Faktor lingkungan FAKTOR – FAKTORYANG MEMPENGARUHI BULLYING

saat ini lingkungan pendidikan telah banyak terjadi prilaku bullying. Dari data National Mental Health and Education Center tahun 2004 di Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi dalam lingkungan sosial dimana 15 dan 30 siswa adalah pelaku bullying dan korban bullying. Prevalensi prilaku bullying yang meningkat dari tahun ke tahun elah menimbulkan kerusakan atau kerugian yang besar. Selain itu, prilaku bullying ini tidak mendapatkan Intervensi dalam penanganannya, selain mediasi secara efektif mengurangi konflik di antara anak-anak yang menjadi korban bullying Astuti, R.P 2008. Prilaku merusak atau aksi kekerasan di sekolah sudah menjadi persoalan yang serius. Di Indonesia kejadia bullying akhirnya mencuat setelah terdapat korban- korban yang meninggal. Sayangnya, data survei secara nasional mengenai prevalensi bullying di Indonesia tidak dapat di temukan. Beberapa hasil penelitian, misalnya yang dilakukan unit PKPM Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya didanai UNICEF United Nation Children’s Fund melakukan survei intensif terhadap ratusan anak SD dan SLTP Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara dari Desember 2005 hingga Maret 2006 Sonia, 2008. Sebagian responden mengaku pernah mengalami penindasan dalam berbagai variasi di sekolah. Banyak anak tercatat mengalami gangguan psikologis, bahkan mengarah pada gangguan patologis. Anak-anak ini, sering merasa cemas. Mereka juga kerap dilanda ketakutan memperoleh hukuman, merasa teraniaya, atau depresi. Sebagian mengalami perasaan rendah diri tidak berarti dalam lingkungannya. Astusi, R.P, 2008 dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa prilaku bullying merupakan faktor resiko dalam berkembangnya depresi pada pelaku dan korban bullying. Dalam Semai Jiwa Amini SEJIWA 2008 dijelaskan bahwa hal yang paling ekstrim mengenai dampak psikologis dari bullying yaitu munculnya gangguan psikologis misalnya rasa cemas yang berlebihan, merasa ketakutan, depresi, dan memiliki keinginan untuk bunuh diri serta munculnya gejala gangguan stres pasca trauma. Hasil survey yang ditemukan oleh Plan Indonesia dan sejiwa yang dilakukan pada 1500 siswa SMP dan SMA di tiga kota besar yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Tahun 2008 menjelaskan bahwa tindakan bullying pernah terjadi di sekolah. Kategori tertinggi pembullian secara psikologis berupa pengucilan. Sebuah studi menunjukkan 67 pelajar di kota – kota besar di Indonesia menyatakan bahwa di sekolahnya pernah terjadi bullying Eunike Kusnadi, 2009. Data ini masih memiliki kelemahan karena penelitian tidak hanya dilakukan pada anak sekolah dasar tetapi dilakukan juga pada sekolah menengah pertama dan menengah atas. Data yang ada di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa 31,8 siswa sekolah menengah pertama pernah mengalami bullying Farida, 2006. Dalam hal ini prilaku bullyingjuga terjadi pada siswa SMP di Aceh. Khususnya pada siswa di SMPN 2 Blangpidie Aceh Barat Daya. Pertimbangan dilakukan penelitian pada siswa SMPN 2 Blangpidie berdasarkan hasil kegiatan pengumpulan data awal pada tanggal 3 Desember 2014 diketahui adanya beberapa indikator yang mengarah pada prilaku bullying pada siswa, seperti meminta uang