya tidak ada salahnya untuk membangun sebuah hubungan ke jemaat gereja kharismatik, tetapi saya pribadi dari dulu tidak menyukai yang namanya gereja kharismatik maupun jemaatnya. Jemaat kharismatik itukan pada awalnya merupakan jemaat dari gereja konvensional yang ada di kabanjahe ini. Dan secara tidak sengaja beberapa tahun yang lalu saya mendengar pembicaraan dua orang yang mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak suka dengan kebaktian yang dilakukan gereja konvensional. Padahal kedua orang itu awalnya adalah jemaat dari gereja konvensional. Saya tidak tahu apa yang dikatakan oleh pendeta dari gereja kharismatik sehingga dua orang itu dengan cepatnya tidak menyukai gereja yang menerimanya dulu. Hal seperti itu sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh mereka. Mereka pasti akan selalu berhubungan baik ke gereja konvensional maupun jemaat gereja konvensional yang ada.” Pernyataan diatas juga didukung oleh Herny Diana 44 yang mengatakan bahwa: ….“Situhuna pengakapku lalit perluna berhubungan ras jemaat gereja HKBP perbahan aku pe labo pernah erhubungan ras jemaat gereja ena. Ibas ingan erdahinku bage pe bas inganku tading labo kap lit kuidah jemaat gereja HKBP. Keluargaku pe labo lit ergereja ku gereja HKBP. Jadi man kadeku ka erhubungan ras kalak e bagepe la lit pentingna erhubungen ras jemaat HKBP”. sebenarnya bagi saya tidak perlu berhubungan dengan jemaat gereja HKBP karena saya juga tidak akan pernah berhubungan dengan mereka. Disekitar tempat bekerja dan sekitar tempat tinggal, saya tidak ada menemukan jemaat dari gereja HKBP. Jadi buat apa saya berhubungan dengan mereka dan apa pentingnya juga berhubungan dengan mereka. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan dapat dilihat bahwa hubungan yang terjadi antara jemaat gereja kharismatik dengan jemaat gereja HKBP tidak begitu bagus. Hal ini terlihat dari ketidaksukaan informan dari gereja HKBP terhadap jemaat gereja kharismatik begitu juga sebaliknya bahwa jemaat gereja kharismatik yang tidak ada lagi hubungannya dengan jemaat gereja konvensional. Hal seperti ini yang menyebabkan adanya batasan-batasan bertindak antara jemaat gereja. Sama seperti yang diungkapkan oleh Blumer yaitu bagi seseorang makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain bertindak terhadapnya dalam akan melahirkan batasan bagi orang lain.

4.4.4. Kegiatan Gereja Yang Bertujuan Untuk Menarik Anggota Gereja

Dokumen yang terkait

Starategi Pertumbuhan Gereja (Studi Kasus Pada Gereja Karismatik GBI Medan Plaza Di Jln. Iskanda Muda Medan)

19 251 108

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

5 61 95

Makna Sinamot dalam Penghargaan Keluarga Isteri pada Sistem Perkawinan Suku Batak Toba (studi kasus pada masyarakat Batak Toba Kristen Gereja HKBP dengan Gereja Kharismatik Di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi)

14 165 80

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 1 11

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 2

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 12

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 11

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 3

Potensi Konflik Laten Antara Penganut Aliran Kristiani Gereja “Konvensional” dengan Gereja “Kharismatik” (Studi pada gereja HKBP dengan GBI di kota Kabanjahe Kabupaten Karo)

0 0 4

STUDI TERHADAP KOMUNITAS GEREJA HKBP KOTA PEKANBARU

0 2 18