Obat kemoterapi ematogenetik Definisi Operasional 1. Kanker Ovarium

3.8.12. Hari kemoterapi

Defenisi : Hari dimana pasien mendapatkan pengobatan kemoterapi, dimulai dari dari 1 sebelum mendapat kemoterapi, hari 1 kemoterapi, hari ke 2, hari ke 3, hari ke 4, hari ke 5 Alat ukur : Anamnesa jadwal kemoterapi pasien Skala ukur : nilai dalam ratio, yaang diukur mulau hari 1,2,3,4,5 Kemoterapi

3.8.13. Obat kemoterapi ematogenetik

Defenisi : Obat kemoterapi yang dapat memicu mual dan muntah atau memiliki potensi emetik jika diberikan. Alat ukur : pengisian kuesioner Skala ukur : Ordinal Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 32 orang subyek penelitian yaitu penderita tumor ovarium ganas yang memenuhi kriteria inklusi dan yang mendapat kemoterapi Platinum-Taxol sesuai prosedur standard dan mendapat antiemetik Dexametason, Ondansetron, Metoclopramide sesuai prosedur standard mengisi kuesioner FLIE pada hari 1 sebelum kemoterapi, hari 2 dan hari 5 setelah kemoterapi. Seluruh subyek dinilai efektifitas penatalaksanaan mual dan muntahnya setelah pemberian kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard dengan melihat skoring dari kuesioner FLIE yang dinilai dengan menggunakan Visual Analog Scale VAS. Beberapa faktor karakteristik subyek yang diduga merupakan faktor resiko terjadinya mual dan muntah pada saat pemberian kemoterapi dinilai pada penelitian ini dengan menggunakan analisis komparatif antara penderita tumor ovarium ganas yang mendapat kemoterapi dan antiemetik yang sesuai prosedur standard yang meliputi: umur, berat badan, siklus kemoterapi dan gejala mual dan muntah pada hari I sebelum mendapat kemoterapi, hari II dan hari V setelah pemberian kemoterapi. Pada penelitian ini yang termasuk didalam karakteristik adalah: usia, usia menarchi, status perkawinan, paritas, dan BMI.tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik Responden Tumor Ovarium Ganas Karakteristik Kanker Ovarium N Usia tahun • 15-25 2 6,3 • 26-35 6 18,8 • 36-45 7 21,9 • 46-55 13 40,6 • 55 4 12,5 Usia menarchi tahun • 11 1 3,1 • 12 10 31,3 • 13 14 43,8 • 14 2 6,3 • 15 4 12,5 • 17 1 3,1 Status Perkawinan • Kawin 27 84,4 • Tidak Kawin 5 15,6 Paritas • P0A0 16 50,0 • P1A0 3 9,4 • P1A1 1 3,1 • P2A0 2 6,3 • P3A0 1 3,1 • P4A0 1 3,1 • P4A1 1 3,1 • P4Ao 1 3,1 • P5A0 1 3,1 • P5A1 1 3,1 • P6A0 2 6,3 • P6A1 1 3,1 • P6A2 1 3,1 BMI • Underweight 3 9,4 • Normoweight 1 3,1 • Overweight 1 3,1 • Obesitas 27 84,4 Universitas Sumatera Utara Gambaran karakteristik responden berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden tumor ovarium ganas sebagian besar pada kelompok umur 46-55 tahun 40,6 dan persentase terkecil pada kelompok umur 15 – 25 tahun 6,3. Jordan el al 2007 pada penelitiaannya menyatakan bahwa pasien yang memiliki usia lebih muda lebih beresiko mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi. Usia menarchi responden sebagian besar pada umur 12-13 tahun 75,1 dan persentase terkecil pada kelompok umur 11 tahun dan 17 tahun masing- masing 1 orang 3,1. Responden umumnya dengan status sudah kawin 84,4 dengan paritas sebagian besar adalah P0A0 50 lainnya tersebar secara merata pada paritas 1 sampai dengan paritas 6 dan pernah atau tidak pernah mengalami abortus. Berdasarkan BMI, responden umumnya adalah dalam katagori obesitas 84,4 dan yang mengalami underweight hanya 9,4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan Skor Mual dan Muntah FLIE Distribusi Skor Mual Muntah FLIE Distribusi Skor Mual Muntah FLIE N N SKOR MUAL HARI 1 SKOR MUNTAH HARI 1 6 14 43,7 6 14 43,7 7 18 56,3 7 18 56,3 SKOR MUAL HARI KE 2 SKOR MUNTAH HARI 2 5 2 6,3 6 17 53,1 6 15 46,9 7 15 46,9 7 15 46,9 SKOR MUAL HARI KE 5 SKOR MUNTAH HARI 5 3 1 3,1 5 16 50,0 4 9 28,1 6 15 46,9 5 20 62,5 7 1 3,1 6 2 6,3 Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden pada hari 1 sebelum mendapatkan kemoterapi, mempunyai skor FLIE untuk keluhan mual dan muntah yang sama yaitu 7 dan 6 dengan persentase masing- masing 56,3 dan 43,7. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pada hari 1 sebelum mendapatkan kemoterapi tidak mengalami keluhan mual dan muntah. Pada hari ke 2 setelah mendapatkan kemoterapi, sebagian besar responden mempunyai skor FLIE untuk keluhan mual dan muntah yang relatif sama yaitu 6 dan 7. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pada hari 2 setelah mendapatkan kemoterapi juga tidak mengalami keluhan mual dan muntah. Berbeda halnya pada hari ke 5 setelah mendapatkan kemoterapi, sebagian besar responden mempunyai skor FLIE yang relatif lebih rendah Universitas Sumatera Utara dari hari ke 2 yaitu untuk keluhan mual sebagian besar adalah skor 5 dan 4 , sedang untuk skor muntah sebagian besar adalah 5 dan 6. Kondisi ini menunjukkan bahwa responden pada hari 5 setelah mendapatkan kemoterapi hanya mengalami keluhan mual dan muntah tingkat ringan yang sedikit mengganggu. Berdasarkan kepustakaan, penelitian yang dilakukan oleh Doranne L, et al 2010, FLIE telah digunakan untuk mengevaluasi kualitas hidup pasien setelah penggunaan antiemetik. Alat FLIE diciptakan untuk menguji 3 hari dampak CINV pada kehidupan pasien sehari-hari dan sudah tervalidasi. Dari data yang diterbitkan tahun 2007 oleh National Comprehensive Cancer Network dan oleh American Society of Clinical Onkology pada tahun 2006 di jumpai angka insiden mual dan muntah yang terjadi sebelum pengobatan kemoterapi berkisar 18 sampai 57 dengan gejala mual yang lebih sering terjadi. Grunberg 2004 mengatakan dalam penelitiannya bahwa faktor risiko terjadinya mual dan muntah akibat kemoterapi berhubungan dengan kondisi pasien meliputi usia yang kurang dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan, riwayat penggunaan alkohol, riwayat mabuk dalam perjalanan, riwayat mual muntah akibat kehamilan, riwayat mual muntah akibat kemoterapi sebelumnya dan fungsi sosial yang rendah sedangkan faktor yang Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan obat-obat yang digunakan yaitu tergantung jenis obat, dosis, kombunasi dan metode pemberian. Berdasarkan kepustakaan, penelitian yang dilakukan Decker MG, et al 2006 mengenai pengukuran kesimbangan aktifitas hidup sehari-hari setelah mendapat kemoterapi emetogenik tingkat sedang yang diukur dengan menggunakan kuisioner FLIE yang telah tervalidasi, menyatakan bahwa mual muntah akibat kemoterapi yang tidak terkontrol akan mempengaruhi kualitas hidup pasien sehingga menghambat aktifitas sehari-hari, pemberian antiemetik dapat menggurangi mual dan muntah akibat kemoterapi, walaupun akan dijumpai mual yang tertunda. Untuk itu diperlukan evaluasi penatalaksanaan ulang terhadap pemberian antiemetik yang adekuat untuk mengurangi efek mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi. Dari data beberapa penelitian 50 pasien yang mendapat kemoterapi yang emetogenik tingkat sedang mengalami mual saat kemoterapi awal, dan lebih dari 25 pasien mengalami muntah pada siklus kemoterapi berikutnya. Pada penelitian ini, seluruh subjek yang diteliti telah mendapat antiemetik ondansetron yang termasuk dalam golongan 5-HT 3 reseptor antagonis, dexamethason yang termasuk golongan steroid, dan metoklopramode yang termasuk golongan para-aminobenzoic acid. Ketiga antiemetik tersebut merupakan antiemetik golongan sedang. Prosedur yang dilakukan untuk penatalaksanaan mual dan muntah akibat kemoterapi pada subjek yang Universitas Sumatera Utara diteliti sudah sesuai dengan protokol terbaru antiemetik dari National Comprehensive cancer Network 2004. Pada penelitiaan ini seluruh pasien yang diteliti mendapat obat kemoterapi golongan ematogenik sedang, yaitu platinum dan Taxol. Sesuai dengan protokol National Comprehensive cancer Network 2004, dikatakan juga bahwa penatalaksanaan mual dan muntah tertunda pada pasien yang mendapat kemoterapi dengan tingkat ematogenik sedang dan berat adalah 5-HT 3 reseptor antagonis. Berdasarkan penilaian efek mual dan muntah dengan skor FLIE diatas menunjukkan bahwa pemberian antiemetik bersamaan dengan kemoterapi dapat menekan efek mual dan muntah sampai hari ke 2 dan hari ke 5 hanya memberikan efek mual dan muntah yang sedang. Nilai rerata berat badan dan skor FLIE responden pada hari ke 5 serta korelasi berat badan dengan skor FLIE keluhan mual dan muntah dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Nilai rerata Berat Badan dan Skor FLIE hari ke 5 Variabel Mean Std. Deviation N BB 47.13 10.927 32 SKOR MUAL HARI KE 5 4.72 .634 32 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada hari ke 5 rerata berat badan responden tumor ovarium ganas adalah 47,13 Kg dan rerata skor FLIE adalah 4,72. Tabel 4.4 Hasil uji korelasi Pearson antara Berat Badan dan Skor FLIE BB Kg SKOR MUAL HARI KE 5 Pearson Correlation 1 .089 Sig. 2-tailed .628 N 32 32 Untuk mengetahui adanya korelasi antara berat badan dan skor FLIE pada hari ke 5 dilakukan uji statistik dengan uji Korelasi Pearson. Hasil uji statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.4 bahwa tidak adanya korelasi yang bermakna antara berat badan subyek yang diteliti dengan skor mual dan muntah yang dinilai pada hari 5 setelah pemberian kemoterapi. r = 0,09. Untuk mengetahui adanya perbedaan skor FLIE pada hari ke 2 dan ke 5 untuk keluhan mual dan muntah, dilakukan uji statistik dengan t-test berpasangan. Hasil uji statistik dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Hasil uji t- test berpasangan skor FLIE hari ke 2 dan ke 5 Variabel Mean Std. Deviation Std. Error Mean t Df Sig. 2- tailed Pair 1 SKOR MUAL HARI KE 2 - SKOR MUAL HARI KE 5 6.41 4.72 .821 0.615 0.634 11.633 31 .000 Pair 2 SKOR MUNTAH HARI KE 2 - SKOR MUNTAH HARI KE 5 6.47 5.53 .716 0.507 0.567 7.411 31 .000 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna skor FLIE untuk keluhan mual muntah pada hari ke 2 dan hari ke 5 setelah pemberian kemoterapi. p0,05. Rerata skor mual dan muntah FLIE pada hari ke 2 setelah pemberian kemoterapi adalah 6.41 dan 6.47. Rerata skor mual dan muntah FLIE pada hari 5 adalah 4.72 dan 5.53. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa terjadi mual dan muntah pada hari 5 setelah pemberian kemoterapi dengan tingkat mual dan muntah sedikit mengganggu. Dapat kita simpulkan bahwa pemberian antiemetik yang sudah ada cukup efektif untuk mengurangi efek mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi. Grunberg et al,2004 dalam penelitiannya mengatakan bahwa hampir semua pasien akan mengalami mual dan muntah dalam 1-2 jam setelah pemberian kemoterapi dengan pemberian kemoterapi potensi emetik tinggi. Biasanya mual dan muntah akan berkurang setelah 18-24 jam dan akan mencapai Universitas Sumatera Utara puncak kekambuhan kedua setelah 48-72 jam. 57 pasien mengalami mual dan 41 pasien mengalami muntah pada hari kedua sampai hari kelima setelah pemberian kemoterapi. Dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa kejadian mual dan muntah yang paling sering dialami oleh pasien terjadi pada 48 jam sampai dengan 72 jam setelah pemberian kemoterapi. Berdasarkan kepustakaan, penelitian lain yang mendukung penelitian diatas adalah yang dilakukan oleh Decker MG, et al 2006, mengatakan bahwa pengukuran skala FLIE dilakukan pada hari 2 dan hari 5 setelah pemberian kemoterapi, dimana pasien sebelumnya telah mendapat antiemetik. Pengukuran ini dilakukan untuk mengevaluasi gejala mual dan muntah yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah kemoterapi Acute Phase, dan dalam periode 48-72 jam setelah kemoterapi Delayed Phase. Dijumpai bahwa lebih mayoritas subjek yang diteliti 63 mengalami mual yang tertunda walaupun telah mendapat pengobatan antiemetik. Berdasarkan kepustakaan, penelitian yang dilakukan oleh Daum BB, et al 2006, pada penelitiaannya didapatkan bahwa angka kejadian mual59,7 lebih tinggi dari angka kejadian muntah36,4, dan mual yang terjadi lebih tinggi pada fase delayed atau tertunda, yaitu sebesar 54,3. Universitas Sumatera Utara Roila Fausto et al 2004 melaporkan angka kejadian mual dan muntah yang mendapat kemoterapi dengan tingkat ematogenik moderat dan telah mendapat antiemetik, mengalami mual dan muntah tertunda sebesar 57 dan 41. Penelitian lain yang dilakukan Bellatori E dan Roila F 2003 mengenai dampak mual dan muntah pada kualitas hidup pasien penderita kanker yang mendapat kemoterapi, bahwa diperlukan obat antiemesis yang efektif yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala mual dan muntah yang disebabkan oleh efek kemoterapi sehingga dapat menimbulkan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien dalam aktifitas sehari-hari. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Gejala Mual-Muntah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gejala Mual-Muntah Pada Pasien Kanker Post Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

17 142 106

Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan

29 211 102

EVALUASI PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PARU DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009.

1 10 22

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008.

4 9 19

View of FAKTOR RISIKO TERJADINYA MUAL MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

0 0 5

KEJADIAN DEMAM NEUTROPENIA PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENDAPAT KEMOTERAPI

0 0 8

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan kuisioner functional living index emesis (FLIE) hanya kepada pasien kanker ovarium yang mendapat kemoterapi dan antiemetik sesuai prosedur standard dan mengisi

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) - Efektifitas Penatalaksanaan Mual dan Muntah pada Pasien Kanker Ovarium yang Mendapat Kemoterapi yang Dinilai dengan Fungsional Living Indeks Emesis (FLIE)

1 1 17

EFEKTIFITAS PENATALAKSANAAN MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN KANKER OVARIUM YANG MENDAPAT KEMOTERAPI YANG DINILAI DENGAN FUNCTIONAL LIVING INDEKS EMESIS ( FLIE )

3 6 18

Evaluasi penatalaksanaan mual muntah pada pasien kanker ovarium pasca kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009 - USD Repository

0 1 135