Dexametason Metoclopramide Terapi Anti Emesis terhadap Gejala Mual dan Muntah akibat Kemoterapi

Tabel 2. Tingkat keparahan mual dan muntah NCI 2006 33 1 2 3 4 5 MUAL Hilang selera makan, kebiasaan makan tidak berubah Asupan makan berkurang tanpa penurunan BB bermakna : Cairan IV atau TPN perlu ≥ 24 jam Asupan kalori dan cairan oral tidak memadai: cairan IV tube feeding atau TPN perlu 24 jam Mengancam nyawa Kematian MUNTAH 1 episiode dalam 24 jam 2-5 episiode 24 jam cairan IV perlu 24 jam ≥ 6 episiode24 jam: Cairan IV atau TPN perlu ≥24 jam Mengancam nyawa Kematian

2.2.1. Dexametason

Deksamethasone adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksamethasone bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksamethasone dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi. 31 Penggunaan sebagai antiemetik belum jelas, tetapi dexamethason memiliki peranan yang sangat penting sebagai bagian vital dari regimen antiemetik untuk pencegahan CINV chemotherapy-induced nausea and vomiting yang akut 24 jam setelah kemoterapi atau tertunda2-5 hari setelah kemoterapi. Terdapat 3 guidelines, MASCC Multinational Association of Supportive Care in Cancer, ASCO American Society of Clinical Onkology, NCCN National Comprehensive Cancer Network yang Universitas Sumatera Utara merekomendasikan pemberian dexamethasone untuk pencegahan akut mual muntah pada kemoterapi emetogenik menyebabkan mual-muntah, derajat rendah, sedang, dan tinggi. 31,32 Mekanisme kerja steroid Dexamethason dalam mengurangi mual- muntah belum jelas diketahui, diduga terkait dengan penurunan produksi mediator inflamasi yang diketahui bekerja pada area CTZ Chemoreceptor trigger zone, juga terkait dengan perbaikan fungsi sawar darah otak. Steroid juga diketahui bekerja secara sinergis dengan antagonis reseptor 5HT3. 31 Untuk pencegahan CINV akut, dosis dexamethason yang direkomendasikan adalah 20 mg 12 mg ketika diberikan bersama dengan aprepitant untuk kemoterapi yang sangat ematogenik dan dexamethason 8 mg sebagai dosis tunggal 12 mg menurut guideline NCCN untuk kemoterapi emetogenik derajat sedang. Rekomendasi dosis ini terutama didasarkan pada studi Italian group for antiemetik research. Dexamethason dapat diberikan sampai dengan 4 hari setelah kemoterapi. Umumnya pada hari ke-2 dan seterusnya dilakukan penurunan dosis. 31.32

2.2.2. Metoclopramide

Metoclopramide adalah derivat benzamide yang tersubstitusi Gambar 1 dengan struktur kimia yang mirip dengan procainamide tapi tanpa adanya efek anti-arrhythmic. Dengan rumus bangun4-amino-5-chloro-N-2- diethylamino,ethyl -2-methoxybenzamide. Metoclopramide pada dasarnya Universitas Sumatera Utara antagonis D2 dopamin, tetapi juga dapat bertindak sebagai agonis pada serotonin 5-HT4 reseptor dan menyebabkan penghambat lemah dari reseptor 5-HT3.Metoclopramide digunakan untuk pengobatan gejala mual dan muntah pasca operasi atau kemotherapi dengan cara menghambat D2 dan 5-HT3 reseptor di zona pemicu kemoreseptor. 31,34,35 Metoclopramide umumnya dimulai dengan dosis 5-10 mg secara oral dalam 30 menit sebelum makan dan sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg empat kali sehari jika perlu, tetapi diperhatikan efek samping yang mungkin timbul Sebagian besar efek samping dari metoklopramid disebabkan karena kemampuannya dengan mudah melintasi sawar darah di otak diantaranya mengantuk, letih, lesu dan depresi. Blokade reseptor D2 pusat dapat menyebabkan reaksi ekstrapiramidal serta hiperprolaktinemia. 34 Adapun struktur Metoklopramide adalah sebagai berikut : 35 Gambar 2. Struktur Kimia Metoklopramide 35 Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Ondansetron

Dokumen yang terkait

Gejala Mual-Muntah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gejala Mual-Muntah Pada Pasien Kanker Post Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

17 142 106

Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

29 211 102

EVALUASI PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PARU DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009.

1 10 22

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008.

4 9 19

View of FAKTOR RISIKO TERJADINYA MUAL MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

0 0 5

KEJADIAN DEMAM NEUTROPENIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENDAPAT KEMOTERAPI

0 0 8

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner functional living index emesis (FLIE) hanya kepada pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard dan mengisi

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) - Efektifitas Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Pasien Kanker Ovarium yang Mendapat Kemoterapi yang Dinilai dengan Fungsional Living Indeks Emesis (FLIE)

1 1 17

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT KEMOTERAPI YANG DINILAI DENGAN FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS ( FLIE )

3 6 18

Evaluasi penatalaksanaan mual muntah pada pasien kanker ovarium pasca kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009 - USD Repository

0 1 135