Faktor siswa Faktor keluarga

f. Faktor Media

Program televisi yang tidak mendidik akan meninggalkan jejak pada benak pemirsanya. Akan lebih berbahaya lagi jika tayangan yang mengandung unsur kekerasan ditonton anak-anak pra sekolah perilaku agresi yang dilakukan anak usia remaja sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton tayangan di televisi Khairunnisa, 2008. Hasil penelitian Saripah, 2008 mengatakan bahwa pengaru media dalam perilaku bullying sangat menentukan, survey yang dilakukan kompas memperlihatkan bahwa 56, 9 anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya mereka meniru gerakan 64 dan kata-kata sebanyak43. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa televisi memiliki peranan penting dalam pembentukan cara berfikir dan berperilaku. Hal ini tidak hanya terbatas pada media televisi saja, namun juga dalam semua bentuk media yang lain. Remaja yang terbiasa menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan menggunakan agresi untuk menyelesaikan masalah.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara menyelenggarakan pendidikan demi cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik ilmu pengetahuan, teknologi dan dalam bidang- bidang kehidupan budaya lainnya. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan. Hal tersebut tidak secara otomatis dapat terwujud karena banyaknya permasalahan yang menghinggapi dunia pendidikan itu sendiri, diantaranya adalah fasilitas sekolah dan prilaku siswa. Permasalahan mengenai fasilitas sekolah, misalnya: banyaknya bangunan sekolah yang rusak bahkan roboh dan minimnya alat peraga pendidikan maupun sarana penunjang yang lain. Selain itu, terjadi permasalahan pada prilaku siswa, misalnya: prilaku mencotek saat ujian, perkelahian tawuran antar pelajar yang berakibat pada kematian. Salah satu masalah yang berkembang di sekolah adalah perilaku bullying pada siswa. Bullying sebagai salah satu bentuk tindakan agresif merupakan permasalahan yang mendunia, salah satunya di Indonesia. Prilaku bullying sangat rentan terjadi pada remaja putra dan remaja putri. Menurut konteksnya, prilaku bullying dapat terjadi pada berbagai tempat, mulai dari lingkumgan pendidikan atau sekolah, tempat kerja, rumah, lingkungan tentangga, tempat bermain, dan lain-lain. Pada saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi prilaku bullying. Dari data National Mental Health and Education Center tahun 2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial dimana 15 dan 30 siswa adalah pelaku bullying dan korban bullying. Prevalensi prilaku bullying yang meningkat dari tahun ke tahun elah menimbulkan kerusakan atau kerugian yang besar. Selain itu, prilaku bullying ini tidak mendapatkan Intervensi dalam penanganannya, selain mediasi secara efektif mengurangi konflik di antara anak-anak yang menjadi korban bullying Astuti, R.P 2008. Prilaku merusak atau aksi kekerasan di sekolah sudah menjadi persoalan yang serius. Di Indonesia kejadia bullying akhirnya mencuat setelah terdapat korban- korban yang meninggal. Sayangnya, data survei secara nasional mengenai prevalensi bullying di Indonesia tidak dapat di temukan. Beberapa hasil penelitian, misalnya yang dilakukan unit PKPM Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya didanai UNICEF United Nation Children’s Fund melakukan survei intensif terhadap ratusan anak SD dan SLTP Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara dari Desember 2005 hingga Maret 2006 Sonia, 2008. Sebagian responden mengaku pernah mengalami penindasan dalam berbagai variasi di sekolah. Banyak anak tercatat mengalami gangguan psikologis, bahkan mengarah pada gangguan patologis. Anak-anak ini, sering merasa cemas. Mereka juga kerap dilanda ketakutan memperoleh hukuman, merasa teraniaya, atau depresi. Sebagian mengalami perasaan rendah diri tidak berarti dalam lingkungannya.